Another Part Of Me?

Part 4.49



Part 4.49

0Siska segera bergegas pergi untuk menyusul Hanna, ia tahu jika kakak sepupunya itu baru saja mendapatkan laporan jika saat itu Davine terpantau tengah berada di daerah sekitar utara kota itu.     

Saat itu ia sedang berusaha menelepon mantan kekasihnya itu untuk memberitahukan jika saat ini lelaki itu telah terbebas dari tuduhan atas pelaku pembunuhan Annie.     

Saat itu Siska hanya mencoba peruntungannya saja, ia hanya berharap jika Davine juga telah melihat berita yang telah tersebar melalui surat kabar harian kota itu, membuatnya berpikir jika Davine telah melihat itu maka lelaki itu akan segera tahu jika saat ini ia telah lepas dari statusnya sebagai terduga pelaku pembunuhan Annie, dengan begitu mungkin saja kini Davine telah mengaktifkan kembali smartphone miliknya.     

Benar saja, tampaknya panggilan itu segera tersambung. Siska masih menunggu Davine untuk menjawab panggilannya, sedang ia juga sesekali mencuri dengar percakapan yang sedang Hanna lakukan via telepon itu. Tampaknya benar, jika saat ini Davine telah bebas dari tuduhan pelaku pembunuhan atas kematian Annie, namun tampaknya pihak Kepolisian masih membutuhkan lelaki itu untuk dijadikan saksi mata atas perihal apa yang telah terjadi pada Annie. Tentu saja itu adalah hal wajar, mengingat jika Davine memang selalu berkata jika wanita itu adalah sahabatnya. Namun di satu sisi entah mengapa saat itu Siska sedikit merasakan firasat yang tidak enak akan hal tersebut.     

Baru beberapa saat setelah panggilan itu dijawab oleh Davine, tiba-tiba saja mantan kekasihnya itu memutuskan panggilan itu begitu saja, hal ini sedikit membuat Siska khawatir. Untungnya ia masih sempat menanyakan di mana keberadaan lelaki itu sebelum panggilan itu terputus.     

Siska yang memang telah memiliki firasat buruk akan hal itu, tanpa pikir panjang segera bergegas untuk menuju lokasi di mana Davine berada saat itu.     

Siska tahu jika saat itu ia tidak boleh dengan bebasnya turun ke jalan dan berkeliaran di tengah kota itu begitu saja, tentu ia juga harus mematuhi peraturan yang saat ini telah ditetapkan oleh pemerintah kota. Namun karena firasat buruk yang ia rasakan, ia tak lagi memikirkan hal itu, yang ia inginkan saat ini hanyalah dapat bertemu langsung dengan mantan kekasihnya itu.     

Siska tahu jika saat ini Hanna mungkin saja sedang menuju ke tempat Davine berada, ia hanya tak ingin jika Davine kembali disudutkan sebab sesuatu yang tidak ia perbuat seperti halnya kasus kematian Annie, walau ia tahu jika Hanna adalah lelaki yang sangat jujur, namun tetap saja jika mengingat ingatan Davine yang saat ini mulai samar seperti apa yang dulu pernah lelaki itu katakan, ia takut jika Davine tak dapat membela dirinya dari setiap pertanyaan yang akan dilayangkan Hanna padanya, bisa saja Davine secara tidak sengaja terjebak akan sesuatu yang sebenarnya tidak ia lakukan, pikir Siska.     

Keadaan kota itu sangat sepi setelah diberlakukannya lockdown oleh pemerintah kota. Walau beberapa kendaraan umum masih tetap beroperasi, namun tidak mudah untuk menaikinya. Bagaimana tidak, tiap-tiap bus yang beroperasi kini selalu ada seorang personil dari pihak Kepolisian yang ditugaskan untuk menjaganya. Tentu saja Siska yang baru saja menaiki angkutan umum tersebut segera mendapatkan beberapa pertanyaan dari personil kepolisian itu.     

Siska yang mendapat pertanyaan itu segera berdalih jika saat ini ia harus segera menuju ke daerah utara kota itu dikarenakan ia harus segera mengunjungi salah satu keluarganya yang sedang sakit untuk merawatnya, Siska juga menambahkan jika keluarganya yang sedang sakit itu hanya tinggal seorang diri di rumahnya yang berada di daerah utara kota itu, membuat Siska mau tidak mau harus berkunjung ke tempat itu untuk merawat keluarganya yang tengah jatuh sakit itu.     

Awalnya personil kepolisian itu bersikeras jika Siska tidak boleh berkeliaran di luar rumah sesuai peraturan yang telah pemerintah kota berlakukan, namun Siska sedikit mengancam jika ia akan menyalahkan pihak Kepolisian jika saja terjadi sesuatu pada keluarganya yang sedang sakit itu. Hal itu tampaknya cukup berhasil, personil kepolisian itu akhirnya menerima alasan itu dan membiarkan Siska untuk menumpangi kendaraan umum yang kini berada di dalam pengawasannya itu.     

******     

Davine memegang erat rambutnya, kepalnya terasa mau pecah saat itu, apa yang baru saja di katakan Hanna perihal kematian Annie itu begitu membebani pikirannya, psikisnya tiba-tiba saja goyah. Jika apa yang baru saja di katakan oleh Hanna itu adalah benar, lalu apa bedanya dirinya dengan dugaan yang sebelumnya telah dilayangkan pihak Kepolisian kepada dirinya, walau ia bukanlah orang yang membunuh Annie, namun secara tidak langsung kini ia tahu jika dirinyalah penyebab sebenarnya dari kematian sahabatnya itu.     

Davine berteriak sejadi-jadinya, itu adalah satu-satunya upaya yang bisa ia lakukan untuk melepaskan stres yang ia alami. Davine, lelaki itu kini benar-benar merasa hancur.     

Hanna cukup mengerti dengan apa yang dirasakan oleh lelaki itu, ia tahu jika semua hal yang telah terjadi pada Annie bukanlah kemauan dari lelaki tersebut. Walau di satu sisi Hanna tahu, jika Davine melakukan semua itu semata-mata hanya untuk melindungi Annie, namun cara yang ia lakukan tentu saja tak dapat dibenarkan, yang di mana akhirnya hal itu malah semakin memperburuk keadaan saja, entah itu bagi Annie, ataupun dirinya sendiri.     

Bella yang melihat itu segera melangkah untuk mendekati Davine, walau ia telah mengetahui sedikit banyaknya tentang kondisi yang lelaki itu alami, namun tetap saja amarahnya tak dapat terbendung, bagi Bella, Davine adalah salah satu alasan yang menjadi penyebab sahabatnya itu memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Terlepas sebab dari sang ayah yang memang merupakan faktor utamanya, namun apa yang Davine lakukan hanya menambah beban yang harus ditanggung oleh sahabatnya itu. Menurut Bella seharusnya Davine bisa melakukan cara yang lebih baik untuk mengatasi masalah yang saat itu tengah dialami oleh sahabatnya itu.     

Hanna mencoba menahan Bella, namun wanita itu telah kalap, rasa cintanya pada sang sahabat membuatnya tak dapat mengontrol emosinya, tentu sebagai seorang sahabat, Bella juga menganggap jika sang ayah dari Annie itu adalah lelaki bajingan yang tak dapat dimaafkan, namun di satu sisi ia juga tidak dapat membenarkan tindakan Davine yang lebih memilih untuk mengakhiri hidup lelaki itu dari pada membuat sang ayah mempertanggung jawabkan apa yang telah ia lakukan pada Annie dengan cara melaporkannya kepada pihak Kepolisian.     

Menurut Bella seharusnya Davine bisa menyikapi hal itu dengan lebih baik, bukannya melakukan hakim sendiri dengan membunuh sang ayah yang di mana akhirnya hanya semakin menambah beban yang harus Annie derita.     

Bella menarik kasar kerah baju yang Davine kenakan. Ia tak mampu lagi menahan amarahnya, tangan kananya kini telah mengapung di udara, bersiap untuk melakukan tamparan keras pada wajah lelaki itu.     

Hanna tak tahu harus menyikapi situasi itu seperti apa, ia hanya bisa terdiam, sedang Bella kini tengah tampak bersiap mendaratkan tamparannya itu.     

Seketika seseorang berlari dari arah belakang Hanna, dengan segera sosok itu menangkap tangan Bella yang tengah mengambang di udara, ia tak akan membiarkan wanita itu melayangkan tangannya pada wajah lelaki malang itu.     

"Hentikan!" ujar Siska, sembari menggenggam pergelangan tangan Bella.     

Bella yang menerima perlakuan itu segera terkejut dibuatnya, entah bagaimana tiba-tiba wanita itu kini telah berada di antara mereka.     

"Lepaskan, biarkan aku melakukan ini, lelaki ini pantas untuk menerimanya!" ujar Bella, wanita itu tampak kacau, matanya telah bergelimang air mata, perasaan sedih dan amarah tampak bercampur aduk di dalam dirinya.     

"Aku mungkin tak begitu mengerti dengan apa yang telah terjadi, namun aku tidak setuju dengan tindakanmu saat ini!" tukas Siska. Ia segera menarik tangan Bella yang sedari tadi masih mengambang di udara dan menurunkannya.     

"Mungkin lelaki ini membuat sebuah kesalahan, namun aku tahu jika dia bukan lelaki jahat!" tegas Siska.     

"Mungkin bagi kalian apa yang telah ia lakukan adalah tindakan yang tak sepantasnya, namun kalian juga harus melihat hal itu dari sudut pandang yang lain. Maksudku ...." kata-kata Siska terhenti begitu saja, ia tak menemukan kalimat yang tepat untuk menjelaskan pembelaannya terhadap Davine saat itu.     

"Itu benar, kita tak bisa sepenuhnya menyalahkan dirinya!" sambung Hanna.     

"Aku tahu kau merasa sangat kesal akan perihal ini, tapi Siska ada benarnya, bukankah kau juga telah mengetahui jika lelaki itu memiliki sesuatu yang salah dalam dirinya!" ujar Hanna pada Bella.     

Bella tak dapat memungkiri itu, bagaimanapun Hanna, bahkan Annie pun telah menegaskan jika mungkin saja Davine memang memiliki gangguan identitas disosiatif seperti apa yang mereka katakan.     

Siska agak tercengang, ia pikir hanya dirinya seorang yang mengetahui perihal gangguan identitas yang dimiliki oleh mantan kekasihnya itu, namun tampaknya Hanna, Bella, bahkan Annie sekalipun juga telah mengetahui hal itu.     

"Tunggu dulu, jadi sebenarnya kalian telah mengetahui jika Davine memiliki gangguan identitas disosiatif?" tanya Siska pada Hanna dan Bella.     

Hanna pun segera membenarkan pertanyaan itu, ia mengatakan jika dirinya telah mencurigai Davine memiliki gangguan itu semenjak ia mendapatkan note milik lelaki itu, ia juga menegaskan jika apa yang Davine alami saat ini adalah hal yang wajar, ia tampak lupa akan beberapa momen dalam hidupnya, terutama jika itu adalah momen atau ingatan traumatis. Hanna menegaskan jika itu adalah salah satu gejala yang kerap dialami oleh penderita gangguan dissosiatif identity disorder seperti apa yang saat ini Davine alami.     

Hanna menjelaskan jika penderita gangguan dissosiatif identity disorder pada dasarnya masih bisa dimintai pertanggung jawabannya, karena menurut beberapa pakar, penderita gangguan kepribadian ini bukanlah tergolong ke dalam gangguan mental yang berat, sehingga penderita. Namun keputusan itu juga harus melalui beberapa pertimbangan dan pengkajian secara penuh seperti, separah apa intensitas gangguan kepribadian ganda yang dialami subjek terkait.     

Dalam kasus ini Hanna membenarkan jika apa yang dilakukan Davine saat itu kemungkinan besar memang di luar kendalinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.