Another Part Of Me?

Part 4.51



Part 4.51

0Hanna segera mengajak Siska dan Davine untuk segera mengikuti titik lokasi Bella yang ia lacak lewat smartphone miliknya. Mereka tak punya banyak waktu lagi.     

"Titik lokasinya bergerak ke arah timur laut kota ini!" tukas Hanna.     

Kini Hanna, Siska, dan Davine telah berada di dalam mobil. Tak membuang-buang waktu lagi, lelaki itu segera menancap pedal gas mobil tersebut.     

"Aku tidak tahu bagaimana kau bisa mengetahui hal ini!" ujar Hanna pada Davine.     

"Setelah kita berhasil menemukan Bella, pastikan kau menjelaskan hal ini dengan benar!" ancam Hanna pada Davine.     

Saat ini jarak antara mereka dan titik lokasi yang ditunjukkan oleh alat pelacak yang berada pada Bella itu cukup jauh. Untungnya situasi kota yang sedang lockdown membuat setiap ruas jalan raya di kota itu minim akan kendaraan lain, membuat Hanna dapat melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, tentu saja mereka harus berpacu dengan waktu saat itu.     

Siska yang saat itu di tugaskan oleh Hanna untuk memantau titik pergerakan Bella lewat smartphonenya terus memberikan arahan pada kakak sepupunya itu, sedang Hanna lebih berkonsentrasi untuk dapat melajukan kendaraan mereka dengan maksimal.     

"Titik lokasinya berhenti!" tukas Siska.     

"Di mana lokasinya?" tanya Hanna.     

"Sekitar beberapa kilometer dari posisi kita saat ini. Kita hanya perlu mengikuti jalan poros ini!" tukas Bella.     

Davine kembali merasakan sakit di kepalanya, tampaknya ia akan kembali tertarik masuk ke dalam sudut pandang yang terkoneksi langsung dengannya itu.     

Siska yang melihat Davine kembali dalam kondisi itu segera merasa panik, namun Davine dengan sisa kesadarannya memerintahkan agar wanita itu dan Hanna tetap fokus dan tak perlu memedulikan keadaannya.     

"Tetaplah fokus pada tujuan kita, aku akan baik-baik saja!" ujar Davine dengan sisa-sisa kesadarannya.     

Davine telah sepenuhnya masuk ke dalam sudut pandang itu. Saat itu ia sedang mengendong Bella yang telah tak sadarkan diri, ia membawa wanita itu untuk memasuki sebuah rumah yang tampak telah terbengkalai yang berada beberapa meter di sisi jalan, sedang mobil yang digunakan oleh pemilik sudut pandan itu terparkir begitu saja di ruas jalan itu.     

Sang pemilik sudut pandang itu segera memasuki rumah terbengkalai itu, tampaknya ia sudah cukup hafal dengan seluk beluk rumah tersebut. Davine terus memperhatikan setiap area yang dapat ia jangkau dalam sudut pandang itu, ia harus menghafal area itu guna memudahkan mereka mencari di mana bangunan terbengkalai itu berada. Untungnya Davine telah sempat mengingat bagaimana dan apa saja yang dapat ia jadikan sebagai patokan untuk menemukan di mana keberadaan rumah terbengkalai itu sebelum sang pemilik sudut pandang itu mulai masuk ke dalam rumah terbengkalai itu.     

Davine kembali tertarik keluar dari sudut pandang itu, walau kondisinya masih sangat buruk, namun ia segera berusaha menyampaikan informasi yang baru saja ia dapatkan dari penglihatan yang baru saja ia dapatkan itu.     

"Ia membawa wanita itu masuk ke dalam sebuah rumah kosong!" tukas Davine, sebelum akhirnya dirinya kembali tertarik masuk ke dalam sudut pandang itu.     

Dalam sudut pandang itu, Davine berdiri tepat di depan sebuah lemari usang yang berada di dalam rumah terbengkalai itu. Kini ia tak mendapati keberadaan Bella lagi. Sang pemilik sudut pandang itu segera berjalan keluar dari rumah terbengkalai itu dan segera kembali ke mobilnya untuk meninggalkan tempat itu. Tampaknya sang pemilik sudut pandang itu telah menyembunyikan Bella di suatu tempat yang terdapat di dalam rumah terbengkalai tersebut.     

Davine kembali tersadar dan keluar dari sudut pandang itu, tentu saja kondisinya masih sama seperti sebelumnya. Seperti biasa efek samping yang selalu ia rasakan setelah mengalami kondisi itu kembali menyerangnya.     

Siska tampak sangat khawatir akan kondisi Davine saat itu, namun Davine dengan sisa kesadarannya segera memberikan isyarat agar mereka segera bergerak menuju titik lokasi Bella saat itu.     

Sampai di titik lokasi, mereka mendapati ada beberapa rumah terbengkalai yang berdiri saling berdampingan di tempat itu, sedang titik lokasi dari alat pelacak itu tidak bisa menentukan secara pasti di mana keberadaan Bella saat itu, alat pelacak itu hanya bisa menunjukkan jika titik lokasi mereka saat itu telah sesuai dengan koordinat lokasi di mana alat pelacak itu berada.     

Davine yang kini sudah mulai kembali dalam keadaan normalnya segera berusaha menerawang lokasi tempat mereka berhenti saat itu. Ia tahu jika saat ini Bella sedang berada di salah satu rumah di antara beberapa rumah terbengkalai yang terdapat di area titik koordinat yang di pancarkan oleh alat pelacak itu.     

"Wanita itu disembunyikan pada salah satu rumah di antara beberapa rumah yang terbengkalai ini!" tukas Davine.     

"Lelaki itu tampaknya telah pergi dari tempat ini dan meninggalkan wanita itu begitu saja!" tambahnya lagi.     

Tentu saja Hanna dan Siska hanya bisa mengerutkan keningnya, namun apa yang di katakan Davine saat itu tentu tak dapat mereka sangkal, bagaimanapun alat pelacak itu memancarkan signal jika kini titik lokasinya berada di tempat itu, sedang mereka kini tak melihat adanya kendaraan atau orang lain yang berada di tempat itu.     

"Aku rasa aku sedikit mengingat di mana sang pelaku menyembunyikan wanita itu!" tukas Davine.     

Davine segera berjalan dan mendekati salah satu rumah terbengkalai yang berada di antara beberapa rumah terbengkalai lainnya, untungnya ia masih mengingat bagaimana ciri luar dari rumah yang ia masuki saat tertarik ke dalam sudut pandang itu. Sedangkan Hanna dan Siska, mereka hanya bisa saling menatap satu sama lain, tentu ia tak mengerti mengapa Davine seolah bisa mengetahui hal itu.     

Kini mereka telah memasuki salah satu rumah terbengkalai itu, Davine yakin benar jika itu adalah rumah yang dipilih oleh sang pemilik sudut pandang itu untuk menyembunyikan Bella.     

Hanna, Siska, dan Davine segera berpencar untuk mencari Bella di setiap sudut ruangan yang terdapat di dalam rumah terbengkalai itu, namun hasilnya nihil. Hanna juga terus menyerukan nama Bella, ia berharap wanita itu akan menjawab panggilannya itu.     

"Apa kau yakin jika Bella berada di tempat ini?" tanya Hanna pada Davine.     

"Ya, aku melihat lelaki itu membawa wanita itu masuk ke dalam rumah ini!" jawab Davine.     

"Aku peringatkan padamu, jangan bermain-main denganku!" ancam Hanna.     

Seketika Davine teringat pada penglihatan yang ia lihat dalam sudut pandang itu, penglihatan itu memang terpotong karena ia sempat sadar dan kembali menarik dirinya keluar dari sudut pandang itu, namun ketika ia kembali tertarik untuk kedua kalinya ke dalam sudut pandang itu, sang pemilik sudut pandang itu tampak sedang berdiri di depan sebuah lemari yang terdapat di dalam rumah terbengkalai itu, sebelum akhirnya sang pemilik sudut pandang itu pergi dan meninggalkan tempat itu. Davine tak dapat memastikan di mana letak lemari itu karena penglihatan yang ia dapatkan saat itu sangatlah buruk.     

"Lemari!" tukas Davine.     

"Wanita itu disembunyikan dalam salah satu lemari yang terdapat di rumah ini!" ujarnya lagi.     

Awalnya Hanna tak mempercayai perkataan itu, namun Siska yang mendengar hal itu segera mengambil langkah untuk mengecek setiap lemari yang terdapat di dalam rumah terbengkalai tempat mereka berada saat itu, Hanna yang melihat adik sepupunya tampak sangat mempercayai apa yang Davine katakan, mau tidak mau segera ikut bergerak untuk memeriksa setiap lemari yang terdapat di dalam rumah terbengkalai itu.     

"Aku menemukannya!" teriak Siska.     

Hanna dan Davine yang mendengar teriakan itu segera mencari Siska dengan mengikuti sumber suaranya.     

Hanna yang pertama kali sampai ke tempat di mana Siska menemukan Bella, segera mengangkat wanita itu dan mengeluarkannya dari lemari itu, hal ini tepat seperti apa yang Davine katakan. Menurut lelaki itu Bella pasti disembunyikan pada salah satu lemari yang terdapat di rumah terbengkalai itu.     

Hanna mencoba menyadarkan Bella yang saat itu sedang dalam keadaan tak sadarkan diri. Ia beberapa kali menggerak-gerakan tubuh wanita itu dengan lembut, berharap sesuatu yang buruk tidak menimpa kekasihnya itu.     

Kini Hanna, Siska, dan Davine telah berkumpul pada ruangan di mana Siska menemukan Bella saat itu.     

"Bagaimana keadaannya?" tanya Siska cemas.     

Hanna segera mengecek denyut nadi dan pernafasan wanita itu, tampaknya saat itu Bella hanya sedang pingsan saja.     

"Tampaknya ia hanya pingsan!" tukas Hanna.     

"Lebih baik kita membawanya ke mobil sekarang!" usul Siksa.     

Hanna segera menyetujui hal itu. Ia segera mengendong Bella yang sedang tak sadarkan diri untuk keluar dari rumah terbengkalai itu dan segara menuju mobilnya. Sedangkan Davine dan Siska mengikuti lelaki itu dari belakang.     

Siska segera berlari untuk mendahului Hanna, ia dengan sigap membuka pintu mobil itu agar Hanna bisa dengan leluasa merebahkan Bella di bagian jok belakang mobil tersebut.     

Hanna menatap lekat Bella yang sedang tidak sadarkan diri itu, ia beruntung masih bisa menemukan wanita itu dalam keadaan hidup, andai saja Davine tak segera menyadari jika saat itu Bella tengah dalam bahaya, bisa saja sesuatu yang lebih buruk kini telah menimpa kekasihnya itu, pikir Hanna.     

"Tampaknya dia butuh waktu hingga ia sadarkan diri!" ujar Hanna, sembari berjalan menuju ke arah Davine dan Siska yang saat itu masih berdiri dan menunggu di luar mobil itu.     

"Terimakasih," ujar Hanna. Ia menyodorkan tangannya pada Davine.     

"Andai kau tidak menyadarinya, mungkin Bella bisa saja mengalami sesuatu yang jauh lebih buruk dari ini," tambah Hanna.     

"Aku tak tahu bagaimana kau bisa mengetahui semua itu, tampaknya kita harus berbicara lebih mengenai perihal itu!" tukas Hanna.     

Awalnya Davine cukup ragu untuk menerima sodoran tangan itu, bagaimanapun ia dan Hanna adalah dua sosok yang sangat berbeda, faktanya ia adalah seorang pembunuh, sedang Hanna, lelaki itu bekerja dengan sangat keras untuk menangkap orang-orang sepertinya.     

Hanna melirik Davine dengan tatapan tajam, ia masih menunggu lelaki itu untuk menyambut tangannya.     

Davine yang merasa telah membuat lelaki itu menunggu, segera menyambut tangan lelaki itu.     

"Apakah ini artinya kau tak akan menangkap Davine?" potong Siska tiba-tiba. Tampaknya dengan melihat sikap kakak sepupunya itu, ada kemungkinan jika lelaki itu akan mengurungkan niatnya untuk menangkap Davine.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.