Another Part Of Me?

Part 4.53



Part 4.53

0Davine mengacak kasar rambutnya, ia tak tahu harus menceritakan hal itu atau tidak, bagaimanapun juga itu adalah hal paling konyol dan tidak masuk akal untuk diceritakan, bahkan bagi anak kecil yang mendengarnya sekalipun, Davine yakin jika mereka akan segera mengatakan jika dirinya sedang berdusta, pikirnya.     

"Hey, kami menunggu!" sindir Hanna.     

"Aku tak yakin harus menceritakan hal ini atau tidak," jawab Davine. Tentu saja ia akan merasa seperti orang bodoh jika ia menceritakan kebenaran perihal dirinya kepada kedua orang itu.     

"Ceritakan saja, aku akan mencoba mempercayaimu!" tukas Hanna. Lelaki itu tampak mengetukan-ngetukan jari telunjuknya sendiri     

"Aku mempercayaimu!" potong Siska tiba-tiba.     

Davine yang tahu jika kini ia sudah tak punya pilihan lain segera menghembuskan nafasnya panjang. Ia tahu jika kedua orang itu tak akan melepaskannya begitu saja sampai mereka mendengar kebenarannya.     

"Baiklah, aku akan menceritakannya. Aku bahkan tak akan peduli jika kalian lebih memilih untuk tidak mempercayainya dan menganggap hal ini adalah lelucon!" jawab Davine.     

"Mudahnya, aku melihat kejadian itu!"     

Hanna dan Siska saling bertemu pandang, tentu saja mereka tidak akan mengerti dengan apa yang baru saja Davibe katakan.     

"Apa maksudmu dengan melihatnya? Kita bahkan berada di tempat yang sama ketika kejadian itu menimpa Bella!" sanggah Hanna.     

"Ya, itu benar. Itulah mengapa aku mengatakan jika kalian tak akan mempercayainya," tukas Davine.     

"Baiklah, aku akan mendengarkan hal ini lebih lanjut. Pastikan kau menerangkannya dengan jelas!" titah Hanna.     

"Baiklah, ini mungkin terdengar konyol, namun aku yakin jika penglihatanku ini terkoneksi langsung kepada lelaki yang baru saja menculik wanita itu!" jawab Davine dengan sangat serius.     

"Aku rasa dia adalah orang yang sama yang selama ini mengikuti Siska!" tambahnya lagi dengan sangat mantap.     

Hanna dan Siska benar-benar tercengang dibuatnya, namun mereka tidak punya pilihan lain. Bagaimana tidak, saat itu Davine telah mengatakan terlebih dahulu jika itu adalah hal yang sangat tak masuk di akal. Membuat mereka hanya bisa terdiam dan menunggu Davine kembali melanjutkan ceritanya.     

"Dalam beberapa kesempatan aku merasa jika diriku seolah tertarik masuk ke dalam sudut pandang orang tersebut!" ujar Davine melanjutkan ceritanya.     

"Seperti yang kalian lihat saat kita berada di pemakaman itu. Saat itu aku sedang tertarik masuk ke dalam sudut pandang orang itu, itulah mengapa kondisiku tiba-tiba saja sangat kacau. Aku rasa itu adalah efek samping yang diberikan oleh kondisi tersebut!" jelas Davine.     

Hanna ingin sekali membantah apa yang baru saja Davine katakan, namun di satu sisi ia bahkan melihat sendiri hal itu secara langsung. Rasanya tidak mungkin Davine dapat melihat Bella yang saat itu bahkan berada di luar area pemakaman itu dari tempatnya. Itu bahkan sangat mustahil, pikir Hanna.     

"Lalu bagaimana bisa kau menjelaskan fenomena itu?" tanya Hanna.     

"Tentu saja aku tak bisa menjelaskannya. Namun ...." kini lelaki itu tampak terdiam sejenak.     

"Namun apa?" sambar Siska yang tampaknya sudah sangat penasaran.     

"Entahlah. Aku lebih berpikir ini adalah semacam ikatan batin," ujar Davine sedikit ragu.     

"Aku rasa hanya hal itu yang sedikit bisa aku terima, walau pada kenyatanya hal seperti ini tetap saja sangat mustahil untuk terjadi!" tambahnya lagi.     

"Tunggu dulu, jika kau mengatakan ini adalah ikatan batin, lalu, apa itu berarti jika kau dan pemilik sudut pandang itu memiliki sebuah ikatan?" tukas Hanna.     

"Bukankah sebelumnya aku sudah pernah mengatakannya padamu," jawab Davine.     

"Aku tak tahu pasti, namun sekali lagi, seperti apa yang pernah aku katakan sebelumnya, aku rasa ia adalah Another part of me!" tambahnya lagi.     

"Berhentilah bermain-main. Tak bisakah kau menjelaskan ini dengan lebih baik!" bentak Hanna.     

"Aku sama sekali tak mengerti akan bagian lain darimu sepeti apa yang kau maksud," tambah Hanna.     

"Aku akan mengerti jika yang kau maksud adalah alter darimu, namun rasanya itu sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa kau berada di dua tempat yang berbeda di waktu yang bersamaan!" tukas Hanna.     

"Ya, dia memang bukan sang alter dariku, namun apa yang kau katakan itu adalah benar, terkadang aku memang merasa seolah sedang berada di dua tempat yang berbeda di dalam waktu yang bersamaan, namun tampaknya hal itu sangat jarang terjadi. Namun aku bersumpah jika aku benar-benar mampu melihat di balik sudut pandang lelaki itu!" tekan Davine.     

"Hal ini memang sangat sulit untuk dijelaskan, bahkan diriku sendiri rasanya tak ingin mempercayainya. Namun itulah faktanya. Kau bertanya, aku menjawab, dan itulah jawabanku!" ujar Davine dengan sangat tegas.     

"Oke baiklah, anggap saja dalam situasi ini aku mempercayaimu. Lantas siapa orang di balik sudut pandang itu. Mengapa ia mengincar Siska dan bahkan Bella?" tanya Hanna.     

"Aku rasa yang ia incar bukan kedua wanita itu!" sanggah Davine.     

"Apa kau tidak berpikir jika sebenarnya yang ia incar adalah kita berdua?" tanya Davine.     

Davine pun segera meluruskan pernyataannya itu, menurutnya mungkin saja lelaki itu sengaja mengincar Siska karena wanita itu memiliki hubungan dengan dirinya, sedangkan untuk kasus Bella, bukankah sudah jelas jika lelaki itu melakukan tindakan penculikan itu semata-mata hanya untuk menegaskan jika dirinya tahu bahwa Hanna adalah seorang penyidik yang terjun dan menangani langsung kasus pembunuhan berantai yang telah terjadi di kota itu.     

"Jadi maksudmu, lelaki itu adalah sang pembunuh berantai yang selama ini meneror kota ini?" tanya Hanna.     

"Untuk hal itu, aku tak dapat memastikannya. Namun aku yakin jika lelaki itu pasti ada kaitannya dengan kasus pembunuhan berantai yang telah terjadi sampai saat ini.     

Hanna pun segera mengingat kata-kata yang sempat Bella katakan mengenai lelaki itu. Menurut apa yang wanita itu dengar, entah mengapa sang lelaki itu seolah dengan sengaja menegaskan jika ia tak sendirian, menurut Bella, lelaki itu lebih memilih kata 'kami' daripada menggunakan kata 'aku', tentu saja hal itu kian menjadi pertanyaan bagi Hanna, dan tak sampai di situ saja, lantas apa pula maksud dari perkataan jika mereka akan merenggut sesuatu yang telah direnggut dari mereka, pikir Hanna.     

"Ada banyak hal yang telah menjadi dugaanku sampai saat ini. Walau pemikiran itu sedikit liar, namun aku merasa jika semua ini seolah memiliki keterkaitan dengan diriku!" tukas Davine.     

"Aku rasa hanya itu yang bisa aku jelaskan untuk saat ini!" tambahnya lagi.     

"Aku rasa aku sudah mengatakan apa yang ingin kalian dengar, mungkin saat ini kalian pikir aku ini gila atau semacamnya, namun bukankah kalian telah melihat dan mengalaminya sendiri. Aku sangat serius tentang hal ini!" tegas Davine.     

Hanna tampak terdiam sejenak, ia tak bisa memungkiri jika apa yang baru saja mereka alami dalam upayanya penyelamatan Bella bersama Davine memanglah aneh dan tak masuk akal. Entah mengapa lelaki itu seolah memang benar-benar tahu dan terkoneksi langsung pada lelaki yang tengah menculik Bella saat itu. Bagaimana tidak, semua yang Davine katakan saat itu benar-benar tak ada satu pun yang meleset. Hal ini membuat Hanna kembali berpikir dua kali untuk mempercayai hal yang terdengar sangat mustahil itu.     

"Tak mengapa, aku tak akan merasa kecewa jika kalian tidak mempercayai apa yang aku katakan," ujar Davine memecah keheningan itu.     

Siska segera menatap Davine, ia tahu jika apa yang lelaki itu katakan memanglah sangat tidak masuk di akal, namun sekali lagi, hatinya berkata lain. Ia bisa mempercayai lelaki itu hanya dengan perasaannya saja, namun hal ini tentu tidak akan berlaku pada Hanna. Lelaki itu adalah seorang penyidik yang telah memiliki cukup banyak jam terbang. Tentu saja ia adalah orang yang selalu berpikir secara rasional.     

"Maafkan aku Hanna, tampaknya aku harus mengurungkan niatku untuk menyerahkan diri kepadamu," ujar Davine tiba-tiba.     

"Aku harus melakukan sesuatu tentang hal ini. Aku juga harus menyelamatkan seseorang!" tambahnya. Lelaki itu berbicara tentang Lissa.     

Awalnya Davine memang telah pasrah dan merasa terbebani sebab kenyataan yang baru saja ia dengar dari Hanna, ia tahu jika dirinya adalah sang pembunuh ayah dari Annie, dan yang parahnya lagi hal itulah yang tampaknya membuat Annie memutuskan untuk mengakhiri hidupnya seperti apa yang telah Hanna katakan. Namun saat ini ia mulai kembali tersadar, entah mengapa kata-kata dari Annie sebelum kematiannya tiba-tiba saja tergiang di otaknya. Wanita itu benar, Davine tak akan bisa memutar waktu, semua yang telah terjadi tak akan bisa ia kembalikan seperti semula, namun di satu sisi Davine mencoba memahami kalimat itu dari sisi yang berbeda. Entah mengapa ia merasa jika saat itu Annie bukan sedang menghakiminya dengan kata-kata itu, ia merasa saat itu Annie seolah sedang memperingatkannya jika ia tak boleh menyesali apa yang telah terjadi, ia harus melakukan segala hal yang bisa ia lakukan agar tak ada lagi penyesalan di lain waktu.     

Davine segera menarik handgun miliknya dan mengacungkannya pada Hanna. Kini ia telah kembali pada tujuan awal di mana ia sedang berusaha mencari keberadaan Lissa, tentu saja ia tak boleh menyerahkan diri pada Hanna sekarang, ia bahkan tak punya waktu banyak sebelum sesuatu yang buruk terjadi pada wanita itu.     

Hanna segera mengangkat kedua tangannya. Namun ia tampak sangat tenang, tak ada sedikit pun kepanikan yang terlihat dari lelaki itu.     

"Apa aku pernah mengatakan jika aku akan menangkapmu saat ini?" tanya Hanna pada Davine.     

Davine yang mendengar hal itu tak sedikit pun mengendurkan perhatiannya, mungkin saja itu hanyalah pengalihan yang dengan sengaja dilakukan oleh lelaki itu, pikirnya.     

"Bukankah kau telah mengetahui jika aku adalah pelaku pembunuhan ayah dari Annie. Aku rasa itu adalah alasan yang sudah lebih dari cukup bagimu untuk menangkapku!" jawab Davine.     

"Kau benar, aku sudah punya bukti kuat dan pengakuan langsung darimu saat ini," tambah Hanna.     

"Tentu aku bisa saja segera mengirimkan dirimu ke dalam penjara saat ini. Namun ada hal lain yang harus aku pertimbangkan untuk saat ini," tukas Hanna.     

"Aku tak mengatakan jika aku tak akan menangkapmu, hanya saja tidak sekarang!" tambahnya lagi.     

"Bagaimanapun juga kau telah banyak membantuku baik itu perihal Bella maupun Siska," ujarnya.     

"Pergilah, jika memang ada sesuatu yang benar-benar harus kau lakukan," tambah lelaki itu sekali lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.