Another Part Of Me?

Part 4.52



Part 4.52

0 "Aku tak berkata demikian. Tentu saja sebagai seorang penyidik aku ingin setiap pelaku tindak kriminal mempertanggung jawabkan perbuatannya!" tukas Hanna.     

"Namun ...." belum sempat Hanna menyelesaikan kata-katanya, perhatian mereka teralihkan pada Bella yang tampak baru saja sadar dari pingsannya.     

Hanna menunda kata-katanya itu, ia segera menghampiri Bella yang kini tampak duduk sembari memegangi kepalanya, sedang Siska dan Davine segera menyusul di belakang lelaki itu.     

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Hanna, di matanya tampak kekhawatiran yang sangat besar.     

Bella tak langsung menjawab pertanyaan dari kekasihnya itu, untuk sesaat ia tampak linglung karena baru saja sadar dari pingsannya.     

Hanna segera beranjak untuk mengambilkan sebotol air mineral yang berada di jok depan, ia membuka dan memerintahkan Bella untuk segera meminumnya.     

"Bagaimana sayang, apa sudah lebih baik?" tanya Hanna, tentu lelaki itu tengah sangat merasa penasaran akan apa sebenarnya yang telah terjadi pada wanita itu.     

Bella yang kini mulai kembali mendapatkan seluruh kesadarannya segera menangis dan memeluk Hanna, wanita itu tampak masih sangat syok dengan apa yang baru saja menimpanya.     

"Tenanglah, semua telah baik-baik saja. Percayalah!" bisik Hanna lembut pada telinga wanita itu.     

Butuh beberapa waktu bagi Bella untuk menstabilkan mentalnya, bagaimanapun juga ia baru saja menjadi korban penculikan. Bella terus mendekap Hanna dengan segenap tenaganya yang tersisa, tampaknya aroma dari tubuh kekasihnya itu cukup dapat menenangkan dirinya.     

Setelah beberapa waktu dalam keadaan itu, kini Bella menarik dirinya keluar dari dekapan Hanna. Wanita itu segera mengusap air matanya sembari menunggu menarik nafasnya cukup panjang.     

"Orang itu tiba-tiba saja merangkul dan menarik diriku dari belakang!" ujar Bella, suaranya masih sedikit bergetar.     

"Oke baiklah, tenangkan dirimu. Mari kita bicarakan ini pelan-pelan!" tanggap Hanna. Ia tahu mungkin Bella masih dalam keadaan syok saat itu.     

Bella beberapa kali menarik dan mengembuskan nafasnya secara perlahan, kini ia sudah merasa sedikit lebih tenang, suaranya bahkan tak bergetar seperti sebelumnya lagi.     

Bella pun dengan perlahan menceritakan apa yang telah ia alami pada Hanna, Siska, dan Davine.     

Bella berkata, saat itu ia sedang mencoba menenangkan dirinya, ia merasa emosinya sangat tidak stabil saat itu, membuatnya berpikir jika ia harus mengasingkan dirinya barang sejenak.     

Bella berjalan cukup jauh, ia berjalan dengan setengah sadar hingga sampai pada area luar pemakaman itu, ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri hingga membuatnya tanpa sadar berjalan terlalu jauh meninggalkan mereka.     

Saat itu Bella melayangkan pandangannya jauh pada hamparan makam yang berada di area itu, walau matanya menatap ke arah itu, namun pikirannya melayang jauh ke suatu tempat, membuatnya tidak sadar jika ada orang asing yang berusaha mendekatinya dari belakang.     

"Aku tidak menyadarinya, tiba-tiba saja orang itu sudah berada di belakangku, semua terjadi begitu cepat!" jelas Bella.     

Bella mengatakan jika orang itu segera mendekap dan menjadi mengunci pergerakannya dari belakang, ia tak tahu pasi, rasanya orang itu mendekap mulut dan hidungnya dengan sebuah kain. Bella sudah berusaha berontak, namun dekapan yang diberikan orang itu sangat kuat, seketika kesadarannya mulai goyah, tampaknya orang itu memberikan obat bius pada kain yang ia gunakan untuk mendekap mulut dan hidung Bella, seketika membuat wanita itu mulai kehilangan setengah kesadarannya.     

Bella merasakan lemas dan mulai mati rasa pada seluruh tubuhnya, ia ingin berteriak namun percuma, yang bisa ia lakukan saat itu hanya mengerakkan bola matanya saja.     

Orang itu segera menutup mata Bella dengan sebuah kain, tampaknya ia tidak ingin wajahnya dilihat oleh Bella yang tampak masih bisa sedikit mempertahankan kesadarannya.     

Bella tak lagi dapat melihat apa yang telah terjadi sebab perlakukan orang itu, yang ia tahu hanyalah orang itu tampak mengangkatnya dan segera memasukkan dirinya ke dalam mobil. Bella tahu itu karena ia masih bisa mendengar suara fan merasakan getaran dari mesin mobil itu.     

Saat itu Bella tegah berada di ujung kesadarannya, tampaknya efek dari zat yang ia hirup kini mulai semakin intens. Bella merasakan jika mobil itu kini telah melaju meninggalkan area itu, sesaat ia mendengar tawa yang tak lain berasal dari orang yang tengah menculiknya itu.     

"Saat itu aku masih bisa mempertahankan kesadaranku, aku mendengar orang itu tertawa terbahak-bahak, sebelum akhirnya ia mengatakan ...." Bella tampak berpikir sejenak, ia mencoba mengingat kembali apa yang orang itu katakan padanya.     

"Tenanglah manis, aku tak akan membunuhmu. Ini hanyalah sebuah ucapan salam dariku buat mereka!" ujar Bella, wanita itu mencoba menirukan apa yang orang itu katakan kepadanya.     

"Kurang lebih itulah kata-kata yang ia ucapkan," jelas Bella.     

Bella tampak terdiam sesaat, tampaknya masih ada sesuatu yang ia ingat saat itu.     

"Ada apa, apa kau mengingat sesuatu?" tanya Hanna penasaran.     

"Ya, aku rasa orang itu juga mengatakan sesuatu tentang kota dan semacamnya. Tunggu sebentar!" ujar Bella, wanita itu tampak berpikir dengan sangat keras.     

"Kali ini kami tak akan gagal, kami akan kembali mengambil apa yang telah mereka renggut dari kami. Kota ini akan kembali kepada penguasa yang sudah seharusnya!" ujar Bella. Setidaknya itulah yang ia dengar dari orang yang menculiknya itu.     

Hanna, Davine, dan Siska terdiam mematung. Kini mereka seolah berkutat dengan pemikirannya masing-masing.     

Bella menegaskan jika itulah hal yang terakhir kali ia ingat, tampaknya setelah itu ia tak lagi mampu mempertahankan kesadarannya lagi.     

"Aku rasa hanya itu yang aku ingat!" tukas Bella, wanita itu sesekali masih tampak memegangi kepalanya.     

"Baiklah, aku mengerti, itu informasi yang sangat membantu," sambung Hanna.     

"Bagaimana keadaanmu saat ini, apa perlu kita memeriksakannya ke rumah sakit, aku khawatir ada efek lain dari obat bius yang telah kau hirup!" tawar Hanna.     

Namun Bella segera menolaknya, menurut wanita itu kini ia telah baik-baik saja.     

Hanna mengalihkan pandangannya ke arah Siska dan Davine. Ia memberi isyarat agar kedua orang itu segera kembali masuk ke mobilnya.     

"Aku akan mengantarkan Bella untuk pulang ke rumahnya, aku rasa ia perlu beristirahat setelah mengalami kejadian tak terduga ini," ujar Hanna.     

"Dan kalian berdua. Setelah ini kita harus berbicara lebih!" titah Hanna.     

Siska dan Davine menyetujui perkataan Hanna saat itu, menurut mereka saat ini Bella memang harus segera diantar pulang untuk beristirahat dan menenangkan dirinya. Tak membuang banyak waktu lagi, Hanna segera melesatkan mobilnya saat itu juga.     

Keadaan canggung tentu saja sangat terasa di dalam mobil itu, baik Hanna, Bella, Siska, dan Davine, mereka tak saling berbicara satu sama lain. Tampaknya kejadian yang baru saja mereka alami itu kian menjadi pertanyaan di pikiran mereka masing-masing.     

Sampai di kediaman Bella, Hanna segera mengantarkan kekasihnya itu untuk memasuki rumah itu, ia merangkul pinggang Bella, tampaknya wanita itu masih kesulitan untuk berjalan. Sedangkan Siska, dan Davine kini menunggu di dalam mobil yang terparkir di depan rumah tersebut.     

Suasana saat itu tak kalah canggung dari sebelumnya. Tampak beberapa kali mata mereka saling bertemu, namun beberapa kali pula mereka saling membuang muka.     

"Terima kasih sudah mempercayaiku!" ujar Davine membuka percakapan.     

"Yeah, aku hanya mengikuti kata hatiku saja!" jawab Siska.     

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Siska. Wanita itu tampak memainkan jari-jemarinya.     

"Entahlah, jika lelaki itu ingin menangkapku, maka aku akan menyerahkan diriku pada pihak Kepolisian!" jawab Davine.     

"Bagaimanapun juga, aku memanglah orang yang membunuh ayah dari Annie," tambahnya lagi.     

"Mungkin itu benar, tapi kau melakukan itu di luar kehendakmu. Kau bahkan tak mampu mengendalikan dirimu sendiri bukan?" potong Siska.     

"Tapi, tetap saja, faktanya akulah orang yang membunuh ayah dari wanita itu!" sambung Davine.     

Plaaaaakk ...!     

Tiba-tiba saja Siska menampar Davine. Itu bahkan kali pertama bagi Siska menampar lelaki yang ia cintai itu.     

"Kau bukan orang jahat. Tanamkan itu baik-baik dalam dirimu!" tegas Siska.     

Davine yang menerima perlakuan itu seketika tertegun, ia sangat ingin mempercayai apa yang wanita itu katakan, ia merasa sangat beruntung karena masih ada orang yang sangat mempercayai dirinya seperti wanita itu.     

Di tengah percakapan itu tiba-tiba saja Hanna datang dan membuat hal itu terhenti.     

Hanna segera kembali duduk di depan setir mobilnya.     

"Baiklah, kita perlu tempat untuk berbicara!" ujar Hanna. Lelaki itu segera kembali melajukan mobilnya saat itu juga.     

Hanna membawa Davine ke kediaman Siska, tampaknya mereka tak bisa sembarangan memilih tempat yang begitu terbuka, saat ini pihak Kepolisian tentu masih menginginkan Davine sebagai seorang saksi mata terkait aksi bunuh diri yang Annie lakukan.     

"Kita bisa berbicara di kamarku!" ajak Hanna.     

Davine dan Siska hanya bisa mengikuti apa yang Hanna katakan saat itu.     

Hanna segera menarik kursi yang berada di meja kerjanya, ia memberikan itu pada Davine, sedang Hanna dan Siska, mereka lebih memilih untuk duduk di atas kasur.     

"Tentu saja ada banyak hal yang ingin aku pertanyakan kepadamu," ujar Hanna membuka pembicaraan itu.     

"Yang pertama, ini terkait Siska dan Bella. Bagaimana kau bisa mengetahui jika mereka sedang dalam bahaya?" tanya Hanna.     

Siska yang mendengar namanya juga turut disebut dalam kalimat itu segera mengerutkan keningnya, ia tak tahu menahu soal itu, pikirnya.     

Hanna yang menyadari ekspresi yang Siska tunjukan segera meluruskan hal itu. Siska memang masih belum mengetahui jika beberapa waktu yang lalu Davine sempat mendatangi Hanna untuk menyampaikan peringatan itu.     

Siska yang mendengar hal itu tentu saja terkejut tidak main. Belakangan ini ia memang menyadari jika dirinya kerap diikuti oleh seseorang, namun ia tak pernah tahu jika ternyata Davine juga mengetahui hal tersebut.     

"Beberapa waktu yang lalu ia pernah mendatangiku untuk memberikan peringatan akan keselamatanmu yang ia katakan sedang terancam!" jelas Hanna.     

"Tentu saja hal ini kian menjadi perhatian untukku, setelah pertemuan itu aku selalu bertanya-tanya bagaimana kau bisa mengetahui hal itu?" tanya Hanna.     

"Dan kejadian yang baru saja terjadi itu, semakin menambah rasa penasaranku. Tak dapat aku pungkiri, apa yang kau katakan itu tampaknya sangatlah akurat," tambah Hanna.     

Siska yang baru saja mendengar hal itu, tentu saja juga dibuat semakin bertanya-tanya. Bagaimana bisa Davine mengetahui hal itu, dan yang baru saja terjadi pada Bella, hal itu bahkan terjadi tepat di depan kedua matanya, pikir Siska.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.