Another Part Of Me?

Part 4.56



Part 4.56

0Siska mengerutkan keningnya, walau ia sedikit paham dengan apa yang baru saja Hanna sampaikan. Namun tampaknya wanita itu masih butuh penjelasan lebih akan hal itu.     

"Apa maksudmu sang pelaku adalah pembunuh bayaran atau semacamnya?" tanya Siska ragu.     

"Tidak, aku rasa dia adalah orang yang terlibat secara langsung. Jika pembunuh bayaran adalah pihak eksternal yang menerima pekerjaan itu atas keuntungan yang telah disepakati, namun untuk kasus ini berbeda!" jawab Hanna.     

"Mudahnya sang pelaku melakukan aksinya itu bukan hanya karena kemauannya atau tujuannya sendiri, namun ada pihak lain yang dengan sengaja memerintahkannya untuk melakukan hal itu guna bersama-sama mendapatkan hasil yang mereka inginkan!" tambah lelaki itu.     

"Astaga, jadi maksudmu ini adalah pembunuhan terselubung?" Siska cukup tersentak mendengar hal itu.     

"Ya, bisa dikatakan seperti itu. Aku rasa ada sebuah tujuan yang ingin mereka capai dengan rentetan pembunuhan yang telah terjadi sampai saat ini!" tegas Hanna.     

"Lalu apa tujuan mereka?" tanya Siska cemas.     

"Hal itulah yang saat ini harus aku pastikan. Namun ...." Hanna terdiam sesaat, sedang Siska tampak menunggu lelaki itu untuk kembali melanjutkan kata-katanya dengan penuh kekhawatiran.     

"Namun apa?" tanya Siksa tak sabaran.     

"Namun, aku rasa hal ini berkaitan dengan sebuah tragedi yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu," jawab Hanna, lelaki itu tak dapat mengatakan hal itu secara pasti pada adik sepupunya itu.     

"Dugaanku ini semakin kuat ketika mendengar pesan yang dikatakan oleh lelaki yang menculik Bella kemarin, jelas lelaki itu seolah menegaskan jika mereka pernah mengalami kegagalan dan akan berusaha untuk kembali melakukan tujuan yang mereka inginkan. Aku rasa sesuatu yang mereka sebut kegagalan itu berkaitan dengan tragedi yang pernah terjadi di kota ini beberapa tahun yang lalu!" tambah lelaki itu.     

"Lantas tragedi apa yang kau maksud?" tanya Siska lagi.     

"Itulah yang saat ini menjadi kendala dalam penyidikan ini, sialnya aku tak mendapatkan informasi apa pun perihal tragedi yang pernah terjadi di kota ini, aku merasa hal itu seolah dengan sengaja ditutup-tutupi, bahkan oleh pihak Pemerintahan dan Kepolisian di kota ini," jawab Hanna, lelaki itu bahkan terlihat sedikit frustrasi akan hal itu.     

Siska tampak menatap lekat wajah Hanna, ia bahkan tak pernah menyangka jika sebuah kasus pembunuhan bisa menjadi sekompleks ini.     

"Bagaimana dengan Davine, apa kau tak mampu menaruh kecurigaan pada kepribadian lain yang ia miliki?" tanya Siska.     

"Aku juga telah memikirkan hal itu sejak dulu, minimnya bukti yang bisa kami dapatkan dalam setiap kasus pembunuhan yang terjadi tentu menjadi kendala dalam penyelidikan ini, namun di beberapa kesempatan memang ada sesuatu yang seolah merujuk jika Davine adalah pelaku pembunuhan berantai itu," jawab Hanna.     

Hanna pun menjelaskan jika sebelum ia mendapatkan bukti foto yang dikirimkan oleh Ryean pada Bella, Davine pernah mengalami sebuah penyerangan oleh seorang pria paruh baya yang tak lain adalah tetangganya sendiri. Pria paruh baya itu adalah ayah dari seorang korban yang bernama Merry. Setelah mereka berhasil meringkus sang pria paruh baya itu karena terbukti melakukan penyerangan pada Davine, Hanna dan pihak Kepolisian yang bertugas melakukan interogasi pada pria paruh baya itu mendapati sebuah pernyataan yang cukup mencengangkan. Menurut pria paruh baya itu Davine adalah orang yang membunuh anaknya, sang pria paruh baya itu dengan tegas mengatakan jika ia mendapati Merry terakhir kali terlihat bersama Davine di malam sebelum anaknya itu di temukan tewas di area selatan kota itu.     

"Saat itu Davine mengalami sebuah luka tusukan yang ia alami sebab penyerangan yang dilakukan oleh pria paruh baya itu!" ujar Hanna.     

Siska yang mendengar hal itu tentu saja terkejut tidak main. Wanita itu tahu jika Davine memang pernah menjadi korban penikaman, namun yang ia tahu hal itu dikarenakan percobaan perampokan yang dialami lelaki itu saat berada di sebuah bus dalam perjalanan pulangnya.     

"Bukankah itu adalah kasus percobaan perampokan?" tanya Siska, wanita itu benar-benar tak habis pikir, ia bahkan merasa seperti orang bodoh saat itu.     

"Ya, itu benar, kami bekerja sama dengan pihak media cetak guna menjaga nama baik Davine kala itu!" jawab Hanna.     

"Kami hanya tak ingin para warga yang mendengar penyebab sebenarnya dari penikaman yang terjadi pada lelaki itu ikut berspekulasi liar tentang hal itu, sementara saat itu kami masih belum bisa memastikan hal itu dengan benar!" jelas Hanna.     

Hanna pun kembali menjelaskan apa yang dulu pernah terjadi saat kejadian itu. Ia menjelaskan jika saat itu Davine akhirnya bisa terbebas dari tuduhan yang dilayangkan oleh sang pria paruh baya yang menyerangnya itu, hal ini karena Davine mendapatkan pembelaan dari seorang saksi mata yang tidak lain adalah petugas kebersihan yang bekerja di apartemen yang ia tinggali. Menurut sang petugas kebersihan itu apa yang di katakan pria paruh baya itu tidaklah benar, bagaimana tidak, sang petugas kebersihan itu mengatakan dengan sangat yakin, jika pada malam itu ia sedang berada di kamar Davine untuk membantu lelaki itu membersihkan kamarnya, sedang menurut kesaksian dari sang pria paruh baya ia melihat Davine juga bersama putrinya di jam yang sama.     

"Namun mengingat jika saat itu kondisi mental dari sang pria paruh baya itu sedang tidak stabil, akhirnya pihak Kepolisian mau tidak mau harus memilih lebih mempercayai kesaksian dari sang petugas kebersihan itu!" terang Hanna.     

Hanna juga menjelaskan jika kematian Ryean hanya berselang beberapa waktu setelah Davine keluar dari rumah sakit itu. Namun Hanna juga menambahkan jika kemungkinan Davine adalah sang pelaku pembunuhan dari Ryean bisa terbilang kecil, bagaimanapun mereka tahu jika saat itu Davine sedang berada dalam masa pemulihannya, rasanya risiko itu sangat tinggi jika Davine memutuskan melakukan pembunuhan pada lelaki itu dengan kondisinya yang belum sepenuhnya pulih. Mengingat selama ini sang pelaku pembunuhan berantai itu terkesan sangat berhati-hati dalam melakukan setiap aksinya, rasanya tidak mungkin jika kematian yang Ryean alami adalah perbuatan Davine, Hanna menegaskan jika lelaki itu tak akan dengan gegabah melakukan aksi yang berbahaya itu dalam kondisi yang bisa dibilang belum pulih dan bisa saja membahayakan dirinya sendiri.     

Siska kini mulai mengerti mengapa kecurigaan Hanna pada Davine saat ini mulai berkurang.     

"Aku rasa sang alter milik Davine tidak akan melakukan pembunuhan tanpa ada alasan yang pasti!" ujar Hanna.     

"Dalam kasus Ryean, mungkin hal itu sedikit masuk akal, mengingat Ryean dengan sengaja memberikan bukti palsu yang di mana membuat Davine kian terpojok. Namun membunuh Ryean bukanlah pilihan yang tepat untuk dilakukannya, bagaimanapun lelaki itu memiliki bukti sebenarnya yang ia sembunyikan perihal kematian Annie!" tambah Hanna.     

"Maksudmu, daripada membunuhnya, bukankah sang alter lebih baik untuk memaksa Ryean memberitahukan atau menyampaikan kebenaran dan di mana bukti itu berada!" tanggap Siska.     

"Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiranku, aku tahu Davine bukanlah lelaki yang tak berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu, bahkan itu jika sang alter miliknya sekalipun!" sambut Hanna.     

"Lantas bagaimana dengan keputusan yang diambil oleh sang alter ketika ia memutuskan untuk membunuh ayah dari Annie, bukankah itu juga bukan pilihan yang tepat?" tanya Siska, walau sebenarnya ia juga berpikir akan hal yang sama dengan Hanna perihal sang alter milik Davine, namun ia hanya ingin mengetahui bagaimana sudut pandang Hanna dalam memahami hal tersebut.     

"Tentu itu juga berdasarkan pertimbangan yang sangat matang, aku rasa alasan sang alter tidak melaporkan kasus yang menimpa Annie itu ke pihak Kepolisian bertujuan agar aib yang disimpan Annie tidak terbongkar, entah itu pada keluarga ataupun teman yang bersangkutan. Bagaimanapun Annie pasti juga akan mengalami dampak yang besar jika hal itu sampai tersebar di publik!" tukas Hanna.     

Siska mengangguk paham. Ia cukup mengerti dengan apa yang telah Hanna jelaskan, untuk sesama wanita ia juga sangat mengerti bagaimana jadinya jika kabar tentang pelecehan yang diterima oleh wanita itu tersebar. Tentu akan ada saja oknum-oknum yang merundungnya, pikir Siska.     

"Jadi menurutmu Davine bukanlah pelaku pembunuhan berantai ini?" tanya Siska memastikan.     

"Aku bisa mengatakan hampir 70% jika Davine bukanlah pelaku dari pembunuhan berantai ini, namun aku juga merasa yakin jika lelaki itu memiliki keterkaitan atas apa yang telah terjadi hingga saat ini!" tegas Hanna.     

Keputusan yang diambil Hanna saat ini bukanya tanpa pemikiran panjang yang ia lakukan ke depan. Walaupun ia cukup yakin jika Davine bukanlah pelaku dari pembunuhan yang telah terjadi hingga saat ini, namun ia juga telah menyiapkan strategi jika saja dugaannya itu salah. Saat ini kalaupun Davine memanglah sang pembunuh berantai itu sendiri maka setidaknya ia dapat memantau dan mengawasi setiap pergerakan yang mencurigakan dari lelaki itu secara langsung. Ini seperti melakukan dua hal secara bersamaan. Di satu sisi Hanna dan Davine bekerja sama untuk mencoba menangkap lelaki yang bisa saja adalah sang pembunuh berantai itu, namun di sisi lain, jika saja ternyata sang pembunuh berantai itu adalah Davine sendiri, maka Hanna juga akan lebih mudah untuk meringkusnya. Hanna juga telah menegaskan jika nantinya ia memang akan tetap menangkap Davine sebab pembunuhan yang lelaki itu lakukan pada ayah dari Annie, walaupun hal itu tak ia lakukan saat ini.     

Siska tampak sedikit menghembuskan nafasnya lega, bagaimanapun juga ia masih sangat khawatir jika Hanna masih mencurigai mantan kekasihnya itu, sementara ia sendiri juga yakin jika Davine bukanlah orang yang melakukan suatu hal tanpa alasan yang jelas. Siska sangat paham benar akan hal itu, kalaupun sang alter milik lelaki itu melakukan suatu tindakan yang sangat ekstrem seperti sebuah pembunuhan, maka Siska yakin jika ada hal dan tujuan pasti mengapa ia melakukan hal itu. Ia tahu bahkan sang alter dari lelaki itu juga adalah orang yang baik, hanya saja ia lebih keras dan cenderung egois dalam melakukan apa yang menurutnya adalah benar.     

"Aku harap hal ini akan berakhir dengan baik," ujar Siska menutup pembicaraan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.