Another Part Of Me?

Part 4.60



Part 4.60

0 "Apa kau yakin jika sang pengirim pesan misterius itu adalah orang yang sama dengan pemilik blog ini?" tanya Davine.     

"Ya, hampir sekitar 80% aku rasa mereka adalah orang yang sama!" tukas Hanna.     

Hanna pun segera meminta Siska untuk menunjukkan beberapa puisi yang telah wanita itu terima dari sang pengirim pesan misterius itu, tampaknya benar apa yang lelaki itu katakan, Davine yang baru membaca beberapa bagian dari puisi yang telah diterima oleh mantan kekasihnya itu juga merasa jika ada kesamaan dalam beberapa pemilihan kata yang digunakan sang pengirim dengan beberapa puisi yang terdapat di blog tersebut.     

"Bagaimana, apa kau bisa merasakannya?" tanya Hanna.     

"Entahlah, namun aku rasa memang terdapat beberapa kesamaan dalam penggunaan kata dan majas yang mereka pilih!" jawab Davine.     

"Ya, aku rasa juga begitu, menurutku tak akan banyak orang yang lebih memilih kata-kata yang terbilang antimainstream seperti ini untuk dituangkan ke dalam sebuah puisi!" timpal Hanna.     

Seperti yang telah diketahui, puisi-puisi dalam blog itu memang cenderung terkesan disturbing dan antimainstream, hal ini pulalah yang sedari awal menarik perhatian Hanna. Bagi lelaki itu hal ini tentu cukup unik, dan ia juga merasa tak akan banyak orang yang bisa memahami dan menikmati karya-karya yang terdapat di dalam blog itu.     

"Lalu jika benar pemilik blog ini adalah lelaki yang sedang kita cari, apa tak ada cara untuk melacaknya lewat blog ini?" tanya Davine.     

"Sayangnya tidak ada, aku sudah melacak alamat emailnya, namun tampaknya itu bukanlah email yang didaftarkan secara benar, dengan kata lain sang pemilik blog ini dengan sengaja merahasiakan setiap data dan informasi atas dirinya!" jelas Hanna.     

"Namun jika dugaan ini benar, lantas untuk apa lelaki itu membuat blog ini?" tanya Davine.     

"Mungkin ini sekedar hobi atau semacamnya!" ujar Hanna.     

"Namun bukan berarti kita tak dapat mengorek informasi dari blog ini," tambah lelaki itu.     

"Kau tahu, puisi adalah media bagi sang penciptanya untuk mencurahkan isi hati atau keinginan mereka!" tambah lelaki itu lagi.     

Davine segera menangkap apa yang baru saja Hanna katakan saat itu. Setidaknya jika mereka dapat mengartikan puisi-puisi itu dengan benar maka bukan tidak mungkin mereka akan mendapatkan jawaban atas segala tujuan yang diinginkan oleh lelaki itu.     

"Aku telah membaca hampir semua puisi yang terdapat di blog ini, namun ada satu puisi yang menjadi perhatianku," tukas Hanna.     

"Davine, coba baca dan artikan apa maksud dari setiap kata yang tersirat di dalam puisi yang satu ini!" titah Hanna.     

Hanna pun segera memperlihatkan puisi yang ia maksud pada lelaki itu. Davine pun dengan segera memfokuskan atensinya pada puisi yang Hanna maksud.     

Menginjak-injak dan tertawa     

Bulan tak sekuat matahari     

Dilenyapkan saja tidak masalah     

Kita tidak begitu membutuhkannya ...     

Kesempurnaan itu segalanya     

Kekurangan adalah aib     

Pergi atau mati, itu lebih baik     

Para dewa tidak menginginkan hadirmu ...     

Adakah daya, kulihat hanya sampah yang berbau busuk     

Mengganggu dan menjijikkan     

Lalat-lalat yang beterbangan ...     

Oh cantik sekali ...     

Kau tak patut marah, terima saja takdirmu     

Walau darah tak semerbak bunga     

Namun warnanya terkadang sama ...     

Butuh waktu lama bagi Davine untuk memahami apa arti puisi itu, bagaimanapun ia bukanlah seorang yang pandai di bidang sastra.     

"Entah ini hanyalah sebuah cocoklogi yang aku buat saja, namun aku merasa puisi ini memiliki arti dan tujuan yang sangat besar," ujar Hanna.     

Davine mengangguk paham, tampaknya ia mulai mengerti akan apa maksud dari puisi itu, walau ia masih sedikit tidak yakin.     

"Biar aku yang jelaskan pada kalian!" tukas Hanna.     

Davine dan Siska segera mendekatkan diri mereka pada Hanna, tampaknya mereka sudah sangat penasaran akan apa yang lelaki itu maksud, bagaimanapun sedari tadi kedua orang itu hanya bisa terus berspekulasi di dalam diri mereka masing-masing.     

"Pertama mari kita bagi puisi ini menjadi dua bagian, bagian pertama terhitung dari bait awal hingga bait kedelapan, sedangkan bagian kedua adalah sisanya!" jelas Hanna.     

Davine dan Siska segera mengangguk paham akan apa yang Hanna jelaskan.     

Menurut Hanna bagian pertama puisi itu menceritakan bagaimana sudut pandang seseorang yang memandang hina atas ketidaksempurnaan, yang di mana sang penulis merasa jika mereka yang memiliki keterbelakangan baik itu mental dan fisik lebih baik dilenyapkan saja dari dunia ini, dan itu adalah kehendak dari mereka, orang-orang yang menganggap dirinya superior.     

"Itulah mengapa di dalam puisi itu ia mengatakan jika bulan lebih baik dilenyapkan saja, karena pada dasarnya objek itu tak memancarkan sinar seterang matahari, sebuah kelemahan adalah aib, tampaknya mereka ingin menciptakan dunia yang hanya dipenuhi dengan orang-orang yang mereka anggap superior!" tukas Hanna.     

"Dan jika kalian coba kaitkan ini dengan sebuah tragedi keracunan masal yang dialami oleh para penyandang disabilitas yang terjadi beberapa waktu yang lalu, tampaknya hal ini seolah berkesinambungan. Aku merasa ada sebuah kejanggalan dari kejadian keracunan masal tersebut, seolah ada seseorang yang dengan sengaja melakukannya," jelas Hanna.     

"Bukankah hal ini tepat seperti apa yang puisi itu ungkapkan, aku rasa itu adalah perbuatan mereka yang dengan sengaja ingin menyingkirkan para penyandang disabilitas itu karena menganggap mereka tak lain hanyalah sebagai aib semata, mengingat dalam puisi itu mereka tampak menjunjung tinggi kesuperioran mereka!" tukas Hanna.     

Davine tampaknya sangat setuju dengan apa yang baru saja lelaki itu jelaskan, ia merasa apa yang Hanna katakan sangat masuk akal.     

Siska juga tak lupa menambahkan kasus keracunan yang dialami oleh para penyandang keterbelakangan mental yang terjadi beberapa waktu yang lalu, tampaknya hal itu membuat hipotesis yang Hanna berikan menjadi semakin masuk di akal.     

"Lalu untuk bagian kedua puisi itu menyatakan." Belum sempat Hanna menyelesaikan ucapannya, Davine segera memotong ucapannya.     

"Itu adalah cara yang mereka lakukan guna menyingkirkan mereka!" potong Davine.     

"Apa aku salah?" tambah lelaki itu.     

"Kau benar, aku juga berpikir seperti itu!" jawab Hanna.     

"Sangat jelas jika bagian itu seolah menegaskan jika pembunuhan secara kotor adalah hal yang pantas guna menyingkirkan mereka, para orang-orang yang mereka anggap aib dan bukan tergolong superior seperti mereka!" jelas Hanna.     

"Lalu apa hubungannya dengan pembunuhan berantai yang saat ini sedang terjadi?" tanya Siska.     

"Ini bagaikan menyelam sambil meminum air, mereka melakukan dua tujuan mereka sekaligus," jawab Davine.     

"Kami telah mengetahui jika keseluruhan korban yang sampai saat ini telah berjatuhan adalah warga pendatang dan bukan merupakan penduduk asli kota ini, mungkin mereka tidak tergolong sebagai penyandang disabilitas seperti apa yang sebelumnya telah Hanna jelaskan, namun jika dipikirkan lagi tampaknya mereka tak hanya menganggap orang-orang dengan keterbelakangan saja sebagai aib," tukas Davine.     

Hanna menganggukkan kepalanya, tampaknya ia satu pemikiran dengan Davine saat itu.     

"Maksudku, mungkin saja pengertian dari superior yang mereka katakan jauh lebih besar lagi, aku rasa ini juga meliputi keaslian ras mereka, dengan kata lain mereka menganggap seseorang yang terlahir di luar ras mereka juga sebagai aib!" tambah Davine.     

Siska yang mendengar hal itu benar-benar tak habis pikir dibuatnya, ia tak tahu apa jadinya jika hipotesis yang sedang mereka buat saat itu adalah benar.     

"Lalu apa tujuan lainnya dari aksi pembunuhan berantai yang kau maksud?" tanya Siska semakin penasaran.     

"Aku rasa mereka melakukan ini guna membuat situasi kota menjadi tidak stabil," jawab Davine.     

"Ya, aku sangat setuju. Jika kau mencoba melihatnya dari sudut pandang yang berbeda maka kau akan mendapati apa maksud terselubung dari setiap pembunuhan berantai yang telah terjadi hingga saat ini!" sambung Hanna.     

"Hal ini semata-mata bertujuan agar warga kota tak lagi berpihak kepada pihak Kepolisian dan Pemerintah kota, dan hal ini pula yang aku rasa telah terjadi saat ini!" tegas Hanna.     

Davine segera membenarkan pernyataan yang baru saja lelaki itu lontarkan, sedang Siska, wanita itu benar-benar tak habis pikir dibuatnya.     

"Tapi untuk apa mereka melakukan hal itu?" tanya Siska masih tak percaya.     

"Aku rasa ini lebih bertujuan ke ranah politik!" sambut Davine.     

"Apa kau tahu jika tahun ini masa pemerintahan wali kota kita akan segera berakhir?" tanya Hanna pada Siska.     

Siska yang mendapat pertanyaan itu terlihat berpikir sejenak, tampaknya ia sedang mencoba menghitung tahun yang telah berlalu selama masa kepemimpinan yang telah dipegang oleh wali kota saat itu.     

"Astaga, ini adalah tahun kelima!" ujar Siska hampir terpekik.     

"Kau benar, ini adalah tahun terakhir, yang artinya beberapa saat lagi akan segera dilangsungkan pemilihan kembali untuk kursi wali kota di kota ini," sambung Hanna.     

"Tujuan mereka adalah untuk mendapatkan kursi kepemimpinan teratas di kota ini, mengingat wali kota kita saat ini sebelumnya memang dianggap sangat baik dalam memajukan kota ini, tampaknya mereka dengan sengaja ingin mencoreng nama baik sang wali kota agar tak kembali mendapatkan kedudukan itu pada pemilihan nanti!" tukas Hanna.     

"Ya, itu benar. Mereka seolah dengan sengaja membuat pemerintah kota harus mengambil keputusan yang tidak bisa dipungkiri kian memberatkan warga kota seperti saat ini, hal ini bertujuan agar pemerintah kota saat ini tak mendapatkan hati dari para warga yang mengalami dampak oleh situasi kota yang telah terjadi, dan tampaknya rencana mereka berjalan dengan sangat baik!" sambung Davine.     

"Dan yang paling buruk adalah ketika nantinya mereka berhasil mendapatkan kursi kepemimpinan itu," tambah Davine, lelaki itu tampak sangat resah.     

"Apa yang akan terjadi?" tanya Siska, wanita itu kini tak kalah resahnya dari lelaki itu.     

"Pikirkan saja apa jadinya jika orang-orang yang menganut paham superior seperti mereka mendapatkan kepemimpinan tertinggi di kota ini!" jawab Hanna.     

"Tentu saja itu adalah sesuatu yang sangat buruk!" tambah lelaki itu lagi.     

"Lantas siapa mereka, tak bisakah kita menghentikan hal ini sebelum semua berjalan sesuai dengan apa yang telah mereka rencanakan?" mendengar pernyataan itu, kini Siska mulai merasakan perasaan takut yang luar biasa. Bulu kuduk wanita itu bahkan berdiri hanya karena memikirkan hal tersebut.     

"Yang harus kita lakukan saat ini adalah mencari tahu siapa orang-orang yang berada di balik simbol itu!" tegas Davine.     

(Part 4.Intention selesai)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.