Another Part Of Me?

Part 5.5



Part 5.5

0Hanna kembali menutup jurnal itu, rasanya ia pernah mendengar metode dan penggunaan tanaman beracun itu, seingatnya dalam beberapa budaya tanaman Hemlock water dropwort itu memang kerap kali digunakan untuk melakukan ritual euthanasia. Namun ia tak menyangka jika metode itu juga mereka lakukan terhadap keluarga kasta kedua.     

Tentu saja Hanna tak dapat membuang pemikirannya sebab nama sang ibu yang juga tercantum di dalam daftar keluarga Cornner yang sampai saat ini telah menjadi korban keserakahan keluarga kasta pertama itu. Hanna, lelaki itu hanya bisa berharap jika itu hanyalah sebuah kebetulan semata, dan nama yang tercantum di dalam jurnal itu bukanlah nama sang ibu. Untuk saat ini Hanna berusaha menanggalkan hal itu terlebih dahulu, walau nantinya ia pasti akan mencoba kembali menyelidiki apakah benar sang ibu memang termasuk keturunan dari keluarga kasta kedua itu, atau mungkin itu hanya kebetulan semata seperti yang ia harapkan.     

"Ini sangat gila, apa yang tertulis di dalam jurnal ini benar-benar membuatku tak habis pikir!" tutur Hanna.     

Davine menganggukkan kepalanya, ia sangat setuju dengan apa yang baru saja lelaki itu katakan.     

"Lantas apa hubungannya hal ini dengan organisasi yang sedang kita cari?" tanya Hanna pada Davine.     

"Aku rasa keluarga kasta pertama itu adalah orang yang berdiri di balik organisasi itu!" jawab Davine dengan penuh keyakinan.     

"Maksudmu, keluarga kasta pertama itu adalah pendiri dari organisasi yang sedang kita cari?" sambut Hanna, lelaki itu tampak memicingkan matanya pada Davine.     

"Tampaknya kau harus melihat jurnal medis ini, dengan begitu kau akan mengerti apa maksud dari perkataanku!" titah Davine.     

Davine pun segera mengambil salah satu jurnal media yang mencatat setiap perkembangan dari proyek bayi tabung yang dilakukan oleh keluarga kasta pertama itu pada keluarga Cornner. Davine pun segera menunjukan lambang yang terpampang pada sampul jurnal medis itu. Hanna dan Siska yang melihat hal itu terkejut setengah mati, itu adalah lambang yang sama dengan apa yang mereka temukan pada blog yang berisi kumpulan puisi anti mainstream itu sebelumnya.     

Hanna segera meraih jurnal medis itu dari tangan Davine, kini rasanya tak diragukan lagi jika lambang itu memang merujuk pada sebuah organisasi seperti apa yang mereka duga sebelumnya.     

"Lihatlah lambang ini, bukankah ini sama persis dengan lambang yang kita dapati sebelumnya di dalam blog itu!" tambah Davine.     

Hanna segera menganggukkan kepalanya, nampaknya kini mereka telah menemukan benang merah yang menjadi penghubung dari setiap kejadian yang telah terjadi di kota itu.     

"Lalu apakah orang yang saat ini sedang meneror Siska itu termasuk ke dalam organisasi ini, dengan kata lain ia adalah keturunan dari keluarga kasta pertama?" tanya Hanna.     

"Ya, aku bisa mengatakan jika hampir 90% itu adalah benar, namun aku tak bisa mengatakan jika orang itu adalah keturunan murni dari keluarga kasta pertama itu!" jawab Davine.     

Hanna tampak mengerutkan keningnya, ia masih menunggu Davine untuk melanjutkan kata-katanya.     

"Tunggu dulu, bukankah kau pernah mengatakan kepadaku jika orang itu adalah bagian lainnya darimu?" sambung Hanna.     

"Aku telah lama memikirkan apa arti dari kata-katamu itu, bisakah kau menjelaskan hal itu kepadaku!" tambah Hanna lagi. Kini semakin banyak pertanyaan yang mulai bermunculan di dalam kepala lelaki itu.     

Siska yang mendengar hal itu tak kalah penasarannya, tentu saja selama ini ia sangat bertanya-tanya bagaimana Davine bisa terkoneksi secara langsung dengan lelaki itu.     

"Bacalah jurnal medis itu terlebih dahulu, setelahnya aku kan coba menjelaskan hal itu kepada kalian!" titah Davine.     

"Wanita yang menjadi objek di dalam jurnal medis itu adalah ibu dari Lissa, wanita yang saat ini sedang berusaha aku temukan," tambah lelaki itu.     

Hanna menelan kasar ludahnya, hari itu ia seolah diserang dengan sangat bertubi-tubi dengan setiap kenyataan dan informasi yang sangat mencengangkan baginya itu.     

Menuruti hal itu, Hanna pun tak membuang waktu lagi, jurnal medis itu tampak mencatat dengan sangat detail setiap perkembangan dari proyek bayi tabung yang sedang mereka jalankan, dan gilanya lagi ternyata apa yang mereka lakukan tak hanya sampai di situ saja, jurnal medis itu juga mencatat bagaimana perkembangan dari wanita yang mereka jadikan objek itu dalam sudut pandang psikologinya. Hari itu Hanna benar-benar seolah tak diberikan waktu sedikitpun untuk berhenti terkejut. Bagaimana tidak, dalam jurnal itu Lissa turut menyatakan jika sang ibu ternyata memiliki gangguan disosiatif sama halnya dengan apa yang dialami oleh Davine. Lissa dengan tegas mengatakan dalam jurnal tersebut jika sang ibu adalah salah satu dari sekian banyak penderita gangguan dissociative identity disorder, atau yang biasa mereka disebut dengan kepribadian ganda.     

Dalam hal ini Lissa mengatakan jika para keluarga dari kasta pertama itu juga ingin melakukan eksperimen untuk membuktikan mana yang akan lebih mendominasi antara gen atau lingkungan. Dalam ilmu psikologi hal ini biasa disebut dengan istilah nature vs nurture, singkatnya mereka ingin membuktikan apakah kepribadian manusia itu pada dasarnya akan terbentuk sebab DNA bawaan dari keturunan, atau malah hal itu bisa terbentuk sebab ruang dan lingkungan tempat mereka dibesarkan.     

Tampaknya keluarga kasta pertama itu berniat untuk menjadikan anak hasil proyek bayi tabung yang mereka lakukan pada ibu dari Lissa itu menjadi sebuah eksperimen bagi mereka. Jurnal itu menuliskan bagaimana ketertarikan keluarga kasta pertama itu akan istilah nature vs nurture. Mereka ingin membuktikan apakah gen atau DNA sang ibu nantikan akan berpengaruh besar pada psikologi sang anak, dan lagi mereka juga begitu tertarik apakah benar jika kelainan atau gangguan disosiatif yang diderita oleh sang ibu nantinya juga akan menurun pada sang anak. Dalam jurnal tersebut Lissa menjelaskan jika itu adalah eksperimen jangka panjang yang saat ini sedang mereka coba lakukan.     

Jurnal medis itu berakhir dan ditutup dengan keberhasilan proyek bayi tabung itu, jurnal itu mencatat kelahiran dua anak kembar berkelamin laki-laki, dalam jurnal itu juga mencatat kondisi dan kesehatan bayi kembar yang baru saja dilahirkan oleh sang objek, mereka juga tak lupa mencatat bagaimana kondisi sang ibu setelah proses kelahiran tersebut. Tampaknya wanita itu berhasil selamat, namun kondisi psikologisnya kian memburuk.     

"Tampaknya sang ibu dari Lissa harus meregang nyawanya secara paksa setelah kelahiran kedua bayi kembar itu!" ujar Davine.     

Hanna yang baru saja menutup jurnal medis itu, kini mengalihkan atensinya pada Davine.     

"Bagaimana kau mengetahuinya? Dalam jurnal ini mereka memang menyatakan jika kondisi psikologis dari wanita itu kian memburuk setelah kelahiran kedua anak kembar itu," sambut Hanna.     

"Jika kau cocokan hari tanggal kelahiran sang anak kembar itu dengan jurnal milik Lissa yang sebelumnya kau baca, maka kau akan mendapati kesamaan antara tanggal kelahiran kedua anak kembar itu dan kematian sang ibu!" tegas Davine.     

"Astaga, ini benar-benar gila, bahkan setelah melakukan hal tak manusiawi itu mereka masih meminta wanita itu untuk mengakhiri hidupnya sendiri!" ujar Hanna, lelaki itu tampak sangat kesal akan keegoisan yang dilakukan oleh keluarga kasta pertama itu.     

"Ya, itu benar, hal ini sesuai dengan apa yang telah Lissa jelaskan pada jurnal miliknya sebelumnya!" sambut Davine.     

"Dan ada satu hal yang sangat penting lagi yang harus kalian tahu!" ujar Davine, kini wajahnya tampak lebih serius dari sebelumnya.     

Mendengar hal itu, dengan serempak Hanna dan Siska segera kembali memfokuskan atensi mereka pada Davine.     

Davine tak langsung melanjutkan perkataannya, tampaknya ia butuh sedikit waktu untuk mempersiapkan dirinya sendiri. Semenjak ia membaca jurnal medis itu beberapa waktu yang lalu, pemikiran itu memang terus saja mengganggu di otaknya.     

"Tanggal lahir kedua anak kembar itu …." Davine menghentikan kata-katanya.     

Hanna dan Siska kembali serempak memicingkan matanya pada Davine. Mereka tampak tak sabar menunggu kelanjutan dari kalimat itu.     

"Itu sama persis dengan tanggal aku dilahirkan!" ujar Davine melanjutkan kata-katanya.     

Seketika Hanna dan Siska tersentak secara bersamaan, tampaknya mereka mengerti akan apa yang sedang coba lelaki itu sampaikan.     

"Tunggu dulu, jangan bilang kau …," sambut Siska, ia tampak menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya.     

"Entahlah, aku pun berharap jika hal itu hanyalah kebetulan semata!" jawab Davine.     

"Mungkin ini terdengar tidak masuk di akal, namun kalian harus mendengar hal ini terlebih dahulu!" tambah Davine.     

"Beberapa saat yang lalu aku mulai kembali mendapatkan ingatan masa kecilku, dan aku rasa tampaknya aku memang memiliki keterkaitan dengan kedua keluarga itu!" ujar Davine, mata lelaki itu kini tampak menerawang jauh.     

"Hal ini terjadi jauh sebelum aku diadopsi oleh keluarga Harris, saat itu aku masih berusia sekitar 6 atau 7 tahun," ujar Davine, ia mulai mencoba menceritakan masa kecilnya pada kedua orang yang kini tampak sedang dipenuhi rasa penasaran itu.     

Davine pun menceritakan dengan singkat masa kelam yang ia lalui di yayasan itu pada Hanna dan Siska. Ia menceritakan bagaimana para anak terlantar dan yatim piatu diperlakukan dengan sangat keji di yayasan tersebut.     

Tentu saja untuk kesekian kalinya mereka dikejutkan dengan apa yang baru saja Davine ceritakan kepada mereka itu. Bahkan Siska yang notabenenya adalah mantan kekasihnya Davine sekalipun tak pernah tahu-menahu akan hal tersebut, membuatnya merasa malu akan kurangnya perhatian yang ia berikan selama ini pada lelaki itu.     

"Kami dilakukan dengan sangat keji di tempat itu, aku rasa yayasan itu hanyalah kedok belaka. Tempat itu lebih seperti tempat pelatihan militer yang sangat kejam!" ujar Davine.     

"Apa itu yayasan yang sama dengan yayasan yang sedang kau cari saat ini?" tanya Hanna.     

"Ya, aku berani mengatakan ini karena aku melihat juga lambang yang sama terpampang pada gerbang yayasan itu sesaat ketika aku akan meninggalkan yayasan tersebut!" jawab Davine.     

Davine pun kembali menceritakan bagaimana kehidupannya di yayasan itu dulu, ia juga menerangkan jika selama tinggal di yayasan tersebut ia hanya dirawat oleh seorang kakek, dan kakek itu bernama Robert Cornner, jelas sekali jika lelaki tua itu adalah salah satu keturunan dari keluarga kasta kedua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.