Another Part Of Me?

Part 5.7



Part 5.7

0"Sebenarnya apa yang mereka inginkan dari hasil eksperimen jangka panjang itu?" tanya Siska.     

"Bukankah itu sudah jelas. Aku rasa mereka ingin membuktikan jika gen seseorang memang berpengaruh penting dalam proses tumbuh kembang seseorang, aku pikir dengan membuktikan hal itu mereka akan merasa lebih tenang saja," jawab Hanna.     

Siska yang mendengar hal itu masih sedikit merasa bingung atas penjelasan yang telah Hanna berikan.     

"Biar aku perjelas. Bukankah keluarga kasta pertama itu melakukan proyek bayi tabung itu dengan berbekal pemikiran jika gen mereka nantinya akan mendominasi pada keturunan yang akan dihasilkan. Dengan kata lain mereka ingin membuktikan apakah anggapan itu adalah benar!" jelas Hanna.     

"Baiklah aku mulai mengerti, jadi itulah alasan mengapa mereka melakukan eksperimen tentang nature vs nurture ini!" tanggap Siska.     

"Ya, bisa dikatakan seperti itu. Namun ada satu hal lagi yang tampaknya mereka ingin ketahui!" timpal Davine.     

Untuk kesekian kalinya Siska mengerutkan keningnya, ia semakin dibuat penasaran oleh hal itu.     

"Ya, aku setuju denganmu!" sambut Hanna.     

"Bisakah kalian jelaskan hal ini kepadaku, aku pikir hanya otak milikku yang tak dapat menangkap semua hal yang terjadi di sini sebaik kalian!" titah Siska.     

"Baiklah, singkatnya mereka juga ingin memastikan gen mana yang nantinya akan lebih mendominasi pada hasil projek bayi tabung itu, apakah gen dari sang ayah, atau malah gen dari sang ibu yang menjadi objek tersebut. Hal inilah yang membuat mereka melakukan eksperimen ini terhadap ibu dari Lissa yang diketahui memiliki kelainan disosiatif itu. Dengan adanya kelainan itu maka nantinya mereka akan bisa memastikan dengan baik gen mana yang lebih mendominasi. Tumpuan mereka hanya satu, jika nantinya sang anak yang dihasilkan dari objek itu juga memiliki gangguan disosiatif sama seperti sang ibu, maka mereka bisa menyimpulkan jika gen dari sang ibulah yang lebih mendominasi dalam metode bayi tabung tersebut!" jelas Hanna.     

Siska mendengarkan penjelasan itu dengan sangat serius, kini ia mengerti apa maksud dibalik eksperimen yang dilakukan oleh keluarga kasta pertama itu dengan baik.     

"Tunggu dulu, jika Davine memang adalah salah satu dari anak kembar hasil proyek bayi tabung itu, maka apakah kita bisa menyimpulkan jika gen sang ibu tampaknya lebih mendominasi. Bukankah saat ini Davine juga mengidap gangguan disosiatif sama seperti sang ibu!" cetus Siska.     

Hanna menganggukkan kepalanya, lelaki itu sangat setuju dengan apa yang baru saja adik sepupunya itu utarakan.     

"Ya, itu benar. Maka dari itulah proyek bayi tabung ini akhirnya dihentikan!" timpal Davine.     

"Tunggu dulu, bagaimana kau bisa menyimpulkan hal itu?" tanya Siska.     

"Seperti yang telah aku katakan, tampaknya mereka masih mengawasi bagaimana perkembangan yang terjadi terhadap diriku, dan kenyataan di mana aku juga memiliki gangguan disosiatif sama seperti sang ibu, maka mereka telah mendapatkan sedikit jawaban dari hasil eksperimen jangka panjang itu," jawab Davine.     

"Walau tujuan eksperimen yang mereka lakukan juga tak hanya sebatas itu, namun aku pikir itu adalah tujuan utama mereka. Melihat kenyataan jika ternyata gen sang ibu yang lebih mendominasi, aku pikir akhirnya mereka memilih untuk mengakhiri proyek bayi tabung itu. Dengan kata lain proyek tersebut bisa dikatakan tak cukup berhasil. Walau nyatanya mereka dapat memiliki keturunan melalui metode tersebut, namun jika kita mengingat kembali bagaimana mereka sangat mengutamakan kesuperioran ras mereka, aku pikir mereka tak akan melanjutkan proyek itu jika kenyataannya gen dari sang objek lah yang nyatanya lebih mendominasi!" jelas Davine.     

"Aku sangat setuju akan hal itu, ini bisa kita buktikan dari data yang terlampir di dalam jurnal milik Lissa itu. Jurnal itu mencatat jika korban atau objek yang terakhir kali dilakukan adalah sekitar satu dekade yang lalu. Sedangkan aku rasa jurnal itu baru digarap dalam beberapa tahun terakhir ini saja!" sambut Hanna.     

"Rasanya tidak mungkin Lissa tak mencantumkan korban atau objek lainya jika memang proyek itu masih dilakukan sampai saat ini!" tambah Hanna.     

Hanna juga menambahkan jika diadopsinya Davine oleh keluarga Harris, bisa saja adalah salah satu upaya dari keluarga kasta pertama itu sebagai bagian dari eksperimen mereka. Menurut Hanna bisa saja pihak keluarga kasta pertama tersebut berniat untuk mengamati perubahan sikap dan karakter Davine, ini adalah bagian yang dimaksud dengan istilah nurture itu sendiri. Tentu saja mereka juga ingin mengetahui apakah dampak dari lingkungan juga akan berperan penting bagi kepribadian seseorang. Dari apa yang telah Davine ceritakan mengenai pengalaman masa kecilnya dulu, tampak jelas jika awalnya mereka berusaha membentuk kepribadian Davine menjadi seorang yang egois dan tak berperasaan. Hal ini juga yang mendorong lelaki itu untuk memunculkan kepribadian lain di dalam dirinya sendiri.     

Lalu dengan diadopsinya Davine oleh keluarga Harris, tentu saja lingkungan yang ia alami akan sangat berbeda dibandingkan ketika lelaki itu masih berada di yayasan yang penuh dengan siksaan itu. Lantas apakah dengan pergantian kondisi lingkungan itu akan mempengaruhi kepribadian Davine untuk kedepannya. Hal inilah yang juga menjadi tujuan pihak keluarga dari kasta pertama itu dalam melakukan hal tersebut. Teori ini juga diperkuat oleh pengakuan Davine yang di mana sebelumnya ia mengatakan jika dirinya tak pernah mendapati adanya satupun anak dari yayasan itu yang diadopsi oleh orang lain selain dirinya.     

Siska yang kini telah dapat mencerna apa yang telah terjadi, kini menatap Davine dengan tatapan yang sangat dalam. Selama ini wanita itu tak pernah terpikirkan jika mantan kekasihnya itu adalah lelaki yang sangat malang.     

"Hey, jangan menatapku dengan tatapan seperti itu," ujar Davine menanggapi tatapan yang mantan kekasihnya itu layangkan.     

"Ini masih dugaan semata, kita juga belum bisa membuktikan jika benar aku adalah salah satu dari dua anak kembar hasil proyek yang mereka lakukan!" tukas Davine, lelaki itu berusaha membuat Siska menjadi sedikit tenang. Walau nyatanya semua petunjuk yang kini telah mereka dapati memang mengarahkan mereka kepada dugaan itu.     

"Tidak, aku hanya …." wanita itu tampak tak dapat membendung air matanya.     

Davine yang melihat air mata dari orang yang ia kasihi itu mengalir, segera mendekati dan mendekapnya.     

"It's okay, ini masih dugaan semata. Lagi pula bukankah aku masih baik-baik saja sampai saat ini!" ujar Davine, lelaki itu membelai lembut rambut mantan kekasihnya itu dengan penuh perasaan.     

Perlakuan manis yang diberikan Davine saat itu, tampaknya dapat membuat hati Siska menjadi sedikit lebih tenang.     

"Maafkan aku, aku rasa kau harus terlibat hal ini karena salahku!" tambah Davine, ia begitu mengkhawatirkan keamanan dan keselamatan Siska saat ini. Lelaki itu tahu jika apa yang sedang mereka hadapi adalah hal yang sangat berbahaya.     

Davine menarik lembut tubuh mantan kekasihnya itu, melepaskannya dari dekapan yang sebelumnya ia berikan. Kini lelaki itu mengalihkan pandangannya pada Hanna.     

Kali ini Davine kembali menuturkan sedikit dugaannya perihal anak-anak gelandangan yang belakangan diketahui menghilang begitu saja dari kota itu. Menurut Davine bisa saja itu juga adalah perbuatan dari organisasi itu. Tampaknya organisasi itu memiliki tujuan untuk menghasilkan para orang-orang dengan kemampuan terbaik guna menjalankan rencana yang mereka inginkan. Davine menerangkan itu sama halnya dengan apa yang terjadi kepada dirinya sewaktu kecil dulu.     

"Maksudmu, anak-anak gelandangan itu diculik untuk mereka latih sebagai bagian dari organisasi mereka?" tanggap Hanna.     

"Ya, singkatnya itu adalah pelatihan kejam sejak dini guna membentuk kepribadian dan membangkitkan potensi di dalam diri anak-anak itu!" sahut Davine.     

"Walau aku tak bisa mengatakan jika itu adalah tindakan penculikan, bisa saja para orang tua mereka sengaja diiming-imingi dengan sejumlah materi agar mereka mau menyerahkan para anak-anak itu kepada pihak organisasi," tambah lelaki itu.     

Pernyataan itu seketika mengingatkan Hanna pada penyelidikan yang pernah ia lakukan guna mencari tahu keberadaan anak-anak gelandangan itu. Hanna ingat benar bagaimana reaksi yang diberikan para gelandangan tua yang berada di kota itu saat ia mempertanyakan perihal kemana perginya para anak-anak gelandangan yang ada di kota itu. Entah mengapa dari sekian banyak mereka yang coba ia mintai keterangan akan hal tersebut, hampir semua dari mereka menunjukan gestur yang tidak nyaman akan hal itu. Seolah-olah mereka memang tak ingin menjawab setiap pertanyaan yang menjurus akan hal tersebut, pikir Hanna.     

Apa mungkin benar seperti apa yang baru saja Davine katakan, bisa saja mereka telah menerima sejumlah uang untuk menukarkan anak-anak mereka kepada pihak Organisasi, tentu saja pihak organisasi juga akan memberikan alasan sebaik mungkin guna membujuk dan meyakinkan para orang tua dari anak-anak gelandangan itu, pikir Hanna lagi.     

"Itu cukup masuk akal bagiku!" tukas Hanna, lelaki itu tampak kembali menopang dagunya sendiri.     

"Menurutku juga seperti itu, tentu saja di balik tujuan besar mereka, mereka juga memerlukan bidak-bidak yang nantinya akan mereka gunakan sebagai alat guna mewujudkan apa yang telah menjadi tujuan mereka sejak awal!" sambung Davine.     

"Jadi itulah mengapa setiap kejadian yang telah terjadi di kota ini seolah datang secara bertubi-tubi. Rentetan kejadian ini saling berkaitan satu sama lain, yang di mana hal itu memiliki tujuan yang sama!" tukas Siska.     

Hanna dan Davine segera menganggukkan kepalanya secara bersamaan, setidaknya itulah yang ada di pikiran mereka saat ini.     

Tampaknya kini Hanna mulai mengerti, selama ini ia telah mencurigai jika sang pelaku pembunuhan adalah orang yang sangat terlatih dalam bidangnya, hal ini dapat dijelaskan dengan keterangan Davine, yang di mana lelaki itu menyatakan jika semasa kecilnya ia benar-benar disiksa dan dilatih dengan sedemikian keras, hal ini tentu bertujuan untuk mengembangkan potensi dari masing-masing dari setiap individu yang berada di yayasan tersebut. Menurut Hanna hal ini memang mereka lakukan guna mendapatkan bidak-bidak unggulan yang nantinya akan bertugas untuk menjalankan semua rencana mereka.     

"Sedari awal aku telah menyadari jika pelaku pembunuhan ini memang sangat terlatih, dengan kata lain sang pelaku memang sedari awal telah diasah untuk dapat melakukan hal-hal semacam itu!" cetus Hanna.     

"Ya, aku rasa sang pelaku adalah salah satu anak yang dulunya dilatih bersamaku di yayasan terkutuk itu!" timpal Davine.     

"Rasanya aku tahu siapa orang yang paling berpotensi untuk melakukan semua tugas itu," tambah Davine.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.