Another Part Of Me?

Part 5.8



Part 5.8

0Davine tampak melayangkan pandangannya, ia berusaha kembali mengingat anak-anak dari yayasan itu, yang menurutnya memiliki potensi besar menjadi seorang pembunuh profesional seperti apa yang sang pelaku pembunuhan berantai itu lakukan.     

Tentu saja yang paling ia curigai saat ini adalah seseorang yang selalu terkoneksi langsung dengannya itu, jika benar ia adalah orang yang ia pikirkan saat ini, maka jelas lelaki itu adalah orang yang paling memiliki potensi besar untuk melakukan pembunuhan itu. Mengingat bagaimana sepak terjangnya ketika mereka masih berada di yayasan sewaktu kecil dulu.     

"Apa dia orangnya?" tanya Siska.     

"Maksudku, lelaki yang dapat terkoneksi langsung denganmu itu!" tambah wanita itu.     

"Tentu aku memikirkan hal itu sama sepertimu, namun apa kau yakin jika pembunuhan ini hanya dilakukan oleh satu individu saja?" jawab Davine, ia balik bertanya pada mantan kekasihnya itu.     

"Tidak ada ciri khas, terlebih tidak ada kecenderungan yang bisa dijadikan patokan dalam menganalisa apakah hal ini hanya perbuatan satu individu saja," timpal Hanna.     

"Yang aku temukan melalui hasil investigasi dari setiap mayat yang telah ditemukan sampai saat ini, tampaknya hanya ada satu kecenderungan yang sama yaitu, semua korban diketahui mengalami trauma pada bagian vital mereka. Namun hal ini juga tidak bisa dijadikan tumpuan untuk memastikan jika sang pelaku adalah orang yang sama, mengingat jika mereka memang dilatih secara terorganisir, maka hal ini tentu bisa pula dilakukan oleh individu lainnya, selama mereka mendapatkan pelatihan yang sama, maka metode dalam pembunuhan yang mereka lakukan juga akan cenderung sama, bahkan jika yang melakukan itu adalah orang yang berbeda!" tukas Hanna.     

"Ya, seperti apa yang sedang kita duga saat ini, jika benar pelaku di balik setiap teror yang telah terjadi di kota ini adalah sebuah organisasi yang sangat terstruktur, maka kemungkinan itu juga akan sangatlah besar!" kini giliran Davine yang menimpalinya.     

"Astaga, mengapa hal ini menjadi sangat rumit!" keluh Siska.     

"Tentu saja mereka tak akan membuat hal ini menjadi mudah untuk dipecahkan, di balik tujuan besar maka akan ada pula upaya yang sangat besar juga," jawab Hanna.     

Siska menghela napasnya sangat panjang, ia tak pernah sekalipun berpikir jika kehidupannya yang sangat tenang di kota itu akan terusik oleh sesuatu semacam itu.     

"Baiklah, penalaranku mungkin tak secermat kalian, namun ada satu hal yang terasa sangat janggal tentang hal ini." Siska tampak menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.     

Siska pun segera mempertanyakan perihal menghilangnya anak-anak di kota itu dengan minimnya informasi mengenai keberadaan yayasan yang sedang mereka cari. Menurut Siska pihak Pemerintah kota itu rasanya seolah dengan sengaja menyembunyikan segala informasi itu. Tentu saja hal ini membuat wanita itu merasa bingung, jika organisasi itu sedang menargetkan atau mengincar pemerintahan kota, lantas mengapa pihak Pemerintah sendiri yang seolah berusaha menutupi adanya yayasan atau organisasi tersebut. Bukankah hal ini sangat berbanding terbalik, pikir wanita itu.     

Hanna juga turut membenarkan perihal apa yang saat itu Siska pertanyakan, ia bahkan telah mencoba menanyakan perihal menghilangnya para anak-anak gelandangan itu pada pihak Kepolisian, dan lagi menurut informasi yang telah berhasil ia dapatkan dari dari hasil penelusurannya bersama Bella, tampaknya kejadian menghilangnya para anak-anak gelandangan di kota itu juga pernah terjadi sebelumnya. Walau mereka tak dapat mengetahui kapan pastinya kejadian seperti itu terjadi, namun ketika Hanna mempertanyakan perihal hal itu kepada pihak Kepolisian, ia tak mendapati satu informasi apapun dari mereka, menurut Hanna jika hal itu memang pernah terjadi, maka setidaknya pihak Kepolisian akan memiliki beberapa berkas laporan pengaduan dari para orang tua anak yang dikatakan telah menghilang itu.     

"Apa mereka dengan sengaja ingin mengubur kasus tersebut?" timpal Siska.     

Kali ini Hanna tak langsung menjawab pertanyaan dari adik sepupunya itu.     

"Hey, ayolah. Bukankah jika mereka mencoba mengubur kasus tersebut, maka itu sama saja mereka bekerja sama dengan organisasi itu bukan?" desak Siska.     

"Aku rasa itu tidak mungkin," jawab Hanna.     

"Bisa saja kasus itu memang secara mau tidak mau harus mereka kubur!" tambah Hanna.     

"Tapi kenapa?" tanya Siska lagi, ia sangat haus akan jawaban yang ingin ia dengar itu.     

"Melakukan hal yang baik dengan cara yang salah, aku rasa pihak Pemerintah melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan terhadap Annie dan ayahnya!" timpal Davine.     

Siska yang mendengar kata-kata itu seketika tersentak, apa yang baru saja Davine katakan seolah menjawab segala pertanyaan yang sedari tadi mengganjal di otaknya itu.     

"Seperti halnya yang telah Lissa jelaskan di dalam jurnal miliknya, bukankah pihak pemerintah yang melakukan pembantaian pada kedua keluarga asli yang menduduki kota ini juga adalah hal yang salah. Namun berbekal dengan ideologi mereka, akhirnya mereka tetap melakukan hal itu walau cara yang mereka lakukan tentu tidaklah benar," tukas Davine.     

"Itulah mengapa mereka tak pernah mengungkit hal itu ke dalam sejarah berdirinya kota ini!" tambah Davine.     

"Pihak Pemerintah tidaklah bersih dari dosa, mereka kerap melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan demi satu tujuan yang mereka anggap baik. Jika kau meragukan apa yang aku katakan saat ini, kau bisa menanyakan hal itu langsung kepada kakak sepupumu itu, aku rasa ia sudah sangat familiar akan hal-hal semacam ini!" tambah lelaki itu lagi.     

Siska segera melayangkan pandangannya pada Hanna, lelaki itu tampak mengangguk membenarkan apa yang baru saja mantan kekasihnya itu katakan. Bahkan untuk Hanna yang merupakan seorang penyidik yang sangat menjunjung tinggi akan asas-asas hukum sekalipun, ia bahkan tak dapat menyangkal pernyataan tersebut.     

Davine dikagetkan dengan sekelebat bayangan yang seolah melintas di ujung matanya, bayangan itu seolah melaju dengan sangat cepat dari sisi kiri pondok itu dan menuju ke arah belakang bagian pondok milik Lissa tersebut.     

Siska yang melihat reaksi yang baru saja Davine tunjukan segera menanyakan apa yang sedang terjadi, wanita itu memang terlihat lebih paranoid beberapa waktu belakangan ini. Pesan-pesan misterius yang selalu ia terima dari sang pengirim misterius itu memang sedikit memberikan dampak terhadap wanita itu.     

"Davine, ada apa?" tanya Siska sedikit cemas.     

"Entahlah, sekilas aku merasa ada yang bergerak dari sisi pondok ini menuju dan ke arah belakang!" jawab Davine, lelaki itu tampak ragu dengan jawabannya sendiri.     

Walau tak melihat hal itu dengan jelas, namun kali ini Davine merasa jika apa yang baru saja ia lihat saat itu bukanlah delusi semata, tentu saja hal itu membuatnya tak dapat merasa tenang saat itu.     

Hanna yang tak ingin menerka-nerka segera mengajak Davine dan Siska untuk memeriksa ke bagian belakang pondok itu, ia tak ingin mengabaikan apapun bahkan jika itu adalah delusi semata. Bagi Hanna akan lebih baik jika mereka membuktikan hal itu daripada hanya menerka-nerka, menurut Hanna bisa saja jika itu adalah hal yang berbahaya jika mereka abaikan, bagaimanapun saat ini mereka sedang dituntut untuk selalu waspada di setiap kondisi apapun.     

Betapa terkejutnya mereka, baru beberapa langkah Hanna, Davine, dan Siska melangkahkan kakinya guna memeriksa sisi belakang pondok itu, kini mereka telah mendapati sebagian sisi pondok itu dilahap oleh api.     

"Brengsek, tampaknya ada yang dengan sengaja ingin membakar pondok ini!" Maki Davine. Lelaki itu melampiaskan kekesalannya dengan menendang dinding pondok yang berada di sebelahnya.     

Hanna tak membuang waktu, lelaki itu segera mengeluarkan handgun miliknya dan memposisikan dirinya siaga, ia mencoba melayangkan pandangannya ke setiap area yang dapat ia jangkau, berharap sang pelaku pembakaran itu masih berada tak jauh dari sana.     

Hanna bergerak dengan sangat hati-hati, saat itu hanya ada dua kemungkinan, yang pertama sang pelaku pembakaran itu telah melarikan diri, dan yang kedua sang pelaku saat ini masih bersembunyi di sekitar area itu dan bisa saja sewaktu-waktu menyerang mereka.     

Hanna tak berusaha mencari terlalu jauh ke luar area pondok itu, bagaimanapun pondok tersebut berada di dalam area hutan yang sangat tidak familiar baginya. Mengejar tanpa tahu arah hanya akan membahayakan nyawanya sendiri.     

Davine memungut sebuah kaleng kosong, tampaknya itu adalah wadah bensin yang digunakan sang pelaku pembakaran guna menyulut api pada pondok itu, dengan mencium aromanya saja Davine dapat memastikan hal itu.     

Menyusul Hanna, Davine kini sudah dalam posisi siagan, lengkap dengan handgun yang ia arahkan lurus ke area depan.     

"Apa kau melihat jejak keberadaannya?" tanya Davine.     

"Sialnya tidak!" jawab Hanna, mata lelaki itu masih terus menyisir setiap bagian yang ada di area itu.     

"Sangat susah mendapatkan jejak seseorang di tengah hutan dengan semak yang cukup rimbun ini!" tambah lelaki itu.     

"Jika ia telah melarikan diri, seharusnya orang itu masih tidak jauh dari tempat ini, namun apa kita harus mencarinya, bagaimanapun kita tak begitu memahami setiap area di hutan ini," tambahnya lagi.     

"Tidak, kita tidak perlu mengejarnya, walaupun tak dapat aku pungkiri jika hal ini sangat membuatku kesal!" tanggap Davine.     

"Lagi pula saat ini Siska sedang bersama kita saat ini!" tambahnya lagi.     

Hanna mengangguk paham, setelah memastikan jika area itu sudah aman, kini ia mulai menurunkan handgun yang sedari tadi ia acungkan itu.     

Kini api yang menyulut pondok itu semakin bertambah besar, Davine yang melihat hal itu segera mengajak Hanna dan Siska untuk kembali ke sisi depan untuk menyelamatkan jurnal milik Lissa yang masih tertinggal di dalam pondok itu. Ia tak ingin informasi penting itu lenyap sebab kebakaran yang sedang terjadi saat itu.     

Hanna, Davine, dan Siska berlari melewati sisi luar pondok itu, itu adalah rute sama yang mereka ambil saat mereka memutuskan untuk memeriksa keadaan sisi belakang pondok itu sebelumnya, sedangkan jurnal milik Lissa saat ini berada di bagian tengah pondok tersebut.     

Mereka berlari secepat yang mereka bisa, api itu kini telah merayap hampir ke bagian tengah pondok, mereka harus berpacu dengan waktu jika ingin menyelamatkan jurnal milik Lissa sebelum hangus dilahap oleh api. Sedang kini mereka masih harus memutar dan melewati pintu depan untuk menjangkaunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.