Another Part Of Me?

Part 5.10



Part 5.10

Pelaksanaan pemilihan wali kota di kota itu tampaknya harus ditunda sebab situasi dan kondisi kota yang saat ini masih terbilang sangat kacau. Walau pengunduran itu telah diumumkan secara resmi, namun tampaknya para penggiat partai politik itu tak ingin menyia-nyiakan kondisi yang sedang terjadi, walau periode kampanye seharusnya belum dilaksanakan namun para partai politik itu kini berlomba-lomba mengambil hati para warga kota guna mendapatkan suara pada pemilihan wali kota yang akan datang.     
1

Dari sekian banyak partai-partai politik itu, ada satu partai yang terbilang sangat cerdas dalam mengambil kesempatan yang ada. Partai itu kini sedang bernegosiasi dengan organisasi massa yang saat ini sedang dielu-elukan di kota itu. Tampaknya penawaran kerjasama itu cukup menarik bagi organisasi massa yang diketahui memiliki nama 'The Native Inhabitants' itu. Mereka adalah orang-orang yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi semua ras, suku dan penduduk asli negara itu. Dengan kata lain mereka adalah para penggiat yang menentang adanya keterlibatan pihak asing di sektor kota bahkan negara itu.     

organisasi massa itu memiliki tujuan yang sangat baik, mereka ingin pihak pemerintah baik kota maupun negara lebih memberdayakan pekerja lokal dalam setiap aspek ekonomi di negara itu. Tujuan yang sangat mulia itu juga yang nampaknya membuat organisasi massa itu kian mendapatkan perhatian dari para warga kota, selain bantuan nyata yang mereka berikan, tampak jelas jika ideologi yang mereka anut sangatlah sesuai dan masuk di akal bagi para warga kota, dan tak dipungkiri seharusnya untuk negara itu sendiri.     

Kampanye tertutup itu mulai dilakukan hampir dari setiap partai politik yang menjadi peserta pemilihan umum yang saat ini sedang tertunda oleh situasi kota yang masih sangat tidak stabil itu. Mereka mengambil langkah awal agar tak tertinggal dari para partai politik lainnya, guna mendapatkan hati para warga kota yang saat ini memang sedang sangat kesal sebab lambannya penanganan dari pihak Pemerintah kota dan Kepolisian setempat atas kasus pembunuhan berantai yang sedang terjadi di kota tersebut.     

Pihak Pemerintah kota itu tampaknya telah gagal dalam periode kepemimpinannya kali ini, bahkan partai politik yang berada di belakang sang wali kota saat ini pun merasa sangat pesimis akan kemenangan mereka pada pemilihan yang selanjutnya. Bagaimana tidak, saat ini mereka memang sedang menjadi buah bibir bagi para warga kota atas ketidakmampuan mereka menangani situasi yang telah terjadi hingga saat ini.     

******     

Malvine tampak sedang melakukan pertemuan penting di salah satu ruangan yang terdapat pada hotel yang ia tinggali untuk sementara di kota itu. Ia tampak sedang berbincang dan bernegosiasi panjang lebar dengan kedua lelaki lengkap dengan jas dan pakaian formal yang mereka kenakan. Saat itu Malvine tampak disodorkan sebuah surat perjanjian kerjasama yang di mana kini hal itu akan terwujud hanya dengan sebuah tanda tangan dari lelaki itu. Namun tampaknya Malvine masih merasa belum cukup puas dengan apa yang telah tertulis di dalam surat perjanjian kerjasama yang harus ia tandatangani tersebut.     

"Bukankah ini merupakan sebuah keuntungan bagi pihak Anda!" tukas salah satu lelaki yang sedang Malvine temui itu.     

Malvine merupakan lelaki yang sangat perfeksionis, ia tak akan dengan mudah menerima tawaran kerjasama itu tanpa adanya sesuatu yang cocok dan menguntungkan baginya.     

Malvine tampak mengerutkan keningnya, ia tak segera menjawab perkataan dari lelaki yang baru saja menyodorkan proposal kerjasama itu kepadanya. Ia merasa masih belum puas dengan apa yang mereka janjikan.     

"Bagaimana Pak, apa anda akan menyetujui proposal kerjasama ini?" tanya salah satu dari dua lelaki yang sedang berhadapan dengannya itu.     

Malvine tampak mengembangkan senyum sinis di bibirnya, saat ini ia tahu jika sejatinya kedua lelaki itulah yang lebih membutuhkan keuntungan dari hasil kerja sama yang akan mereka lakukan saat itu.     

"Saya rasa yang akan lebih diuntungkan dalam perjanjian ini adalah kalian, bukankah seharusnya kami mendapatkan lebih dari apa yang tertulis di dalam perjanjian ini!" jawab Malvine, ia tak memberikan sedikitpun celah bagi kedua lelaki itu untuk memanfaatkannya.     

Kedua lelaki itu kini tahu siapa yang sedang mereka ajak bernegosiasi, Malvine bukanlah lelaki sembarangan, ia sangat pandai dan jeli dalam hal itu.     

Kini kedua lelaki itu hanya bisa terdiam, sedang Malvine menatap mereka dengan sedikit menengadahkan wajahnya, ia tampak sangat arogan, namun begitulah cara yang selalu ia gunakan selama ini. Malvine memang sedang merasa berada di atas angin kala itu.     

"Saya rasa pertemuan ini kita akhiri sampai di sini saja, saya akan mempertimbangkan hal ini lebih lanjut. Saya harap Anda memiliki sedikit itikad baik guna menyeimbangkan manfaat yang sama-sama akan kita peroleh dari perjanjian kerja sama ini nantinya!" tukas Malvine, lelaki itu tak memberikan tanda tangannya untuk kedua lelaki itu.     

Dengan perasaan yang bercampur aduk, baik kesal dan kecewa, akhirnya kedua lelaki itu mau tidak mau harus pulang dengan tangan kosong, sedang Malvine tampak menikmati situasi itu, ia tak akan membiarkan dirinya dimanfaatkan oleh orang-orang picik berdasi itu, gumamnya dalam hati.     

Keesokan harinya, Malvine kembali dikunjungi oleh kedua lelaki itu, kini mereka telah siap dengan proposal yang telah mereka perbaharui. Mereka hanya bisa berharap jika nantinya Malvine akan merasa cukup dan mau menandatangani perjanjian kerjasama itu.     

Suasana cukup tegang kala itu, baik Malvine dan kedua lelaki itu hanya diam dan saling menatap satu sama lain, sebelum akhirnya Malvine meraih proposal yang telah diperbaharui itu dan kembali membacanya.     

Kedua lelaki itu tampak sangat tegang, mereka kini hanya bisa berharap cemas agar Malvine mau menandatangani perjanjian yang telah mereka perbaharui itu.     

Sesekali Malvine mengalihkan pandangannya dari proposal yang sedang ia baca menuju ke arah kedua lelaki itu, keringat dingin tampak mulai bercucuran di wajah mereka.     

Malvine menghembuskan napasnya panjang, sebelum akhirnya ia mulai mengatakan apa tanggapan darinya atas proposal yang telah mereka perbaharui itu.     

"Saya ingin orang-orang kami juga mendapat tempat penting dalam hal ini!" ujar Malvine.     

"Proposal ini cukup menarik bagi saya, namun…." Malvine, lelaki itu menggantung kata-katanya.     

Kedua lelaki yang berada di hadapan lelaki itu kini saling menatap antara satu sama lain.     

"Bolehkah saya meminta waktu sebentar!" ujar salah satu dari dua lelaki itu.     

Malvine tersenyum tipis, tampaknya kedua lelaki itu kini telah masuk ke dalam jebakannya.     

"Silahkan, namun saya tidak memiliki banyak waktu hari ini!" tanggap Malvine. Tentu saja itu hanya omong kosong belaka darinya, bagaimanapun jadwal yang ia miliki hari itu memang cukup kosong.     

Mendapat izin dari Malvine, lelaki itu segera beranjak dari tempatnya, tampaknya ia sedang berusaha menghubungi seseorang yang sangat penting saat itu.     

Lelaki itu terlihat berjalan ke sana dan kemari sembari menunggu panggilan itu dijawab oleh orang yang ia telepon dengan smartphone miliknya saat itu. Sedang Malvine mulai menunjukan wajah bosannya pada salah satu lelaki yang kini masih duduk di hadapannya itu.     

Tak berselang lama tampaknya kini panggilan itu telah terjawab, lelaki itu kini tampak berdiskusi dengan serius dengan seseorang yang berada di balik panggilan itu.     

Lelaki yang sedang melakukan panggilan itu tampak menutup mulutnya dengan salah satu tangannya, tampak sekali jika ia tidak ingin pembicaraan itu sampai terdengar oleh Malvine, sedang Malvine hanya bisa menahan perasaan geli yang ada di dalam hatinya. Entah perasaan apa itu, namun tampak sekali jika Malvine merupakan lelaki yang sangat menikmati situasi ketika ia sedang berada di atas angin.     

Setelah selesai dengan panggilan itu, kini sang lelaki kembali meminta izin untuk duduk dan menjelaskan apa hasil dari diskusi kecil yang baru saja ia lakukan. Seperti apa yang Malvine inginkan, tampaknya kini mereka menyetujui permintaan yang diberikan oleh lelaki itu sebelumnya.     

"Kami pastikan jika orang-orang dari Anda akan memiliki tempat yang sama pentingnya dengan kami!" ujar lelaki itu.     

"Itu bagus, saya sangat senang mendengarnya," tanggap Malvine.     

"Kami akan kembali mengubah isi dan memperbaharui proposal ini seperti apa yang Anda inginkan, lalu apakah itu berarti Anda akan menyetujui perjanjian kerja sama ini?" tanya lelaki itu.     

"Ya, selama itu akan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, saya rasa itu adalah hal yang sangat menarik!" jawab Malvine.     

"Baiklah, temui saya dalam dua jam lagi, pastikan kalian telah memperbaharui proposal ini dengan sangat baik. Saya adalah orang yang sangat teliti, jangan pernah berpikir bisa mengelabui saya dengan permainan kata yang kalian gunakan!" tekan Malvine.     

Setelah mendapatkan izin dari Malvine, kedua lelaki itu segera mengundurkan diri, mereka harus segera mengoreksi dan kembali memperbarui proposal itu hingga sesuai dengan apa yang Malvine inginkan.     

Malvine kini kembali ke kamar hotelnya, ia cukup puas dengan hasil pertemuan kali ini, keahliannya dalam bernegosiasi memang tidak bisa diragukan lagi. Itulah mengapa di umurnya yang masih terbilang muda itu ia telah mendapatkan kepercayaan dari sang ayah untuk hal itu.     

Sesuai janji yang telah mereka buat, kini kedua lelaki itu kembali dengan proposal yang telah mereka perbaharui tepat seperti apa yang Malvine inginkan. Kedua lelaki itu telah bekerja keras demi keberhasilan penawaran kerja sama itu. Walau tak seperti apa yang mereka inginkan sedari awal, namun hal itu tidak mengendurkan niat mereka untuk menjalin kerja sama tersebut. Bagaimanapun pengaruh besar yang akan mereka dapati dari hasil kerjasama itu akan sangat bermanfaat guna mewujudkan tujuan yang mereka inginkan.     

"Saya telah membuat proposal ini sesuai dengan permintaan Anda sebelumnya, kali ini saya harap perjanjian kerjasama ini dapat dengan segera terwujud!" tutur salah satu dari dua lelaki itu dengan sangat sopan, sedang lelaki lainnya tampak menyodorkan proposal itu pada Malvine.     

Seperti biasa, Malvine yang sangat teliti itu dengan segera membaca dan mencerna setiap isi dari proposal yang telah mereka ajukan, tampaknya isi dari proposal itu kini telah sesuai dengan apa yang ia inginkan.     

"Baiklah, saya sangat menghargai itikad baik dari kalian. Senang bisa bekerja sama!" ujar Malvine, lelaki itu segera menggoreskan tinta untuk menandatangani perjanjian itu.     

Dengan ditandatanganinya perjanjian itu, kini kerjasama itu telah resmi terbentuk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.