Another Part Of Me?

Part 5.12



Part 5.12

0Setelah memasukan beberapa barang bawaannya di bagasi belakang mobil milik sang kakak, kini Davine segera mengambil posisi dan duduk tepat di sebelah lelaki itu. Ia tak ingin menunda keberangkatan itu lebih lama lagi, kekhawatirannya pada sang ibu tak bisa ia bendung lagi.     

"Kita pergi sekarang?" tukas Malvine.     

"Ya, aku tak ingin membuang waktu lebih lama lagi!" jawab Davine, ia memalingkan pandangannya keluar kaca jendela mobil mewah itu.     

Perjalanan menuju perbatasan kota itu tak memiliki kendala, hampir setiap ruas jalan di kota itu tampak senggang, tak banyak kendaraan yang terlihat berlalu-lalang, sedangkan kendaraan umum seperti bus, taksi, dan sebagainya saat itu masih diberhentikan operasinya oleh pihak Pemerintah kota tersebut.     

Malvine melajukan mobilnya dengan cukup kencang, keadaan sepi di jalan kota itu membuatnya dengan leluasa untuk memacu kendaraannya tanpa adanya kendala apa pun.     

Sampai pada area perbatasan, kini barulah sesuatu yang merepotkan akan mereka hadapi. Jalur menuju ke luar kota itu telah diblokade dan dijaga ketat oleh pihak Kepolisian kota itu.     

"Apa kau yakin bisa menangani hal ini?" tanya Davine pada kakak angkatnya itu.     

Malvine tampak menghembuskan napasnya panjang, ia tahu jika itu akan menjadi hal yang sangat merepotkan. Namun seperti apa yang telah ia katakan sebelumnya, ia akan menangani hal itu dengan caranya sendiri.     

"Ini akan sedikit merepotkan," keluh Malvine sembari keluar dari mobil mewahnya itu.     

Terlihat dua orang personil kepolisian yang bertugas menjaga perbatasan itu segera menghampiri Malvine, mereka tampak tak senang dengan kedatangan kedua kakak beradik itu. Bagaimanapun Malvine dan Davine hanya mengganggu pekerjaannya saja.     

"Selamat siang, sesuai dengan peraturan yang telah diterapkan, untuk saat ini Anda tidak bisa keluar dan melewati daerah perbatasan kota ini!" ujar salah satu personil kepolisian itu langsung pada intinya.     

Malvine tampak kembali menghembuskan napasnya panjang, ia tahu jika hal itu akan segera terdengar di kupingnya.     

"Ya, maafkan saya. Namun saya ada keperluan yang sangat penting saat ini," jawab Malvine, ia masih berusaha menanggapi para personil itu dengan sangat sopan.     

"Tidak ada alasan!" tanggap salah satu personil lainnya. Nada bicaranya yang cukup tinggi membuat Malvine sedikit naik pitam saat itu.     

"Sesuai peraturan, tidak ada satupun yang boleh keluar dan masuk kedalam kota ini. Saya perintahkan agar Anda segera memutar balik kendaraan ini dan berdiam diri di rumah sesuai peraturan yang saat ini sedang diberlakukan!" titah personil kepolisian itu.     

Malvine yang semakin tak dapat menahan emosinya itu hampir saja membalas perkataan itu dengan keras, namun untungnya ia telah belajar dari pengalaman untuk sedikit mengendalikan emosinya. Malvine memang memiliki sedikit sifat temperamental di dalam dirinya, namun beberapa tahun terakhir ini ia telah belajar untuk mengendalikannya. Walau Malvine tak pernah menunjukan sifat temperamental itu kepada keluarganya, namun terkadang ia tak dapat mengendalikannya ketika ia berhadapan dengan yang lainnya. Entah itu dalam bidang pekerjaan maupun pergaulannya sekalipun, Malvine memang kerap lepas kendali jika mendapati sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya.     

"Bisakah kita sedikit bernegosiasi akan hal ini?" tanggap Malvine, nada bicaranya masih sangat halus saat itu.     

"Tidak ada pengecualian. Kami hanya menjalankan tugas yang telah diberikan!" jawab personil kepolisian itu tegas.     

Malvine yang merasa tak punya pilihan lain segera mengeluarkan dompet yang berada di saku belakangnya. Lelaki itu mengambil kartu identitas miliknya dan kemudian segera menunjukkannya kepada salah satu personil kepolisian itu.     

Awalnya kedua personil kepolisian itu tampak bingung, mereka merasa tak pernah meminta Malvine untuk menunjukan kartu identitasnya kepada mereka. Namun salah satu personil yang saat itu telah memegang kartu identitas milik lelaki itu segera menyenggol tubuh rekan yang berada di sebelahnya itu. Tampaknya ia ingin rekannya itu memberikan perhatian pada kartu identitas yang sedang ia pegang tersebut.     

Malvine yang telah mendapati gelagat dan respon yang ia inginkan dari kedua personil kepolisian itu segera mengutarakan alasan mengapa ia harus melewati area perbatasan dan keluar dari kota itu.     

"Saat ini ibu saya sedang sakit, saya telah terjebak di kota ini untuk beberapa waktu, saya tak punya waktu lagi saat ini. Saya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terhadap Ibu saya!" jelas Malvine.     

"Bisakah kita bicarakan hal ini secara pribadi. Maksud saya anggap saja saat ini kalian sedang tidak dalam tugas kepolisian!" Pancing Malvine.     

Kedua personil kepolisian itu tampak saling pandang satu sama lain, kini mereka tahu siapa lelaki yang sedang berada di hadapan mereka saat itu. Nama keluarga Harris memang sangat terkenal, nama keluarga itu bahkan telah menjadi buah bibir dalam beberapa tahun belakangan ini sebagai salah satu keluarga dengan jumlah kekayaan yang mereka miliki, tak hanya di kota itu, ketenaran keluarga itu bahkan mencakup sampai di beberapa kota lainnya.     

Bak ikan yang tersangkut pada jaring nelayan, kini kedua personil kepolisian itu telah sepenuhnya berada dalam genggaman Malvine. Kini lelaki itu hanya perlu sedikit memberikan penawaran menarik bagi kedua personil kepolisian itu maka hal ini akan berjalan sesuai rencananya.     

"Tentu saja saya akan memberikan tanda terimakasih kepada kalian, jika kalian memperbolehkan saya untuk melewati perbatasan ini!" tambah Malvine.     

Kini kedua personil kepolisian itu tampak risau, mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan, menjalankan tugas mereka dengan baik, atau malah menerima tawaran yang telah Malvine berikan.     

"Beri kami sedikit waktu!" ujar salah satu personil kepolisian itu, sebelum akhirnya mereka tampak berdiskusi dengan jarak yang sedikit jauh agar Malvine tak dapat mendengar pembicaraan itu.     

Malvine tersenyum tipis. Seperti biasa, ia tampak mulai menikmati situasi itu, keadaan mulai menunjukan jika itu berpihak kepadanya. Tepat seperti dugaannya, kedua personil kepolisian itu tampaknya akan segera terperangkap dalam skenario yang ia buat.     

Bagi Malvine melakukan hal-hal seperti itu sangatlah mudah. Sudah menjadi rahasia umum bagaimana korupnya para kepolisian di negara itu. Mereka bahkan tak akan segan-segan mengkhianati perintah yang telah mereka emban hanya demi keuntungan yang bisa mereka peroleh secara pribadi. Bagi keluarga Harris uang adalah hal yang sangat sepele, mengeluarkan sedikit uang untuk para petugas kepolisian korup itu tampaknya tak akan menjadi soal. Malvine bahkan sangat menikmati situasi itu, ia begitu menikmati saat-saat di mana dirinya dapat memandang rendah pada petugas negara itu ketika mereka lebih memilih menuruti permintaannya daripada melakukan tugas yang seharusnya mereka emban. Bagi Malvine mereka bagaikan pengemis kurus yang menadahkan mulut busuknya untuk diberi makan.     

Tak berselang lama, kedua personil kepolisian itu kembali datang untuk menghampiri Malvine. Tampak mereka sangat bersemangat kali ini.     

Malvine sedikit berjalan maju untuk menyambut kembali kedatangan kedua personil kepolisian itu. Tampaknya mereka telah selesai dengan diskusi bodoh yang mereka lakukan.     

"Bagaimana Pak, bisakah Anda membantu saya?" tanya Malvine, lelaki itu sangat pandai mendalami perannya sebagai orang lugu.     

"Ini akan sedikit sulit dan sangat berisiko. Karena itu kami ingin." salah satu personil itu segera membisikkan sesuatu di telinga Malvine.     

Malvine yang mendengar bisikan itu segera menganggukkan kepalanya bak orang bodoh. Walau di dalam hatinya ia sedikit memaki para petugas tamak itu.     

"Saya akan memberikannya, selama itu bisa membuat saya dapat keluar dari kota ini!" tanggap Malvine.     

Kini kesepakatan itu telah tercapai. Nominal yang mereka minta memang cukup tinggi, namun itu tak berarti banyak bagi Malvine. Setidaknya ia cukup puas hanya dengan melihat para aparat kepolisian itu mengkhianati tugas yang telah mereka emban hanya dengan penawaran sejumlah uang yang bagi Malvine tidaklah terlalu berarti.     

"Untuk saat ini CCTV pemantau yang terpasang pada area ini sedang aktif," jelas kedua personil kepolisian itu.     

Malvine menganggukkan kepalanya, ia tahu jika para personil kepolisian itu tidak ingin apa yang nantinya mereka lakukan terekam oleh CCTV itu.     

"Kami akan menonaktifkannya terlebih dahulu, kami bisa memberikan alasan jika itu terjadi sebab gangguan sementara pada unit CCTV yang sedang bekerja," tambah salah satu personil kepolisian itu.     

Malvine kembali menganggukkan kepala untuk kedua kalinya. Ia masih berusaha menahan tawa kecil yang ingin keluar dari mulutnya. Entah mengapa bagi Malvine hal itu semacam hiburan tersendiri baginya.     

"Untuk saat ini Anda sebaiknya memutar balikan kendaraan ini, saya tak ingin CCTV itu merekam jika saat ini kami meloloskan kalian untuk melewati perbatasan kota!" titah personil kepolisian itu.     

"Beri kami waktu sekitar 15 menit untuk menonaktifkan CCTV itu, perhatikan waktu saat ini, pastikan 15 menit lagi Anda telah kembali berada tempat ini. Anda harus datang tepat waktu, karena kami hanya akan menonaktifkan CCTV itu untuk beberapa menit saja, akan sangat berbahaya jika kami melakukan hal itu terlalu lama!" tambah salah satu personil kepolisian itu.     

"Baiklah, saya sangat berterimakasih akan hal itu!" ujar Malvine, lelaki itu sedikit menundukkan kepalanya.     

Malvine segera mengeluarkan smartphone miliknya. Setelah meminta nomor rekening dari salah satu personil kepolisian itu, Malvine segera menyalurkan dana yang sebelumnya telah mereka sepakati saat itu juga.     

"Transaksinya telah selesai!" ujar Malvine sembari menunjukan notifikasi di layar smartphone miliknya.     

Terlihat raut wajah kedua personil kepolisian itu berubah seketika. Mereka tak menyangka jika hari itu mereka akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Mata mereka bahkan tampak berbinar, jelas sekali kedua personil kepolisian itu tampak berusaha menyembunyikan senyuman yang tercetak di bibirnya.     

"Baiklah, untuk kali ini saja kami membantu Anda. Hal ini kami lakukan karena berkaitan dengan kesehatan orang tua Anda," dalih salah satu personil kepolisian itu. Ia tampak tak ingin membuang kehormatannya begitu saja di mata Malvine.     

Malvine kembali membungkukkan tubuhnya, ia membuat dirinya seolah sedang berterimakasih atas bantuan yang telah kedua personil kepolisian itu berikan. Walau nyatanya itu lebih seperti pemerasan. Namun sekali lagi Malvine tampak sangat menikmati hal itu. Ia bahkan hampir saja tertawa terkekeh di depan kedua polisi korup tersebut.     

"Terimakasih banyak, Anda sangat membantu saya, saya tidak akan melupakan kebaikan yang telah Anda berikan!" ujar Malvine.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.