Another Part Of Me?

Part 5.25



Part 5.25

0Siska mengajak Davine pergi untuk sekedar berjalan-jalan di taman kota. Setelah dicabutnya peraturan tentang pembatasan kegiatan di kota itu, kini baik Siska, Davin, maupun warga kota lainnya bisa kembali merasakan kebebasan dalam beraktivitas.     

Siska dengan sengaja mengajak Davine untuk sedikit berjalan-jalan santai agar sang mantan kekasihnya itu tidak terlalu memikirkan soal kematian sang ibu. Bagaimanapun juga sampai saat ini tampak jelas jika kematian itu masih sangat membekas di hatinya, walau lelaki itu telah berusaha untuk melupakan kematian itu, namun tak jarang ia masih saja tiba-tiba terpikirkan tentang Monna, baik itu di saat-saat terakhir wanita itu, atau pun ingatan masa lalunya.     

Seperti biasa, Siska merupakan wanita yang sangat perasa, ia akan selalu ada di samping lelaki itu saat ia dibutuhkan. Semenjak mendengar cerita bagaimana kelamnya masa lalu lelaki itu, kini empati yang dimiliki Siska semakin bertambah besar. Ia tak ingin Davine merasakan hal itu lagi, bertahan sendiri dalam situasi pelik yang ia alami. Tentu itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, pikir Siska.     

"Bagaimana kabarmu?" tanya Siska. Wanita itu sedikit canggung. Itu adalah kali pertama bagi mereka berjalan berdua seperti itu semenjak hubungan mereka berakhir beberapa bulan yang lalu.     

"Baik, cukup baik!" jawab Davine. Lelaki itu tampak tak bisa menyembunyikan kesedihan yang masih ia alami semenjak kematian Monna.     

"Aku betanya-tanya, bagaimana caramu dapat kembali memasuki kota ini?" tanya Siska.     

Davine memang belum memberitahukan bagaimana cara yang ia tempuh untuk dapat kembali ke kota itu. Ia hanya mengatakan pada wanita itu jika dirinya telah kembali memasuki kota tanpa menjelaskan bagaimana caranya.     

"Aku menumpangi sebuah mobil box!" jawab Davine.     

"Hah? Apa kau serius!" tanggap Siska.     

"Ya, aku serius. Aku menyamar menjadi salah satu karyawan dari perusahaan logistik itu!" jelas Davine.     

"Lengkap dengan topi yang kukenakan!" tambah lelaki itu sedikit bergurau.     

Gurauan kecil itu segera mencairkan suasana. Siska merasa sangat aneh, mengapa ia bisa tertawa hanya dengan lelucon kecil seperti itu. Tampaknya bersama orang yang tepat maka hal apapun akan terasa lebih menyenangkan.     

Hari itu mereka memutuskan untuk tak sedikitpun membahas perihal kasus yang sedang coba mereka pecahkan di kota itu. Mereka lebih memilih untuk menenangkan hati mereka masing-masing. Ini bagaikan masa tenang sebelum badai. Mungkin saja beberapa hari kedepan mereka akan kembali menghadapi situasi buruk yang mungkin saja bisa kembali terjadi di kota itu. Mengingat sang pelaku pembunuhan memang kerap kali memanfaatkan masa-masa seperti itu untuk kembali melakukan aksinya. Terbukti dengan beberapa pembunuhan yang selalu terjadi tepat ketika peraturan yang dibuat oleh pihak Pemerintah kota itu dicabut. Seolah mereka memang menunggu masa-masa seperti itu. Sebuah pembunuhan yang terjadi tentu saja akan sangat berdampak dan membuat situasi kota menjadi kacau. Terlebih mengingat jika memang hal itulah yang tampaknya mereka inginkan.     

******     

"Saya telah membereskannya sesuai permintaan Anda!" ujar Kevine dalam panggilannya. Ia tampak haus akan pujian sebab pekerjaan yang telah ia lakukan dengan sangat baik itu.     

"Itu bagus, apa kau bisa memastikan jika tidak akan ada bukti yang tertinggal?" tanya lelaki di balik panggilan itu.     

"Ya, aku melakukannya sesuai dengan rencana, tak ada bukti, tak ada saksi mata. Semua berjalan dengan sangat lancar!" tukas Kevin.     

"Oke jika itu yang kau katakan. Aku sangat berterimakasih atas pekerjaan yang kau lakukan!" ujar lelaki yang menjadi lawan bicaranya itu.     

"Dalam waktu dekat mereka akan mulai menyadari perihal menghilangnya lelaki busuk itu, kepanikan tentu akan mereka rasakan. Bagaimanapun lelaki paruh baya itu memegang peran yang sangat penting untuk mereka!" tambah lelaki itu.     

Lelaki dalam panggilan itu tertawa terkekeh, sedang Kevine hanya diam, ia cukup merasa puas dengan pujian yang didapatnya dari lelaki tersebut.     

Panggilan itu berakhir sampai di situ. Tampaknya apa yang mereka inginkan sebentar lagi akan tercapai. Mereka hanya perlu menyingkirkan orang-orang yang mereka anggap bisa menjadi kendala dalam kelancaran dari apa yang menjadi tujuan mereka. Kevin, saat ini ia telah mendapatkan kepercayaan dari lelaki itu, ia bahkan telah menjadi ketua dari sebuah kelompok yang ia pimpin, dan semua itu berkat kerja keras yang ia lakukan hingga saat ini.     

Untuk mengapresiasi kesuksesan tugas yang baru saja ia emban, Kevin berniat untuk sedikit bersenang-senang dengan cara menikmati suasana kota yang saat ini telah kembali dapat beraktivitas dengan normal itu. Ia hanya ingin berjalan tak tentu arah, rasanya melihat keramaian adalah hal yang sudah sangat jarang ia dapati semenjak diterapkannya peraturan guna membatasi pergerakan di kota tersebut.     

Sampai di sebuah taman. Tatapan matanya tanpa sengaja berlabuh pada dua orang sosok yang sangat ia kenal. Kedua orang itu tak lain adalah Siska dan Davine. Kevin menggemeretakkan giginya kesal. Melihat pemandangan itu tentu saja membuat hatinya seketika merasa panas.     

Kevin yang juga telah mengetahui jika saat itu Davine telah terbebas dari dugaan yang sebelumnya telah lelaki itu dapatkan dari pihak Kepolisian, hal itu tentu saja membuatnya sangat kesal. Bagi Kevin akan lebih baik jika lelaki itu membusuk di penjara saja.     

Terlebih saat itu tampak jelas jika Davine telah kembali menjalin hubungannya dengan Siska, wanita yang sangat ia cintai itu. Walau Kevin tak mengetahui pasti apakah pasangan itu memang telah kembali menjalin hubungannya seperti dulu. Namun melihat kedua orang itu terlihat menghabiskan waktu bersama di taman itu telah cukup membuatnya kesal. Kevin beberapa kali memaki di dalam hatinya. Ia sangat ingin menyingkirkan lelaki itu bagaimanapun caranya.     

Kevin memutuskan untuk sedikit mengawasi kedua orang itu. Ia mengendap dan bersembunyi di antara pepohonan yang tumbuh subur di taman itu. Entah apa yang ia inginkan, namun matanya seolah tak dapat lepas dari pemandangan yang sedang ia lihat saat itu. Entah mengapa, sosok Davine seolah selalu menjadi pengganggu di dalam kehidupannya. Itu bagaikan seseorang yang sangat membenci kecoa, yang di mana seseorang semakin merasa benci akan serangga itu, maka serangga itu berbalik seolah merasa tertarik dan selalu menghampirinya.     

Sial bagi lelaki itu, entah bagaimana caranya matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata lelaki itu. Kevin sudah berusaha membuang pandangannya, namun Davine telah lebih dulu menyadari sosoknya yang berada di balik sebuah pohon yang berada tidak jauh dari tempat mereka.     

Siska yang melihat pandangan tak biasa yang dilayangkan Davine saat itu segera mempertanyakan apa yang sedang mantan kekasihnya itu lihat. Namun Davine tak menjawab pertanyaan itu, tampaknya ia masih merasa ragu apakah benar orang yang baru saja bertemu pandang dengannya itu memang adalah orang yang ia kenal.     

Hubungan Kevin dan Davine memang tak nampak buruk. Bagi Davine, keberadaan Kevin adalah suatu yang sangat menguntungkan baginya. Selama ini Kevin memang sangat membantu dalam memberikan setiap informasi yang ia inginkan.     

"Apa yang kau lihat?" tanya Siska.     

"Entahlah, rasanya aku melihat seseorang yang kukenal!" jawab Davine ragu.     

Sementara itu Kevin yang menyadari jika dirinya telah terlihat oleh Davine, segera mengambil langkah untuk meninggalkan tempat itu. Ia tak ingin jika Siska tahu dirinya adalah kenalan dari lelaki itu. Selama perkenalannya bersama wanita itu, Kevin memang tidak pernah mengungkapkan jika dirinya adalah salah seorang yang mengenal Davine. Jika saja Siska mengetahui hal itu, maka bisa saja wanita itu akan semakin membenci dirinya. Tentu Siska akan berpikir jika Kevin hanyalah seorang lelaki yang sedang mencari kesempatan di dalam kesempitan sebab putusnya hubungan antara wanita itu dan Davine. Kevin, walau jelas saat itu Siska telah membencinya sebab perkara alat pelacak yang sengaja ia tinggalkan pada wanita itu terungkap beberapa waktu yang lalu, namun perasaan cintan di dalam hatinya membuat lelaki itu tak ingin menyerah begitu saja.     

Davine beranjak dari tempatnya, jelas seseorang yang baru saja bertemu pandang dengannya itu adalah Kevin. Ia memang telah lama ingin meminta bantuan dari lelaki itu guna mencari keberadaan yayasan yang sedang ia cari. Namun nomor telepon lelaki itu kini telah tidak lagi aktif. Tampaknya Kevin telah mengganti nomor telepon selulernya.     

"Tunggu sebentar. Aku harus menghampiri orang itu. Ada sesuatu yang sangat aku butuhkan darinya!" tukas Davine.     

Siska yang sedari tadi duduk di samping lelaki itu segera berdiri dari tempatnya, tak ingin Davine meninggalkannya seorang diri di sana.     

"Aku ikut!" mohon Siska.     

Davine tak melarang wanita itu. Sedari awal ia juga cukup ragu jika harus meninggalkan mantan kekasihnya seorang diri di sana. Bagaimanapun bisa saja seseorang yang selalu terkoneksi langsung dengannya itu masih terus mengincar wanita itu, pikirnya.     

"Baiklah!" jawab Davine, ia segera menggandeng tangan wanita itu, menegaskan jika ia tak ingin kehilangan sosok wanita itu sedetik pun.     

Davine dan Siska berjalan sedikit terburu, namun sosok lelaki itu telah menghilang dari pandangan. Rasanya baru sebentar Davine memalingkan matanya ketika ia berbicara dengan Siska, namun entah mengapa sosok lelaki itu seolah menghilang begitu saja dengan sangat cepat. Hal ini membuat Davine merasa jika saat itu Kevin memang dengan sengaja berusaha menghindar darinya.     

Mengelilingi taman yang cukup luas itu, mereka tak jua mendapati sosok yang mereka cari. Siska tentu saja segera mempertanyakan siapa gerangan sosok itu pada Davine. Davine segera menjelaskan jika sosok lelaki yang sempat bertemu pandang dengannya beberapa saat yang lalu itu adalah orang yang sangat bisa diandalkan dalam mencari informasi. Menurut Davine, bisa saja dengan mempertanyakan perihal yayasan itu terhadap lelaki tersebut, maka mereka akan menemukan di mana tempat yayasan yang sedang mereka cari itu berada. Namun sialnya sosok itu kini telah menghilang seolah ditelan bumi.     

"Namanya Kevin. Dia adalah orang yang cukup bisa diandalkan dalam mencari informasi!" terang Davine.     

Siska segera mengerutkan keningnya, Kevin, apakah sosok yang Davine maksud saat itu adalah sosok Kevin yang juga ia kenal, pikir wanita itu.     

"Tunggu dulu, aku juga mengenal seseorang yang bernama Kevin!" tanggap Siska.     

"Yaeh, walaupun mungkin saja mereka adalah dua orang yang berbeda!" tambah wanita itu lagi.     

Sementara itu di sisi lainnya, Kevin tampak berdiam diri di salah salah satu bilik toilet umum yang terdapat di taman itu. Ia tampak kesal karena mau tidak mau harus bersembunyi bak seekor tikus yang takut saat dikejar kucing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.