Another Part Of Me?

Part 5.37



Part 5.37

0Davine berjalan menelusuri salah satu koridor yang terdapat di dalam bangunan itu, rasanya ia ingat di mana letak ruangan yang Hanna maksud.      

     "Aku rasa ruangan itu berada di ujung sana!" tukas Davine.      

     "Bawa kita ke tempat itu!" titah Hanna.      

     Davine pun segera bergegas untuk menjadi pemandu ketiga orang itu, mungkin saja di sana mereka akan menemukan sebuah petunjuk, pikir lelaki itu.      

     seperti dugaannya, ruangan kantor yayasan itu memang berada tepat di ujung koridor itu. Tampaknya Davine masih mengingat bagaimana struktur bangunan itu dengan cukup baik.     

     Hanna segera mengintip isi ruangan itu dari jendela yang terdapat di sana, namun karena sudah terlalu lama tak ditinggali, membuat debu memenuhi permukaan jendela itu. Tentu saja hal ini membuat Hanna tak dapat melihat apa yang terdapat di dalam ruangan tersebut.      

     "Ruangan ini terkunci!" ujar Davine, ia baru saja mencoba membuka gagang pintu ruangan itu.      

      "Aku sudah menduganya, mereka tak mungkin meninggalkan ruangan ini dengan keadaan terbuka begitu saja. Aku pikir ada beberapa berkas penting yang bisa kita dapatkan dari dalam sana!" tukas Hanna.      

     "Apa kau masih membawa kunci pasnya?" tanya Davine.      

     "Tentu saja, aku pikir kita masih membutuhkan benda ini!" jawab Hanna sembari mengangkat kunci pas yang berada di tangan kirinya.     

    Tak membuang waktu, mereka pun segera berusaha mencoba membobol ruangan itu. Butuh usaha lebih memang, namun tampaknya kedua lelaki itu berhasil melakukannya dengan baik.      

     Membuka pintu itu, Hanna, Davine, Siska, dan Bella mendapati ruangan yang penuh debu, beberapa sudut dipenuhi sarang laba-laba. Jelas sekali jika ruangan itu telah lama tidak dibuka.      

     Beberapa barang ditinggalkan begitu saja, beberapa meja terlihat masih lengkap dengan unit-unit komputernya, sedang beberapa lemari terlihat terbuka dengan beberapa berkas yang berserakan di mana-mana.      

     Hanna, Davine, Siska, dan Bella segera berpencar untuk mencari apapun yang bisa saja dijadikan petunjuk oleh mereka. Namun tampaknya tak ada satupun hal yang janggal di sana, berkas-berkas yang berserakan hanyalah catatan pengeluaran yang berupa bahan-bahan makanan pokok saja, sedang semua komputer yang terdapat di tempat itu tentu saja telah rusak karena tak terawat, belum lagi aliran listrik yang telah diputus oleh pihak penyedia membuat mereka tak dapat mengakses semua benda elektronik yang berada di ruangan itu.      

     Dari kesemua berkas yang berserakan di dalam ruangan itu, mereka juga menemukan lambang organisasi berbentuk busur dengan tiga anak panah, sama seperti apa yang mereka temukan dalam jurnal medis yang mencatat tentang proyek bayi tabung yang mereka temukan sebelumnya. .      

     "Dengan ini bisa kita simpulkan jika yayasan panti asuhan ini adalah milik organisasi yang didirikan oleh keluarga kasta pertama itu!" tukas Hanna.      

     Davine menganggukkan kepalanya, ia tak begitu terkejut akan hal itu, ia telah menduga jika dirinya memang memiliki keterkaitan dengan organisasi yang didirikan keluarga kasta pertama itu.      

     Siska segera menatap Davine, tampaknya kini semua mulai terhubung. Jika Monna mengatakan benda yang ia berikan itu akan mengungkapkan siapa diri Davine yang sebenarnya, dan kenyataan benda itu mengarahkan mereka ke tempat itu dan di tambah lambang organisasi yang mereka temukan tercetak di dalam berkas yang berserakan di ruangan itu sama dengan apa yang ada di dalam jurnal medis yang mencatat tentang proyek bayi tabung yang sebelumnya mereka temukan di pondok milik Lissa. Maka hampir bisa dipastikan jika Davine memang memiliki keterkaitan akan dirinya dan organisasi yang didirikan oleh keluarga kasta pertama itu.      

    "Jelas sudah jika yayasan ini milik organisasi yang didirikan oleh keluarga kasta pertama itu!" tukas Hanna.      

     "Dan kita juga tahu jika Davine berada di yayasan ini sewaktu kecil dulu. Maka antara Davine dan yayasan itu tampaknya memang memiliki keterkaitan!" tambah lelaki itu.      

     "Ya, itu benar. Aku memang hidup di yayasan ini sewaktu kecil dulu, dan fakta jika yayasan ini adalah milik organisasi itu maka bukan tidak mungkin hipotesisku yang lain adalah benar!" ujar Davine.      

     "Maksudmu, hipotesis tentang dirimu yang adalah salah satu anak hasil proyek bayi tabung itu?" sambar Siska.      

     "Ya, jika kau pikirkan lagi, tampaknya yayasan ini dibuat bukan hanya untuk menampung anak-anak yatim dan terlantar di kota ini saja. Aku rasa tujuan lain mereka mendirikan yayasan ini tidak lain adalah untuk menampung semua anak hasil proyek bayi tabung yang telah mereka hasilkan dulu!" jelas Davine.      

     "Dan bukankah aku pernah mengatakan jika dulu sebelum kepergianku dari tempat ini aku melihat seorang anak yang sangat menyerupai diriku!" tambah lelaki itu.      

     "Jadi kau ingin menegaskan jika dirimu adalah salah satu dari anak kembar hasil bayi proyek bayi tabung itu?" sambar Siska.      

     "Entahlah, aku masih belum bisa memastikan hal itu sampai kita dapat menemukan bukti yang benar-benar valid!" jawab Davine.      

     "Namun kini hipotesis itu menjadi semakin lebih beralasan!" tambahnya.      

     "Lalu, apakah organisasi itu adalah organisasi yang sama yang menyebabkan tragedi di kota ini beberapa tahun yang lalu?" tanya Siska lagi.      

    "Bukankah mereka juga mempunyai sebuah yayasan penampungan untuk para anak terlantar seperti ini?" tanya Siska.      

     "Ya, aku rasa itu sangat masuk di akal!" cetus Hanna.      

     "Mungkin saja ini adalah yayasan yang sama!" tambah lelaki itu.      

      Saat itu baik Hanna, Davine, maupun Siska tak dapat memungkiri kesamaan dari tempat itu dengan tempat yang sang ayah dari wanita itu ceritakan dalam kisahnya. Organisasi massa yang telah berusaha dilenyapkan secara paksa oleh pihak Pemerintah lewat genosida itu tak lain adalah organisasi milik pihak Keluarga kasta pertama itu sendiri, mengingat jika sang pemimpinnya yang mengaku sebagai seorang yang memiliki darah murni. Bukankah hal itu sangat cocok dengan keluarga kasta pertama itu, bukankah mereka adalah keturunan asli yang menduduki wilayah itu dulu, jauh sebelum datangnya pihak Pemerintah yang mengambil alih secara paksa daerah itu dengan cara yang juga sangat kejam, pikir mereka.      

     Tentu saja di satu sisi mereka juga sedikit tak merasa begitu terkejut akan dugaan itu, bagaimanapun para keluarga dari kasta pertama itu memanglah memiliki ideologi yang sangat berbahaya. Merasa diri mereka spesial dan jauh lebih unggul dari yang lainnya, dan hal itu seolah bersinggungan dengan visi dan misi yang diemban oleh organisasi massa itu. Jelas mereka juga menyiratkan hal yang sama walau dengan penyampaian yang berbeda. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana mereka mencoba mengusir setiap tenaga asing yang bekerja di kota itu. Ia seolah menegaskan jika tak ada orang asing yang boleh bekerja atau berkuasa di kota itu selain mereka yang mereka sebut sebagai para penduduk asli kota itu.       

     Jika hanya dilihat dengan kasat mata maka hal ini memang tidaklah begitu kentara. Menurut Hanna organisasi massa yang mereka pimpinan saat itu seolah dengan sengaja berbuat seperti itu guna mendapatkan dukungan dari para warga. Jelas mereka tahu jika para warga itu sejatinya bukanlah darah murni seperti mereka, mereka hanya memancing pemikiran itu dan membuat para warga merasa seakan diri mereka spesial dengan menanamkan keyakinan jika pada dasarnya mereka yang adalah penduduk lama di kota itu juga bisa dikatakan sebagai penduduk asli, karena pada dasarnya mereka telah menduduki wilayah itu bersamaan dengan didirikannya kota itu oleh pihak Pemerintah. Mereka mengecoh dan menggiring opini para warga pendatang itu, membuat mereka merasa jika diri mereka spesial dengan tujuan yang tak lain hanyalah menginginkan dukungan dari para warga tersebut guna mewujudkan tujuan mereka yang sebenarnya.      

     "Tujuan mereka yang sebenarnya?" tanya Bella yang sedari tadi hanya bisa menyimak perbincangan antara Hanna, Davine, dan Siska. Bagaimanapun ia adalah satu-satunya orang yang saat itu tak mengetahui dengan detail tentang perihal tragedi yang baru saja diceritakan oleh ayah dari Siska beberapa waktu yang lalu itu.      

     "Ya, tujuan mereka yang sebenarnya!" jawab Hanna.      

     "Apa itu?" tanya Bella, wanita itu mengerutkan keningnya.      

      "Tampaknya mereka sedang berusaha mengambil kembali apa yang dulu pernah dirampas secara paksa dari mereka!" jawab Hanna.      

     "Kota ini!" celetuk Siska.      

     Bella yang mendengar hal itu segera melayangkan pandangannya pada wanita itu, ia masih tidak begitu mempercayai apa yang baru saja ia dengar di kupingnya.      

     Dalam beberapa kesempatan Bella memang tak bersama mereka, sebab itulah informasi yang ia miliki sangatlah terbatas. Ia hanya mendapatkan hal itu sebagai sebuah cerita yang disampaikan oleh Hanna kepadanya. Tentu saja hal itu membuat dirinya tidak mengetahui secara detail akan semua informasi yang telah Hanna, Davine, dan Siska dapatkan sampai saat itu.      

     "Apa itu benar?" tanya Bella masih tidak mempercayainya.      

     Baik Hanna, Davine, dan Siska hanya bisa beradu pandang tanpa menjawab pertanyaan itu dengan benar, namun setidaknya begitulah yang saat ini terlintas di dalam benak mereka.      

     "Mereka pernah melakukannya, dan mereka gagal. Kali ini mereka sedang berusaha melakukan hal yang sama, namun dengan cara yang berbeda!" tambah Davine.      

     Mendengar ucapan Davine, Bella segera teringat kembali ucapan lelaki yang dulu sempat menculik dirinya. Bukankah lelaki itu seolah mengatakan hal yang sama, kali ini kami tak akan gagal, lantas apa itu dapat menegaskan jika sang pelaku adalah salah satu anggota dari organisasi massa itu. Terlebih orang itu adalah lelaki yang dapat terkoneksi langsung dengan Davine.      

     Tentu saja hal ini sangat berkesinambungan dengan apa yang telah mereka dapatkan hingga saat ini. Menemukan bukti valid tentu menjadi menjadi fokus utama, namun bagaimana hal itu dapat mereka ungkapkan. Mengungkap kasus ini sama saja dengan mengungkit masa kelam yang selama ini coba ditutupi oleh pemerintah kota. Namun jika tak dicegah, hal ini juga sangat berbahaya bagi para warga, dan pemerintahan kota itu sendiri.      

      Merasa tak mendapatkan hal lainnya dari tempat itu, Davine pun segera mengajak yang lainnya untuk keluar dari ruangan itu. Ada suatu tempat yang sangat ingin ia kunjungi di dalam bangunan itu. Davine, ia tahu jika seharusnya ada sesuatu yang Monna tinggalkan untuknya di tempat di bangunan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.