Another Part Of Me?

Part 5.39



Part 5.39

0Terikat perjanjian itu membuat kakek Robert mau tak mau harus merelakan sangat anak untuk turut diikut serta sebagai objek proyek bayi tabung itu. Tentu itu adalah hal yang sangat miris, sebagai ayah rasanya sangat sakit melihat bagaimana sangat anak diperlakukan layaknya sebuah alat bagi mereka.      

     Pihak keluarga kasta kedua itu bukannya tak bisa membangkang atau dengan bodohnya hanya terus menuruti setiap perintah yang diberikan oleh sang keluarga kasta pertama. Telah banyak dari mereka yang mencoba melakukan pemberontakan karena tak ingin terus-menerus dengan terpaksa mengabdikan dirinya pada keluarga kasta pertama, hanya karena sebuah perjanjian yang dulu telah disepakati oleh tetua mereka. Tentu saja ada beberapa dari pihak keluarga kasta kedua itu yang mencoba memberontak dan juga melarikan diri. Namun usaha itu sia-sia, walau tak lagi memiliki jumlah yang banyak karena kemerosotan individu mereka, nyatanya pihak keluarga kasta pertama itu tetap saja tak mudah untuk ditaklukan. Mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata, berintelegensi tinggi dan ditambah lagi dengan kekuasaan yang mereka miliki dalam beberapa sektor ekonomi. Membuat keluarga itu tampak sangat tangguh dan dengan mudahnya dapat memiliki apa yang mereka mau.     

     Berbekal kecerdasan yang berada di atas rata-rata itu, beberapa dari mereka berhasil menguasai sektor-sektor penting dalam perekonomian kota. Tentu saja dengan menyembunyikan identitas aslinya. Hal inilah yang membuat pihak Keluarga kasta pertama itu seolah tetap kokoh dan sulit untuk ditaklukan. Mereka cerdas dan kejam, mereka bahkan tak akan segan untuk menghabisi tiap-tiap individu dari keluarga kasta kedua itu jika saja mereka mendapati adanya niat untuk memberontak. Dengan menguasai beberapa sektor perekonomian tentu membuat keluarga kasta pertama memiliki kekayaan di atas rata-rata, berbekal kekayaan itu pula maka tak sulit bagi mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan seperti halnya senjata ilegal dan beberapa perlengkapan lainnya, membuat mereka menjadi jauh lebih kuat dari para keluarga kasta kedua walau dengan jumlahnya yang terbilang kecil.      

      Hal ini pulalah yang menjadi ketakutan terbesar bagi kakek Robert. Sang kakek telah beberapa kali mendapati beberapa individu dari keluarga kasta kedua itu dibunuh dengan kejam karena upaya pembangkangan mereka. Suatu waktu sang kakek bahkan pernah mendapati salah satu keluarga dari kasta mereka itu dibantai dengan sadis hanya karena salah satu anggota keluarganya mencoba melarikan diri dari keluarga kasta pertama karena telah merasa lelah terus mengabdikan dirinya pada keluarga itu. Individu itu memang berhasil kabur dan pergi entah kemana, namun yang menjadi pelampiasan adalah para keluarga yang ia tinggalkan. Baik ibu, ayah, kakak, dan adik individu tersebut, semua dibunuh dengan sangat kejam hanya karena perbuatan yang dilakukan oleh individu itu sendiri.      

     Hal ini tentu mereka lakukan sebagai bahan pelajaran bagi para keluarga kasta kedua yang lainnya, sang keluarga kasta pertama itu seolah dengan tegas menyatakan jika mereka tak akan segan untuk membunuh tiap-tiap dari keluarga kasta kedua yang mencoba membangkang mereka.      

     Sangat miris memang, namun itulah yang terjadi, tak hanya karena sebuah perjanjian yang telah para tetua mereka sepakati dulu, tampaknya teror yang diberikan oleh pihak keluarga kasta pertama itu juga berperan penting bagi pengabdian para keluarga kasta kedua itu.      

     Hal ini pulalah yang terjadi pada kakek Robert, ia hanya bisa terus mengikuti semua perintah dari keluarga kasta pertama yang sedang ia layani itu, ia bahkan tak berani membangkang sedikitpun karena khawatir anak dan cucunya yang menjadi korban.      

     "Ini sangat bisa menjelaskan mengapa para keluarga kasta kedua itu sangat setia mengabdikan dirinya pada keluarga kasta pertama. Hal ini tidak lain hanyalah berlandaskan keterpaksaan belaka saja!" ujar Davine.      

     "Ya, sedari awal aku juga berpikir seperti itu, rasanya sangat bodoh jika mereka terus mengabdikan diri hanya karena perjanjian yang dulu pernah mereka buat, sedang perlakuan yang diberikan oleh keluarga kasta pertama itu tentu saja sangat di luar batas.      

     "Aku tak mengerti. Apa mereka tak mempunyai hati nurani!" timpal Siska yang sedari tadi hanya bisa memperhatikan kedua lelaki itu.      

     "Ya, nyatanya banyak sekali orang yang tak memiliki empati di dunia ini!" sambut Hanna.      

     Dadine pun kembali melanjutkan untuk membaca note itu. Kakek Robert merasakan pukulan telak ketika mengetahui Shopia yang dijadikan sebagai objek proyek bayi tabung itu tewas setelah berhasil melahirkan dua anak kembarnya. Tentu saja Sang kakek merasakan kemarahan yang sangat besar di dalam hatinya, jelas itu tak seperti yang sang majikan utarakan sebelumnya, sang majikan awalnya hanya mengatakan jika ia akan menggunakan Shopia sebagai objek mereka saja, namun mereka tak pernah mengatakan jika nantinya mereka akan memaksa wanita itu untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Sang kakek sempat tak mampu mengendalikan emosinya saat itu, ia kalap, sedang amarahnya berkobar tak terkendali. Sang kakek mempertanyakan mengapa mereka melakukan hal itu, bukankah sesuai perkataan mereka sebelumnya jika mereka hanya ingin menggunakan Shopia sebagai objek saja. Namun dengan tanpa ekspresi Sang majikan hanya tertawa terbahak-bahak. Sang majikan berkata jika memang seperti itulah prosedur yang mereka lakukan pada tiap-tiap objek yang mereka gunakan. Setelah berhasil memperoleh keturunan dari proyek yang mereka jalankan, maka mereka akan memerintahkan agar sang objek segera mengakhiri hidupnya saat itu juga. Tentu saja hal itu bertujuan untuk memerosotkan jumlah individu dari keluarga kasta kedua itu.      

     Sang kakek dengan tubuh tuanya tak lagi mampu menahan amarahnya, ia segera berlari dan berusaha menyerang sang majikan, namun sang majikan dengan segera mengatakan jika lelaki tua itu berani menyentuhnya maka keselamatan sang cucu akan terancam. Tentu saja yang dimaksud oleh sang majikan itu tak lain adalah Lissa.      

     Saat itu Lissa masih berusia sekitar empat tahun, ia adalah satu-satunya keturunan dari keluarga kakek Robert yang tersisa, jelas sang kakek sangat menyayangi cucu kecilnya itu. Salah satu alasan mengapa sampai saat ini sang kakek masih terus saja setia dan mengorbankan seluruh waktunya untuk mengabdi kepada keluarga itu tak terlepas dari sang cucu tercintanya itu. Sang majikan pernah berjanji jika saja sang kakek terus mengabdikan diri dengan penuh kesetiaan kepada keluarga mereka, mungkin saja nantinya mereka akan mempertimbangkan untuk membebaskan Lissa dari tanggung jawabnya untuk mengabdikan diri pada keluarga kasta pertama itu. Sang majikan berkata jika ia mungkin saja akan melepaskan gadis kecil itu dan membiarkannya hidup bebas layaknya orang normal. Walau tak sepenuhnya mempercayai omongan itu, namun kakek Robert terus saja mencoba melakukan yang terbaik dalam masa pengabdiannya itu. Ia hanya berharap jika dengan melihat kesetiaannya maka sang majikan akan benar-benar menepati kata-katanya.      

     Menahan segala emosinya, sang kakek kembali mundur dan menundukkan tubuhnya pada sang majikan, ia segera meminta maaf atas kelancangannya saat itu, walau hatinya sedang hancur, namun demi sang cucu, lelaki tua itu berusaha tegar dan menahannya. Ia hanya berharap jika suatu saat sang majikan akan menepati kata-katanya, walau nyatanya apa yang terjadi dengan Shopia cukup jelas menegaskan jika sang majikan bukanlah orang yang dapat dipegang omongannya.      

     Saat itu Lissa yang masih sangat kecil itu mau tidak mau harus kakek Robert titipkan pada salah satu temannya. Selepas kematian Shopia jelas tak ada lagi yang merawat anak itu, sang kakek juga tak ingin membawa Lissa untuk tinggal bersamanya di yayasan itu. Ia tak ingin cucu kecilnya itu melihat bagaimana penyiksaan yang dilakukan oleh para pengurus yayasan itu kepada para anak-anak yatim dan terlantar yang berada di dalam yayasan tersebut.      

     Waktu berlalu, sang kakek yang saat itu telah kehilangan anak semata wayangnya itu, kini hanya bisa terus berjuang demi kebebasan sang cucu kelak. Ia terus bekerja seperti apa yang diperintahkan oleh sang majikan di dalam yayasan itu. Selain itu adalah sebuah keharusan yang harus dilakukan, setidaknya ia juga bisa mendapatkan sedikit uang guna membiayai kebutuhan sang cucu yang saat itu sedang ia titipkan pada kerabatnya itu.      

     Saat itu Lissa memang belum diwajibkan untuk mengabdikan dirinya karena usianya yang yang masih sangatlah dini. Setidaknya setelah remaja barulah wanita itu nantinya akan mulai mengemban tugas layaknya sang kakek dan ibunya. Untuk saat ini pihak Keluarga kasta pertama itu sengaja membiarkan Lissa untuk tinggal bersama kerabat sang kakek, sebelum nantinya akan mereka jemput dan mempekerjakannya pada yayasan milik mereka itu juga.      

     Saat itu telah genap 2 tahun semenjak kematian Shopia dan kelahiran kedua anak kembar hasil proyek bayi tabung yang dilakukan oleh keluarga kasta pertama itu. Bayi-bayi hasil proyek bayi tabung itu memang sengaja di rawat di yayasan panti asuhan itu sebelum nantinya mereka akan mulai didik dan mengikuti pelatihan yang tidak masuk akal itu.      

     Sang kakek juga diberikan tugas untuk merawat kedua anak kembar itu secara langsung, selain karena tugas yang diberikan itu, Sang kakek juga melakukannya karena pada dasarnya kedua anak kembar itu juga merupakan cucunya, walau nyatanya tak dapat ia pungkiri jika kedua anak itu jugalah yang secara tidak langsung merenggut nyawa Shopia.      

     Sang kakek merawat kedua bayi kembar itu dengan penuh kasih, ia tak dapat membohongi hati nuraninya sendiri. Bagaimanapun kedua anak kembar itu selalu dapat membuatnya teringat akan sosok sang anak.      

     Waktu terus berlalu, kedua anak kembar itu kini telah diwajibkan untuk mengikuti setiap pelatihan yang diberikan di yayasan itu. Setelah genap berusia 5 tahun, sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, kedua anak itu akhirnya mau tidak mau harus mengikuti pelatihan itu, walau itu adalah sebuah keterpaksaan sekalipun.      

     Dalam proses tumbuh kembangnya, kedua anak kembar hasil proyek bayi tabung itu memang dengan sengaja mereka pisahkan. Walau mereka berada di satu bangunan yang sama, namun kedua anak kembar itu tak pernah benar-benar bertemu antara satu sama lain secara langsung. Membuat mereka sendiri tak menyadari jika mereka sebenarnya memiliki seorang saudara kembar.      

     Dalam proses tumbuh kembang itu, terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara kedua anak kembar itu. Yang satu terlihat sangat pandai dan berbakat dalam kemampuan fisik maupun penalarannya, sedang yang satunya lagi memiliki sedikit kendala, ia tak berbakat dalam urusan fisik, namun juga cukup cerdas layaknya sang saudara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.