Another Part Of Me?

Part 5.40



Part 5.40

0Di suatu waktu, kakek Robert pernah sekali dikunjungi oleh sang istri dari majikannya. Itu terjadi ketika kedua anak kembar itu masih berusia sekitar dua tahun. Wanita itu bukan seperti layaknya orang-orang yang terlahir dari keluarga kasta pertama itu, ia tak pernah sekalipun menganggap dirinya superior seperti halnya yang lain. Ia sangat berbeda, pandangannya tentang hidup jauh lebih luas. Ia hanyalah wanita yang ingin menjalani hidupnya dengan damai. Sebagai wanita yang memiliki darah murni, sama halnya seperti yang terjadi dalam kasus wanita lainnya. Ia mengalami gangguan pada kesuburannya, hal itu tampaknya sedikit membuat dirinya merasa tertekan.      

     Sang istri dari majikannya itu datang bukan tanpa alasan, ia tahu jika selama ini kakek Robert dan anaknya itu telah mengabdikan dirinya dengan sangat baik terhadap keluarga itu, ia bahkan sangat menyesalkan perihal dipilihnya Shopia sebagai objek proyek bayi tabung yang sedang dilakukan oleh pihak Keluarga kasta pertama itu. Menurutnya itu adalah hal yang sangat tidak etis untuk dilakukan, tak hanya bagi Shopia, wanita itu menyesalkan semua yang telah terjadi pada para wanita dari kasta kedua yang dijadikan objek dalam proyek itu. Menurut wanita itu tak sepantasnya manusia dijadikan sebagai alat atau sarana dalam menghasilkan keturunan mereka.      

     Sang istri sangat menyesal atas kematian Shopia. Sebagai sesama wanita tentu ia tahu bagaimana sakitnya perasaan yang harus dirasakan oleh wanita itu, bahkan setelah pengabdian yang dilakukannya, namun kenyataannya tetap saja pada akhirnya wanita itu harus mau tidak mau dipaksa untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Tentu itu sangatlah berat bagi wanita itu, terlebih ia memiliki seorang anak yang harus ia rawat dan diberikan kasih sayang.      

     Sebagai permintaan maaf darinya, wanita itu memberikan sebuah benda kepada kakek Robert. Ia berkata jika Sang kakek boleh memberikan benda itu kepada siapapun yang ia inginkan. Sang kakek tentu saja dibuat bingung sebab pemberian itu, ia tak mengerti dengan apa yang wanita itu ingin sampaikan.      

     Kakek Robert pun segera mempertanyakan perihal itu pada istri sang majikan, mengapa wanita itu memberikan benda itu padanya, dan apa pula maksud dari perkataan sang wanita yang mengatakan jika ia boleh memberikan benda itu pada siapapun yang ia inginkan.      

     Sang wanita pun segera menjelaskan apa maksud dari tindakannya saat itu. Ia berkata jika Sang kakek boleh memilih satu orang yang spesial baginya untuk diberikan benda itu, dan wanita itu berjanji nanti pada waktunya ia akan datang dan mencari siapa gerangan orang yang sangat spesial itu untuk ia bebaskan dari penderitaannya.      

     Setidaknya itu adalah cara yang wanita itu lakukan sebagai permintaan maafnya atas penderitaan yang telah lelaki tua itu terima selama masa pengabdiannya pada keluarga kasta pertama itu.      

     Sang kakek hanya bisa tertegun, ia tak pernah menyangka jika dirinya akan menerima sesuatu yang sangat berharga seperti itu. Itu bukanlah perihal benda seperti apa yang ia dapatkan, namun lebih ke apa yang berada di balik benda tersebut.     

     Tentu saja awalnya kakek Robert berniat untuk memberikan benda itu pada Lissa, ia selalu ingin cucu perempuannya itu bisa hidup bebas layaknya orang normal, dan akhirnya kini lelaki tua telah mendapatkan cara untuk mewujudkannya. Ia tahu jika sang istri dari majikannya itu adalah orang yang sangat bisa dipegang kata-katanya, tentu saja sifat wanita itu seolah berbanding terbalik dengan sifat yang dimiliki oleh sang majikan.      

      Sang kakek kini punya secercah harapan, ia tak mengapa jika harus mati dalam pengabdian selamanya pada keluarga kasta pertama itu. Selama sang cucu bisa terbebas, rasanya itu cukup sepadan dengan pengorbanan yang harus ia lakukan.      

     Namun hal itu tak berjalan sesuai apa yang sebelumnya telah ia rencanakan. Hati tak dapat diatur, seiring berjalannya waktu kasih sayang pun mulai tumbuh di hati lelaki tua itu pada kedua anak kembar yang ia rawat. Walau setiap kali melihat kedua anak kembar itu dirinya akan kembali teringat pada sosok sang anak, namun hal itu pula yang menumbuhkan kasih sayang dan perasaan untuk melindungi kedua anak dari anaknya itu, walau nyatanya mereka dilahirkan karena sebuah keterpaksaan dan lewat penderitaan yang harus Shopia lalui, namun di satu sisi kedua anak itu tentu saja tak dapat disalahkan, kedua anak itu mungkin bahkan tidak pernah meminta agar mereka dilahirkan ke dunia ini. Satu-satunya yang bisa disalahkan adalah keluarga kasta pertama dengan pemikiran gilanya itu.      

      Pelatihan mulai dimulai kedua anak kembar mau tak mau harus mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan dalam yayasan itu, tentu saja itu adalah kegiatan di luar nalar dan tak sepantasnya dilakukan oleh anak-anak seumurannya.      

     Salah satu anak kembar itu tampak memiliki kesulitan dalam melakukannya, entah mengapa sang kakek seolah melihat adanya sebuah hati yang sangat baik di dalam dirinya. Sang kakek kerap mendapati Sang anak seolah dengan sengaja mengalah dalam beberapa pertandingan yang dilakukan untuk memperebutkan jatah makan di yayasan itu. Sang kakek kerap mendapati adanya keraguan dari dalam diri anak itu, sedang sang kakek tahu mungkin saja seharusnya anak itu bisa memenangkan pertandingannya, namun di saat terakhir sang anak terlihat seolah menahan dirinya, membuatnya kalah dalam pertandingan tersebut.      

      Kalah dalam pertandingan untuk memperebutkan jatah makanan tentu saja bukanlah hal yang baik, selain sang anak akan mendapatkan hukuman karena kekalahannya, ia juga tak akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya, sedangkan saat itu tenaga sangat dibutuhkan dalam bertahan dalam pelatihan gila yang mereka lakukan.      

     Kakek Robert yang tak sampai hati melihat sang anak terus menerus dalam kondisi itu mulai memberikan perhatian lebih, ia kerap secara diam-diam memberikan anak itu jatah makan miliknya. Tentu saja itu adalah hal yang sangat tidak boleh untuk ia lakukan, namun hati nuraninya berkata lain, bagaimanapun anak itu juga merupakan cucu darinya, sebagai seorang kakek tentu saja ia tak dapat membiarkan hal seperti itu.      

     Berbeda dengan saudara kembarnya. Saudara kembarnya itu adalah tipe anak yang sangat tangguh dan cenderung berpikir secara rasional. Ia tak akan mau mengalah dalam pertandingan yang harus ia lakukan, di usianya yang sangat diri, anak itu tahu jika satu-satunya cara untuk bertahan hidup di dalam yayasan itu hanyalah dengan cara menginjak satu sama lainnya. Kekuatan adalah segalanya, dan tampaknya hal itu memang ia miliki, membuatnya tumbuh menjadi salah satu sosok anak yang paling ditakuti di dalam yayasan tersebut.       

     Sang kakek bukannya pilih kasih antara kedua cucu kembarnya itu, walau jelas sekali terlihat jika ia lebih memfokuskan dirinya hanya pada salah satu anak saja, namun hal itu ia lakukan karena rasa khawatirnya. Sang kakek tahu anak itu tidak akan bisa bertahan di dalam yayasan itu dengan hati lembutnya. Ia akan diinjak-injak oleh yang lainnya dan mungkin saja berakhir tragis layaknya anak-anak lain yang telah seringkali ia lihat.      

     Hal ini sedikit membuat kecemburuan terjadi, tampaknya sang anak lainnya kini telah mengetahui perihal jika dirinya adalah seorang anak kembar. Ia menyelidiki hal itu dengan cara diam-diam memperhatikan pergerakan sang kakek. Hal itu membuatnya mengerti mengapa sang kakek selama ini selalu berusaha dan memerintahkan menutupi wajah yang ia miliki.     

     Kedua anak kembar itu bukannya tidak pernah bertemu antara satu sama lain. Dalam beberapa kesempatan mereka tentu saja pernah saling bertemu saat melakukan pelatihan mereka. Sang anak yang kini telah menjadi sosok yang sangat ditakuti di yayasan itu beberapa kali telah melihat wajah saudara kembarnya secara langsung. Awalnya ia menganggap jika itu hanya kemiripan biasa atau mungkin perasaannya saja, namun semakin ia berkaca dan memperhatikan dirinya sendiri ia sadar jika itu bukanlah perasaannya saja, struktur wajah mereka tampaknya sama, hanya gaya rambut yang membedakannya, jika sang anak lainnya memiliki rambut yang lumayan pendek, berbeda dengannya ia memiliki rambut yang panjang, yang dimana sebagiannya selalu saja terjatuh hingga menutupi bagian matanya sendiri.      

      Dalam suatu kesempatan tentu anak itu segera menanyakan perihal siapa anak yang memiliki paras yang sangat mirip dengannya itu pada sang kakek. Awalnya sang kakek berusaha menutupi hubungan yang mereka miliki, namun karena penalaran sang anak yang di atas rata-rata, akhirnya hal itu tak dapat lagi kakek Robert sembunyikan. Sang kakek berpesan kepada anak itu agar sang saudara kembarnya itu tidak boleh mengetahui perihal hubungan mereka. Tentu saja itu adalah perintah langsung yang diberikan oleh sang majikan. Tampaknya majikannya itu sedang menjalankan suatu eksperimen yang sang kakek sendiri tidak mengetahui entah apa itu.      

     Sang kakek menyatakan keprihatinannya pada sang saudara kembar anak itu, lelaki tua itu bahkan meminta agar sang anak sekiranya berusaha melindungi dan menjaga saudara kembarnya itu. Karena bagaimanapun ia adalah sang kakak dari anak tersebut.      

     Waktu berjalan, kecemburuan mulai melekat pada sang kakak, ia merasa sang kakek selalu memberikan perhatiannya lebih pada sang adik, membuatnya merasakan perasaan cemburu akan hal itu. Namun Sang kakek selalu menjelaskan jika hal itu ia lakukan karena sang adik tak sekuat sang kakak. Sang adik tampaknya lebih lemah dan tak memiliki potensi lebih layaknya sang kakak.      

     Walau sang kakek sudah coba memberikan pengertiannya pada sang kakak, namun bagaimanapun ia tetaplah seorang anak kecil. Ia membutuhkan dan menginginkan hal yang lebih dari sang kakek. Jauh di lubuk hatinya, ia juga ingin merasa diperlakukan spesial sebagaimana perlakuan sang kakek pada saudara kembarnya itu.      

     Waktu terus berjalan, sang kakak semakin hari semakin merasakan kecemburuan itu, membuatnya merasa dilema, di satu sisi sang kakek ingin jika dirinya nantinya bisa melindungi sang adik sebagai layaknya seorang kakak, namun di sisi lain tentu saja ia merasa kurangnya perhatian yang ia terima sebab sang kakek terlalu memfokuskan dirinya pada sang adik. Bagaimanapun sang kakek adalah satu-satunya orang yang bisa membuatnya merasakan kasih sayang di dalam yayasan itu, membuatnya mulai merasa egois dan haus akan perhatian dari sang kakek, dan yang lebih buruknya lagi hal itu malah menimbulkan rasa bencinya pada sang adik.      

          


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.