Another Part Of Me?

Part 5.43



Part 5.43

0Siska memukul kesal kakinya sendiri, ia tahu ia harus segera bergerak dan meraih handgun yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya.      

    Davine yang telah diambil alih oleh sang alter masih berjibaku menghadapi lelaki yang sedang berhadapan dengannya itu, tak seperti sebelumnya, kini Davine bahkan tampak lebih unggul, namun postur memang menjadi kendala, walau sang alter telah beberapa kali mendaratkan bogem mentahnya pada lelaki itu, namun tampaknya hal itu masih belumlah cukup. Davine, lelaki itu jelas membutuhkan senjatanya itu agar segera kembali ke genggamannya.      

      Kini getaran yang Siska rasakan di tubuhnya telah mulai berkurang. Ia beberapa kali menarik napas dan menghembuskannya, wanita itu terus melakukannya secara berulang, berharap hal itu akan sedikit membantunya dalam mengatasi rasa takut yang ia rasakan. Bagaimanapun itu adalah kali pertama baginya berada dan terjebak di situasi seperti itu.      

     Siska memaki kesal, ia segera mencoba bangkit dan meraih handgun itu. Ia tahu jika ia adalah satu-satunya yang masih bisa bergerak bebas saat itu. Mendapatkan keberaniannya, Siska segera berlari dan meraih handgun milik mantan kekasihnya itu, walau air matanya terus mengalir, namun ia coba untuk tetap menguatkan hatinya. Ia tak bisa hanya diam dan menunggu situasi buruk itu berlalu tanpa mencoba membantu sedikitpun.      

     "Davine, ambil ini!" teriak Siska, suaranya sedikit bergetar.      

     Siska segera melemparkan handgun itu ke arah Davine yang saat itu masih bergelut dengan lelaki yang ada di hadapannya.      

     Handgun itu kini tergeletak tepat di bawah kaki sang alter, ia hanya perlu mendapatkan sedikit kesempatan untuk dapat meraihnya. Sialnya saat itu sang lelaki terus saja menyerangnya tanpa henti.      

     Siska segera mencari benda apapun yang sekiranya dapat ia gunakan untuk membantu Davine agar mendapatkan sedikit kesempatannya.      

    Siska memang sengaja tidak memilih untuk menggunakan handgun yang sebelumnya telah berada di tangannya itu, selain ia memang tidak mengerti cara menggunakannya, ia juga khawatir jika nantinya hal itu hanya akan menjadi peluru nyasar jika ia memaksa untuk menembakkannya.      

     Mendapatkan sebuah vas bunga yang terdapat di atas meja, Siska segera melemparkannya ke arah lelaki itu. Reflek lelaki itu memang cepat, namun bukan itu masalahnya, sadari awal Siska hanya ingin membuyarkan konsentrasi lelaki itu saja.      

     Mendapatkan kesempatan, Davine segera melayangkan tendangannya, walau sekali lagi sang lelaki itu dapat menghindarinya, namun serangan itu membuat dirinya mau tak mau harus melangkah mundur untuk menghindarinya.      

     Sang alter yang melihat kesempatan emas itu segera meraih handgun yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berpijak.      

     Doooor …!      

     Doooor …!      

     Dua tembakan segera bersarang  tepat di bagian dada lelaki itu. Membuatnya tak lagi dapat berdiri dan jatuh bersama pisau yang sedari tadi berada di genggamannya.      

     Tak sampai di situ saja, Davine segera bergerak dengan sangat lincahnya, ia mencari posisi terbaik untuk dapat melancarkan serangannya pada satu lelaki yang tersisa.      

     Dooor …!      

     Peluru itu segera bersarang tepat di bagian pelipis lelaki yang sedari tadi sedang menodong Hanna dan Bella.      

     Bruuuaakkk …!     

     Lelaki itu tumbang seketika, dan disusul Davine yang juga terjatuh begitu saja.      

    Hanna hanya bisa tercengang, bagaimana bisa lelaki itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan akurat seperti itu. Jelas ia tahu jika itu bukanlah kepribadian Davine yang sebenarnya. Bagaimanapun Hanna juga pernah menghadapi sang alter dalam insiden baku tembak yang dulu pernah terjadi di antara dirinya, sersan Hendrik, dan sang alter milik lelaki itu.      

     "Astaga, apa yang terjadi?" teriak Siska, wanita itu sangat panik melihat Davine yang tiba-tiba saja terjatuh. Ia khawatir jika lelaki itu mengalami luka yang sangat fatal sebab pertarungan yang ia lakukan.      

     "Tak mengapa, tampaknya ia memaksa untuk mengambil alih tubuhnya kembali. Aku rasa ini adalah bentuk dari proses switch miliknya!" jawab Hanna.      

     Kini Hanna, Bella, dan Siska segera menjatuhkan diri mereka ke tanah. Untung saja situasi buruk itu dapat mereka lalui dengan baik. Walau jelas itu tak lepas dari bantuan sang alter milik Davine yang sangat memiliki andil besar saat itu.      

     Kini kedua lelaki yang tiba-tiba saja menyerangnya itu telah tewas. Baik Hana, Siska, Bella, maupun Davine tentu saja tak tahu menahu siapa sebenarnya kedua lelaki itu. Bagaimana bisa mereka mengetahui perihal benda yang baru saja mereka dapatkan di dalam ruangan itu. Namun dengan begitu, jelas sekali tersirat jika itu adalah benda yang sangat penting, pikir Hanna.      

     Atensi Hanna tiba-tiba saja terganggu, ia mendapati samar sebuah suara langkah kaki yang bersumber sedikit jauh dari tempat mereka saat itu.      

     Hanna segera bangkit dari tempatnya, jelas jika masih ada seorang lagi yang tersisa. Lelaki itu segera berlari ke arah sumber suara, sedang Siska dan Bella tampak sangat terkejut saat itu. Bella dengan sigap segera mengajak Siska untuk kembali masuk ke dalam ruangan milik kakek Robert, akan sangat berbahaya bagi mereka jika terus berada di ruang terbuka seperti itu, bisa saja masih ada orang lainnya yang sedang mengamati dan bersiap menyerang mereka.      

     "Siska, cepat kembali ke dalam ruangan itu!" perintah Bella.      

     "Bagaimana dengan Hanna dan Davine?" keluh wanita itu.      

     "Percayalah Hanna akan baik-baik saja, ia sudah sangat terbiasa dengan situasi seperti ini!" tukas Bella.      

     "Bagaimana dengan Davine, kita juga harus membawanya masuk ke dalam ruangan ini!" jawab Siska.      

     "Tak ada waktu, lagipula lelaki itu sedang pingsan, kita tidak akan sanggup untuk menggotongnya ke ruangan ini, itu butuh banyak waktu!" tegas Bella.      

     "Mereka pasti akan mengira jika Davine telah tewas atau semacamnya. Percayalah padaku!" tambah wanita itu.      

     "Dia akan baik-baik saja di sana!" tambahnya lagi guna meyakinkan Siska.      

     Siska menganggukkan kepalanya, ia mengerti akan apa Bella katakan saat itu, mereka tidak boleh menjadi beban dan lebih merepotkan kedua lelaki itu lagi, pikirnya.      

     Siska hanya bisa berdoa agar semua akan baik-baik saja, ia juga sesekali mengintip untuk memastikan bagaimana keadaan sang mantan kekasih yang masih pingsan dan tak sadarkan diri di luar ruangan itu.      

     Terdengar beberapa suara tembakan dari luar ruangan itu, tampaknya Hanna tengah terlibat aksi saling tembak saat itu. Bella tak dapat menyembunyikan kecemasannya, bagaimanapun hal itu tentu akan sangat berbahaya, bahkan bagi Hanna yang notabenenya telah terbiasa akan hal dan situasi semacam itu.      

    Tak berselang lama, kini keadaan mulai hening, jantung Bella dan Siska seketika seolah hampir berhenti. Tak ada lagi suara tembakan yang terdengar juga menegaskan jika aksi baku tembak itu telah berakhir, dan yang menjadi pikiran mereka saat itu ialah siapa yang berhasil selamat dalam aksi baku tembak tersebut. Apakah orang-orang misterius itu, atau mungkin Hanna yang berhasil melumpuhkan mereka.      

     Bella dan Siska segera memeriksa keadaan di luar ruangan itu, ia menerawang ke setiap sudut yang dapat mereka jangkau, memastikan tak ada orang lain selain mereka, Bella dan Siska segera keluar dan menghampiri Davine. Mereka tak punya waktu banyak, lelaki itu harus mereka sadarkan dari pingsannya saat itu juga.      

     Davine meremas kasar rambutnya, ia benar-benar harus kehilangan kesadarannya setelah proses switch itu terjadi.      

     "Davine, kita harus segera bergerak dan mencari keberadaan Hanna!" tukas Siska.      

     Davine yang masih sedikit linglung itu hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. Ia benar-benar tak tahu apa yang telah terjadi setelah proses switch itu terjadi.      

     Bella dan Siska segera membopong Davine, mereka tak bisa terus berdiam saja di sana selagi menunggu Hanna dengan perasaan cemas.      

     Beberapa saat telah berlalu setelah suara tembakan terakhir yang terdengar oleh mereka, namun Hanna masih juga belum kembali untuk menghampiri mereka. Tentu saja hal ini membuat jantung ketiga orang itu semakin berdegup dengan sangat kencang. Baik Bella, Siska, dan Davine yang telah mengetahui apa yang sedang terjadi, mereka tak dapat menyembunyikan kecemasannya terhadap Hanna.      

     Tak berselang dari itu, terlihat Hanna berlari menuju ke arah mereka, syukurnya lelaki itu tampak baik-baik saja.      

    "Apa yang terjadi?" tanya Bella.      

    "Orang itu berhasil melarikan diri!" tegas Hanna.      

    "Aku mendapati ada seseorang yang sedang mengawasi kita dari kejauhan. Kami terlibat baku tembak, namun sialnya lelaki itu berhasil melarikan diri!" jelas Hanna.      

    "Lupakan saja hal itu, setidaknya kau masih baik-baik saja!" tukas Bella. Ia sangat bersyukur melihat kekasihnya itu dapat kembali dengan keadaan baik-baik saja.      

    "Darimana datangnya orang-orang itu?" tanya Siska, tentu saja sangat aneh rasanya bagi wanita itu, bagaimana bisa kedua lelaki itu datang tiba-tiba dan seolah mengetahui apa yang telah berhasil mereka dapatkan dari tempat itu.      

    Davine yang sedari tadi tengah dibopong oleh kedua wanita itu, kini telah mendapatkan kesadarannya secara penuh. Ia segera melepaskan gandengan kedua wanita itu dan berusaha berdiri sendiri.      

     "Tampaknya mereka memasang kamera tersembunyi di beberapa sudut yang tak terlihat di sekitar bangunan ini!" tukas Davine, lelaki itu sesekali masih memegangi kepalanya.      

     "Ya itu benar, rasanya jika mereka terpancing hanya karena sedikit kegaduhan yang kita timbulkan, aku pikir itu sedikit tidak masuk di akal. Bagaimanapun kalian telah melihat bagaimana sepinya daerah ini!" tanggap Hanna.      

     "Yang pasti saat ini kita tidak punya banyak waktu. Kita tidak boleh terlalu lama berada di tempat ini, jika tidak bisa saja mereka akan kembali dengan membawa rekan yang lebih banyak lagi!" tukas Hanna.      

     "Aku berharap apa yang kita temukan sudah cukup untuk dapat mengungkapkan kasus yang sedang terjadi saat ini!" tambah lelaki itu.      

     "Ya rasanya sangat jelas jika apa yang terjadi di yayasan ini maupun masa lalu Davine adalah kunci guna mengungkapkan apa yang sedang kita hadapi!" tanggap Siska.      

     "Setidaknya hampir bisa dipastikan jika tragedi yang terjadi di kota ini beberapa tahun yang lalu itu memiliki keterkaitan dengan organisasi yang didirikan oleh keluarga kasta pertama itu, dan aku sangat yakin jika ini adalah yayasan yang sama seperti yang dimaksud oleh ayah dari Siska!" tegas Hanna.      

     "Dan semoga saja akan ada informasi penting yang terdapat pada micro SD yang baru saja kita temukan itu!" tambahnya lagi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.