Another Part Of Me?

Part 5.44



Part 5.44

0 Tak membuang waktu, Hanna, Davine, Siska, maupun Bella segera bergegas untuk meninggalkan yayasan panti asuhan yang telah terbengkalai itu. Mereka tak ingin mengambil resiko lebih dari itu, bagaimanapun juga apa yang telah terjadi di tempat itu sangatlah di luar dugaan mereka.      

     "Tunggu dulu, biarkan aku memeriksa sesuatu, ada yang harus aku pastikan dari kedua mayat lelaki itu!" pinta Davine.      

     "Kita tidak punya banyak waktu!" tanggap Hanna.      

     "Apa itu hal yang sangat penting?" tambah lelaki itu.      

     "Ya, aku rasa ini salah satu hal yang sangat penting!"      

     Davine pun kembali berjalan menuju ke arah dua lelaki yang telah tewas di tangannya itu. Ia segera melucuti setiap pakaian yang kedua lelaki itu kenakan. Benar saja ia kembali mendapatkan tato bertuliskan angka romawi dua dan tiga di sana. Sama halnya seperti yang ia dapati sebelumnya, tato itu terletak di daerah yang sangat tersembunyi pada bagian tubuh kedua mayat lelaki itu.      

     "Apa itu?" tanya Hanna bingung.      

     "Mereka pasti tergabung dalam kelompok yang sama. Beberapa waktu lalu aku juga pernah di serang oleh dua lelaki yang memiliki tato yang sama persis dengan mereka!" jelas Davine.      

     "Lantas siapa mereka?" tanya Hanna.      

     "Entahlah, aku rasa mereka juga termasuk ke dalam struktur organisasi yang sedang kita cari saat ini. Mungkin mereka memiliki beberapa divisi yang berbeda!" tukas Davine.      

     "Dan aku rasa ada sebuah persaingan yang terjadi di antara mereka!"     

     "Apa maksudmu. Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya Hanna. Lelaki itu tampak memicingkan matanya.      

     "Aku akan menjelaskannya nanti, sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini!" tukas Davine.      

    Hanna, Siska, dan Bella segera menyetujui hal itu, walau kini di otak mereka telah bersarang pertanyaan besar akan hal itu.      

     Mereka segera merangsak keluar dari gerbang yayasan itu. Untungnya mobil yang telah mereka rental tampak masih baik-baik saja tanpa adanya tanda-tanda sabotase, jika saja orang-orang itu berusaha merusaknya, mungkin saja mereka tak akan bisa dengan mudah untuk meninggalkan tempat itu.      

     Hanna segera menancap pedal gas mobil itu. Ia tak ingin terlalu lama lagi di sana, membuang waktu adalah hal yang tak boleh mereka lakukan pada situasi saat itu.      

     Siska dan Bella tampak memegangi kepalanya, mereka masih tak percaya dengan apa yang baru saja mereka alami bersama kedua lelaki itu. Jelas itu adalah pengalaman pertama baik bagi Siska maupun Bella sekalipun. Untungnya mereka masih bisa mengatasi hal itu dengan cukup baik dan pergi dari tempat itu dengan keadaan selamat.     

     "Tunggu dulu, bagaimana dengan kedua mayat lelaki itu?" tanya Bella yang baru menyadari hal itu.      

     "Maksudku, apakah kita akan membiarkannya di sana begitu saja?" tambah wanita itu.      

     "Tenanglah, mereka akan segera melenyapkan kedua mayat lelaki itu!" jawab Davine.      

     "Maksudmu?" tanya Bella sedikit bingung.      

     "Aku pastikan jika kabar tentang kematian kedua lelaki itu tak akan terdengar sampai kepada pihak Kepolisian!" jawab Davine lagi.      

     "Bagaimana kau bisa mengatakan itu dengan sangat yakin. Itu seolah kau telah mengalami hal seperti itu sebelumnya?" tanggal Bella.      

     "Ya, memang begitulah kenyataannya!" jawabnya lagi menanggapi pertanyaan dari wanita itu.      

     "Baiklah, kita tanggalkan hal itu sejenak. Yang terpenting saat ini adalah pergi dan menjauh dari area ini!" potong Hanna.      

     "Mungkin saja mereka masih mengikuti pergerakan kita!" tambah lelaki itu.      

    "Pastikan kalian memperhatikan pengendara lain yang sekiranya cukup mencurigakan!" titah lelaki itu.      

     Untungnya semua tampak terlihat baik-baik saja, tak ada tanda-tanda adanya pengendara lain yang mengikuti mereka saat itu.      

    Hanna segera membawa mobil yang mereka sewa itu langsung ke tempat dimana rental mobil itu berada. Ia tak ingin membawa kendaraan itu lebih jauh, ia khawatir jika saja telah terpasang GPS tracker yang dengan sengaja telah disisipkan pada bagian tersembunyi pada mobil itu oleh para orang-orang yang berusaha menyerang mereka sesaat yang lalu.     

     "Dari sini kita semua akan menaiki kendaraan umum, akan sangat tidak aman bagi kita jika terus menggunakan kendaraan rental ini!" tukas Hanna.      

    Davine, Siska, dan Bella menyetujui usulan itu. Tampaknya apa yang dikatakan Hanna saat itu ada benarnya, bagaimanapun berusaha lebih berhati-hati adalah tindakan terbaik untuk mereka lakukan saat itu.      

     "Kita akan melihat isi dari micro SD itu di kediamanku!" usul Siska.      

     "Bagaimana, apa kalian setuju?" tanya wanita itu memastikan.      

     Baik Hanna, Davine, dan Siska segera menyetujui usulan yang baru saja wanita itu berikan. Di sisi lain mereka juga sudah tampak sangat penasaran dengan apa yang terdapat di dalam micro SD itu.      

     Setelah memberikan kunci mobil itu pada sang pemilik rental, keempat remaja itu segera pergi dan meninggalkan tempat itu, untungnya terdapat sebuah halte yang terletak tidak jauh dari sana.      

     "Davine, pastikan kau juga menjelaskan perihal tato yang kau temukan pada kedua mayat itu nanti!" titah Hanna.      

     "Oke, tentu saja aku akan menjelaskannya pada kalian!" jawab Davine.      

     Sepanjang perjalanannya menuju ke kediaman Siska, tampak sangat ramai aktivitas yang sedang berlangsung di kota itu. Tampaknya para penggiat partai politik itu sedang gencar-gencarnya melakukan kampanye guna menyampaikan orasi mereka.      

     Hanna yang berada di dalam bus bersama ketiga orang itu tampak menerawang ke arah luar jendela bus tersebut, tatapannya tampak menyiratkan ada sebuah kekhawatiran di sana.      

     Sampai di kediaman Siska, mereka segera kembali berkumpul di kamar milik Hanna. Tentu saja mereka sudah tak sabar untuk segera memeriksa apa gerangan yang terdapat di dalam micro SD yang Monna berikan khusus untuk Davine yang merupakan anak angkatnya itu. Sebenarnya apa yang ingin wanita itu jelaskan tentang siapa diri Davine yang sebenarnya.      

    Tanpa basa-basi lagi, Siska segera meminta Hanna untuk mengakses micro SD itu dengan laptop miliknya, seperti biasa ia adalah orang yang paling tidak sabaran dari yang lainnya.      

    "Bagaimana jika kita mengawali ini dengan penjelasan dari Davine tentang siapa kedua lelaki dengan tato yang tersembunyi di tubuh mereka itu!" tukas Hanna.      

    Siska dan Bella tampak saling pandang, tentu saja itu juga adalah hal yang sangat ingin untuk mereka ketahui.      

     "Baiklah, aku rasa itu juga hal yang sangat perlu untuk kita ketahui!" sambut Siska.      

     "Baiklah jika itu yang kalian inginkan!" tanggal Davine, ia segera menyanggupi hal itu.      

     Davine pun mulai menceritakan hal, ia memulai cerita itu dari mimpi yang dulu pernah ia dapati. Davine menceritakan dengan singkat jika dalam mimpinya itu ia sedang di kejar dan terlibat aksi baku tembak dengan beberapa lelaki yang tidak ia kenali. Singkat cerita di dalam mimpinya itu Davine berhasil melumpuhkan semua lelaki yang mengejarnya saat itu, dan entah mengapa di dalam mimpi itu Davine seolah tiba-tiba saja bergerak dan melucuti setiap pakaian yang digunakan oleh para lelaki itu, awalnya ia tidak mengerti mengapa di dalam mimpi itu ia melakukan hal seperti itu, namun setelah ia mendapati beberapa tato yang bertuliskan angka romawi itu ia segera memaki kesal di dalam mimpinya. Hal itu ia lakukan tanpa sadar.     

     "Mimpi itu berakhir sampai di situ saja!" jelas Davine.      

     "Tato itu bertuliskan hal yang sama seperti yang baru saja kita temukan pada kedua mayat lelaki yang baru saja menyerang kita barusan!" tambah lelaki itu.      

    "Itu adalah angka dua dan tiga dalam bilangan romawi!" tambah lelaki itu lagi.      

     "Astaga, jadi itu sebabnya kau ingin memeriksa hal itu terlebih dahulu sebelum kita meninggalkan tempat itu!" tanggap Siska.      

     "Ya, tentu saja hal ini terus menjadi pikiran di benakku. Awalnya aku pikir mimpi itu berasal dari ingatan masa laluku, maksudku bisa saja hal itu aku alami saat sangat alter mengambil alih kesadaranku!" jelas Davine.      

      "Sebelum akhirnya aku mengalami kejadian itu!" tambah lelaki itu.      

      Hanna, Siska, dan Bella tampak serentak mengerutkan keningnya secara bersamaan.      

     Menjawab gestur itu Davine pun segera menceritakan perihal penyerangan yang ia dapati beberapa waktu yang lalu, tepatnya kejadian itu terjadi ketika aku dan Hanna berusaha menyelamatkan Siska dari lelaki yang sedang menguntitnya pada suatu malam.      

      "Apa kau ingat kejadian di malam itu. Setelah kau berhasil datang dan menjemput Siska. Saat itu aku yang hanya bisa mengawasi kalian dari kejauhan, merasa wanita itu telah aman bersamamu. Memnuatku memutuskan untuk pergi mencari jejak dari sang penguntit itu!" jelas Davine.      

      "Aku kehilangan jejaknya, dan di saat itu entah dari mana datang kedua lelaki asing yang tak aku kenal. Mereka tiba-tiba saja berdiri tepat di belakangku!" tambah lelaki itu lagi.      

     Hanna pun segera teringat akan suara tembakan yang ia dengar malam itu.      

     "Astaga, jadi kau terlibat baku tembak dengan mereka?" tanya Hanna.      

     "Ya, hal itu mau tak mau harus terjadi, namun …." Davine menghentikan kata-katanya.      

     "Namun apa?" tanya Siska, wanita itu bahkan sedikit menggeser posisinya, membuatnya berada lebih dekat lagi dengan mantan kekasihnya itu.      

     "Aku rasa mereka salah mengenaliku sebagai seseorang!" jawab Davine.      

     Hanna, Siska, dan Bella seketika tersentak hebat. Apa itu hanyalah sebuah kesalahpahaman yang sangat fatal saja, pikir mereka.      

     "Mereka mengatakan jika kami tidak lagi membutuhkanmu!" tambah Davine.      

     "Kata-kata mereka jelas menyiratkan jika mereka tergabung dalam suatu kelompok namun dalam tim yang berbeda!" tukas Davine, ia telah memikirkan hal itu baik-baik, dan rasanya memang itulah yang ia tangkap dari kata-kata kedua lelaki itu.      

     "Jadi mereka pikir kau adalah rekan mereka yang tergabung dalam kelompok yang sama, namun dalam tim yang berbeda?" tanya Bella memastikan.      

     "Ya, aku rasa seperti itu, dan mereka ingin menyingkirkan orang itu. Bukankah jelas itu tampak seperti sebuah persaingan yang terjadi pada internal kelompok itu!" jawab Hanna.      

     "Lantas bagaimana kejadiannya, apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Siska.      

      "Aku berhasil membunuh kedua orang itu!" jawab Davine.      

     "Tidak, lebih tepatnya sang alter milikku berhasil melumpuhkan kedua lelaki itu!" ralat lelaki itu.      

     "Saat itu, aku yang masih berada di dalam kendali sang alter milikku segera menanggalkan setiap pakaian yang mereka kenakan, dan sama hanya seperti apa yang ada di dalam mimpiku, kedua lelaki itu memiliki tato yang sama dengan yang baru saja kita temukan tadi!" jelas Davine.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.