Another Part Of Me?

Part 5.54



Part 5.54

0"Aku rasa ini ulah Malvine, bukankah lelaki itu memiliki koneksi yang sangat baik dengan para pejabat, baik itu di pemerintahan maupun kepolisian kota ini!" tukas Davine.      

     "Terlebih Monna juga telah menjelaskan jika hal-hal seperti itu memanglah menjadi tugas yang lelaki itu emban di dalam organisasi!" tambah lelaki itu.      

      "Ya, aku rasa seseorang yang berhasil melarikan diri dariku dari yayasan itu telah melaporkan atas kegagalan mereka untuk mendapatkan benda yang mereka inginkan dari kita, meskipun aku tak yakin mereka akan tahu-menahu perihal apa yang terdapat di dalam micro SD itu, namun mereka segera mencari jalan aman dengan memerintahkan para anjing mereka yang berada di pihak Kepolisian untuk segera memutuskan kerjasama yang telah aku jalin. Tentu saja hal ini bertujuan untuk mencegah bocornya informasi yang terdapat di dalam micro SD itu pada pihak Kepolisian," tanggap Hanna.      

      "Dengan mengakhiri kerjasama kami, tentu saja membuat diriku kehilangan wewenang sebagai seorang penyidik. Mereka sangat cerdas. Alhasil saat ini aku tidak bisa memberikan hipotesis dan dugaanku tanpa adanya bukti yang valid!" tambah lelaki itu.      

      "Kita tak bisa menggunakan kedua hal ini sebagai bukti pendukung, bagaimanapun baik itu Monna dalam videonya, ataupun Lissa dalam jurnal buatannya, mereka sama-sama mengungkit perihal genosida yang selama ini tengah pemerintah kota berusaha sembunyikan!" tukas Hanna sekali lagi.      

     "Aku mengerti, sebagai warga sipil kita tidak boleh mengungkit hal itu, seperti apa yang telah ayah Lissa utarakan. Itu adalah hal yang sangat dilarang!" sambut Davine.      

     "Ya itu benar, dan tak hanya itu, saat ini kita tidak tahu siapa gerangan oknum kepolisian yang menjadi anjing mereka. Jika kita sampai salah memberikan kedua bukti pendukung itu pada orang yang tidak tepat, bisa saja bukti itu malah akan segera dilenyapkan oleh mereka!" jelas Hanna.      

     "Ciiiih … hal ini benar-benar membuatku sangat kesal!" maki lelaki itu.      

     "Lalu, apa yang harus kita lakukan saat ini. Kita tak bisa membiarkan hal ini terus berlanjut sesuai apa yang mereka inginkan!" sambung Siska.      

     "Tentu saja jalan satu-satunya kita harus mendapatkan bukti valid akan aktivitas mereka. Sebuah rekaman video rasanya sudah lebih dari cukup!" jawab Hanna.      

     "Aku dan Davine akan mencoba mendapatkannya!" tukas lelaki itu.      

     "Sebaiknya kalian tidak ikut terlibat dalam hal ini. Ini akan menjadi sangat berbahaya!" titah Hanna, mata lelaki itu memandangi Siska dan Bella secara bergantian, ia tak ingin terjadi hal buruk pada kedua wanita yang sangat penting di dalam hidupnya itu.      

     Sedangkan Davine, lelaki itu tampak setuju dengan apa yang baru saja Hanna katakan. Ia juga tak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada sang mantan kekasihnya itu. Ia tak ingin kehilangan orang yang ia cintai untuk kedua kalinya.      

     "Yang harus kita lakukan hanyalah mendapatkan bukti itu saja kan!" tanggap Davine.      

     "Aku rasa kita bisa melakukannya!" tambah lelaki itu.      

     Hanna segera menatap mata Davine. Jelas terlihat jika lelaki itu telah siap akan semua resiko yang bisa saja terjadi kepadanya. Menyusup ke markas organisasi itu tentu saja adalah hal yang sangat berbahaya.      

     "Baiklah, aku akan mengantar Bella untuk pulang ke rumahnya terlebih dahulu, kau tunggulah aku di sini bersama Siska!" titah Hanna.      

     "Kita perlu membicarakan hal ini lebih lanjut lagi setelah aku kembali!" tambah lelaki itu.      

     Bella tak dapat menolak apa yang Hanna inginkan saat itu, ia hanya bisa menuruti dan mempercayakan hal itu pada Hanna dan Davine. Wanita itu tahu jika apa yang akan  kedua lelaki itu lakukan adalah hal yang sangat berbahaya, namun di satu sisi Bella juga merasa jika hal itu memang harus untuk mereka lakukan saat itu. Bagaimanapun informasi yang telah Monna berikan saat itu telah menegaskan jika mereka tak lagi punya banyak waktu sebelum semuanya berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Edward dan organisasinya itu.      

     Hanna dan Bella meninggalkan Davine dan Siska di rumah itu, Hanna mengatakan agar Davine menunggunya selagi ia mengantar kekasihnya itu untuk pulang, setidaknya mereka harus melakukan beberapa persiapan sebelum melakukan aksi yang penuh dengan resiko itu.      

     Siska menatap lekat Davine, saat itu hanya tersisa mereka berdua di kamar milik Hanna. Mereka tak saling bicara untuk beberapa waktu, hingga akhirnya Siska tiba-tiba saja beranjak dan mendekatkan dirinya pada lelaki itu. Davine cukup terkejut dengan perlakuan Siska, wanita itu segera mengecup lembut bibir Davine, lelaki itu awalnya tampak terkejut, sebelum akhirnya ia membalas kecupan itu dengan penuh hasrat.      

     "Apa itu bisa membuat kau berjanji kepadaku untuk kembali dengan selamat?" tanya Siska setelah melepaskan kecupannya.      

     "Aku tahu kali ini akan lebih berbahaya dari sebelumnya, maka …." Siska mengacak kasar rambutnya. Ia sangat merasa dilema, ia takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Davine maupun Hanna.      

     "Tenanglah, aku akan baik-baik saja. Percayalah!" ujar Davine mencoba menenangkan wanita itu, walau dirinya sendiri merasakan kegelisahan di dalam hatinya.      

      "Seperti yang telah kau ketahui, kita tak bisa membiarkan rencana yang mereka inginkan itu tercapai. Kami harus mencegahnya sekarang atau tidak mungkin saja semua akan terlambat!" tukas Davine.      

     "Lagipula Monna memohon hal itu kepadaku. Selama ini wanita itu bahkan tak pernah menuntut sesuatu dariku, ini kali pertama bagiku mendapatkan sebuah permohonan darinya, dan aku akan berusaha untuk memenuhi permohonan itu!" tambah Davine, ia telah membulatkan tekadnya. Bahkan tanpa diminta sekalipun, rasanya lelaki itu akan tetap melakukan hal yang sama.      

*******      

     Di perjalanan mengantar Bella untuk kembali ke rumah wanita itu, Hanna dan kekasihnya itu sedikit terlibat cekcok. Menurut Bella bukankah sebaiknya lelaki itu tak lagi ikut campur akan kasus yang sedang terjadi di kota itu, bagaimanapun lelaki itu telah dipecat dari pekerjaannya sebagai penyidik yang menangani kasus tersebut. Walau di satu sisi wanita itu juga tahu bagaimana perangai kekasihnya itu, lelaki itu tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi sedang ia telah mengetahui apa yang berada di belakang hal tersebut. Bella juga mengerti akan hal itu, namun ia hanya tak ingin kekasihnya itu pergi meninggalkannya seperti halnya Annie. Ia sangat takut akan perasaan kehilangan yang nantinya akan ia rasakan jika saja hal terburuk yang ada di otaknya itu terjadi pada Hanna.      

     "Bella dengarkan aku. Apa kau tahu mengapa aku memilih profesi ini sebagai pekerjaanku?" tanya Hanna.      

     Bella hanya menundukkan kepalanya saja, ia tahu itu dengan pasti, namun resiko yang kali harus dihadapi kekasihnya itu rasanya terlalu besar.      

     "Apa aku harus diam ketika sesuatu yang buruk akan terjadi pada kota ini?" tanya Hanna sekali lagi.      

     "Ya, aku mengerti, aku hanya …." Bella meneteskan air matanya begitu saja.      

     "Aku tak ingin kehilangan seseorang yang sangat penting di dalam hidupku untuk kedua kalinya!" wanita itu kini membenamkan wajahnya pada dada kekasihnya itu.      

     Hanna menarik napasnya panjang, ia segera merangkul kekasihnya itu. Ia bahkan tahu jika apa yang akan ia lakukan adalah hal yang sangat berbahaya, namun jika ia mengabaikan hal itu, sama saja ia juga mengabaikan keselamatan seluruh warga di kota itu. Bukankah Monna telah mengatakan tujuan mereka dengan sangat jelas.      

     "Aku akan kembali hidup-hidup. Itu adalah sebuah janji!" ujar lelaki itu. Ia mengusap lembut rambut Bella.      

     "Apa kau bisa memastikannya?" rengek Bella.     

     "Ya, bahkan jika aku harus merayap karena kehilangan kedua kakiku, aku akan tetap kembali kepadamu!" jawab Hanna.      

     "Bukankah itu seperti zombie?" tanggap Bella.      

     Hanna tertawa mendengar tanggapan dari kekasihnya itu. Sedang Bella tampak kesal dan memukul-mukul lembut dada lelaki itu.      

     "Percayalah, semua akan baik-baik saja!" bisik Hanna lembut pada wanita itu.      

     Bella tak menanggapinya, ia hanya terus membenamkan wajahnya pada dada sang kekasih. Ia dilema, di satu sisi ia takut kehilangan lelaki itu, namun di sisi lain ia juga tidak ingin apa yang menjadi tujuan dari organisasi itu nantinya akan tercapai.      

     Sampai di halte terdekat, Bella dan Hanna segera turun dari bus yang mereka tumpangi. Untuk mencapai rumah Bella mereka masih harus berjalan beberapa menit dari halte tersebut.      

     Bella memandangi sang kekasih dengan sangat lekat, seolah-olah itu adalah saat terakhir baginya, entah mengapa hatinya begitu berat melepaskan Hanna saat itu.      

     "Baiklah, aku harus segera kembali ke rumah, aku perlu melakukan beberapa persiapan guna menjalankan rencana ini bersama Davine!" ujar Hanna.      

     Bella menganggukkan kepalanya, ia masih saja berat hati untuk melepaskan Hanna saat itu.      

     Hanna yang telah beberapa langkah meninggalkan Bella segera memutar langkahnya dan kembali menghampiri kekasihnya itu. Tanpa mengucapkan apapun Hanna segera mengecup bibir lembut Bella. Mereka bercumbu tepat di depan pagar rumah wanita itu untuk beberapa saat hingga akhirnya Hanna melepaskan kecupannya pada kekasihnya itu.      

     "Aku mencintaimu!" ujar Hanna, sembari tersenyum dan bergegas pergi dari tempat itu, meninggalkan Bella dengan wajahnya yang merah padam.      

     Hanna dikagetkan dengan panggil dari Sersan Hendrik, lelaki itu tiba-tiba saja mengajak Hanna untuk segera bertemu di suatu tempat. Sersan Hendrik tampaknya ingin mengetahui lebih jelas perihal apa yang telah berhasil lelaki itu ungkapkan.      

     "Aku akan menunggumu di cafe tempat pertama kali kita bertemu!" ujar Hendrik.      

     "Ceritakan semua itu kepadaku, mungkin saja aku bisa membantumu!" tambah lelaki itu lagi.      

     Hanna pun segera menyanggupi permintaan dari mantan rekannya itu, mungkin saja dengan begitu Sersan Hendrik dapat memberikan bantuannya. Lagipula bagi Hanna Sersan Hendrik adalah lelaki yang cukup dapat ia percaya untuk saat ini, terlihat dari bagaimana cara lelaki itu berbicara kepadanya pada panggilan yang sebelumnya, tampaknya Sersan Hendrik juga merasakan adanya sesuatu yang tidak beres di dalam struktur kepolisian saat ini.      

******      

     Hanna berjalan memasuki cafe yang telah mereka janjikan, terlihat Sersan Hendrik telah menunggunya di sana, tepat di tempat pertama kali mereka bertemu.      

     "Hanna, kemarilah!" ujar Hendrik sembari melambaikan tangannya kepada lelaki itu.      

     Hanna pun tak membuang waktu lagi, ia segera menghampiri mantan rekannya dengan langkah yang sedikit terburu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.