Another Part Of Me?

Part 5.57



Part 5.57

0Hanna mendapat telepon dari Sersan Hendrik, tampaknya apa yang diinginkan Hanna saat itu telah lelaki itu siapkan.      

     "Kita akan bertemu tepat beberapa meter dari kediamanmu seperti yang telah kau janjikan. Aku telah membawa semua yang kau perlukan!" ujar Hendrik dalam panggilannya itu.      

     "Baiklah, aku mengerti. Aku akan segera menemuimu jika kau telah berada di tempat!" jawab Hanna, sebelum ia akhirnya segera mematikan panggilannya itu.      

     Hanna segera mengemasi laptop miliknya, ia butuh benda itu dalam operasi yang akan dilakukannya bersama Davine.      

     "Apa kita perlu membawa benda itu?" tanya Davine.      

     "Ya, benda ini sangat penting guna kelancaran operasi yang akan kita lakukan!" jawab Hanna tegas.      

     Davine tak mempertanyakan hal itu lebih lanjut, ia hanya mempercayakan semuanya pada lelaki itu, bagaimanapun Hanna jauh lebih berpengalaman dalam melakukan hal seperti itu daripada Davine sendiri.      

     Bergegas ke tempat yang telah dijanjikan. Hanna dan Davine segera diminta oleh Sersan Hendrik untuk memasuki mobilnya, Hanna tau Itu bukanlah mobil yang biasa digunakan lelaki itu.      

     "Masuklah!" titah Hendrik.      

     Hanna dan Davine segera mengikuti perintah yang lelaki itu berikan, mereka tak ingin membuang waktu lebih lama lagi.      

     Memasuki mobil, Hanna dan Davine segera disambut  oleh sebuah tas kecil yang berisikan beberapa benda yang Hanna inginkan.      

     "Di dalam tas itu ada dua buah handgun beserta amunisi, dua bilah belati beserta alat peredam dan rompi anti peluru seperti apa yang kau minta sebelumnya!" tukas Hendrik pada Hanna.      

     Saat itu Sersan Hendrik nampak sedikit bimbang dengan apa yang telah ia lakukan. Bagaimanapun saat itu ia telah memberikan beberapa senjata kepada kedua warga sipil itu, tentu saja itu bukanlah hal yang boleh dilakukan oleh seorang personil kepolisian sepertinya.      

     Davine tampak canggung saat itu, ia tahu jika Sersan Hendrik pernah menjadi korban dari sang alter miliknya. Walau itu adalah wujud usahanya dalam membela diri, namun tetap saja rasa bersalah kian bersarang di hati lelaki itu.      

     "Tak perlu khawatir, aku telah melupakan insiden itu!" tembak Hendrik pada Davine.      

    Kata-kata itu seketika membuat hati Davine menjadi sedikit lebih tenang.      

     Hanna segera memerintahkan Davine untuk mengenakan rompi anti peluru yang diberikan oleh Sersan Hendrik di balik bajunya. Tentu saja itu adalah benda yang sangat penting untuk mereka miliki, mengingat jika para anggota organisasi itu adalah orang-orang yang telah dilatih secara terorganisir sedari mereka kecil dulu.      

     Davine membuka tas yang telah disiapkan oleh Sersan Hendrik, seperti apa yang lelaki itu katakan, di dalamnya terdapat dua buah handgun serta beberapa kotak amunisi dan juga dua bilah belati lengkap dengan dua buah peredam senjata.      

     "Kita akan mengambil masing-masing satu dari handgun itu, kita butuh lebih dari satu senjata untuk berjaga-jaga!" ujar Hanna.      

     Hanna juga menyarankan agar Davine memeriksa terlebih dahulu handgun milik pribadinya, mereka harus menyiapkan hal itu sebelum nantinya operasi itu akan mereka lakukan. Tujuan dari operasi itu tidak lain guna mendapatkan bukti valid yang bisa mereka gunakan untuk melaporkan dan juga menggerakkan pihak Kepolisian di kota itu.      

    Kini setidaknya masing-masing dari mereka memiliki dua buah handgun lengkap dengan amunisi penuh dan sebuah belati untuk berjaga-jaga, di tambah rompi anti peluru yang mereka gunakan. Kini rasanya mereka telah siap dalam menghadapi situasi terburuk yang bisa saja akan terjadi.      

     Setelah persiapan itu selesai, Sersan Hendrik pun segera memberikan kunci mobil itu pada Hanna. Ia juga berpesan agar segera menghubunginya jika saja bukti itu telah mereka dapatkan, maka saat itu juga Sersan Hendrik akan segera mengerahkan personil yang ia miliki. Sersan Hendrik juga berpesan jika terjadi sesuatu yang buruk maka kedua lelaki itu juga harus segera menghubunginya. Ia akan mencoba membantu mereka dengan segala kemampuan yang bisa ia lakukan.      

     Hanna segera mengucapkan terimakasih pada mantan rekan rekannya itu. Bagaimanapun lelaki itu telah banyak sekali memberikan bantuannya pada Hanna maupun Davine. Hanna bahkan merasa sedikit tidak enak hati karena sampai saat ini pun ia masih belum bisa mempercayai lelaki itu sepenuhnya. Namun tampaknya Sersan Hendrik mengerti akan hal itu dan memakluminya.      

     Sersan Hendrik segera keluar dari mobil itu setelah memberikan kuncinya pada Hanna. Ia mencoba mempercayakan kasus itu pada sosok Hanna dan Davine. Ia bahkan sangat kesal pada dirinya sendiri karena tidak dapat melakukan banyak hal untuk saat itu. Bagaimana tidak, kini Sersan Hendrik memang tak lagi ditugaskan untuk menangani kasus pembunuhan berantai itu. Ia telah digantikan oleh personil lainnya, membuatnya tak mempunyai wewenang lebih dalam bertindak untuk kasus tersebut.      

     Hanna menarik napasnya sangat dalam, ia tahu tindakannya ini sangat penuh resiko, namun rasanya tidak ada jalan lain, saat ini pihak Kepolisian juga tak dapat dipercaya dengan 100%, adanya anjing-anjing organisasi itu membuat Hanna tak memiliki cara lain selain mendapatkan bukti valid itu sendiri. Dengan adanya bukti valid itu maka nantinya mereka bisa melaporkan kasus itu hingga membuat para anjing-anjing organisasi yang tergabung di dalam kepolisian itu tidak mempunyai pilihan lain selain menanggapi laporan beserta bukti valid yang ia berikan. Jelas sekali terlihat jika para petinggi dalam kepolisian itu adalah anjing dari organisasi tersebut, mengingat bagaimana Hanna yang segera dihentikan dari tugasnya hanya berselang beberapa waktu setelah kejadian di yayasan panti asuhan itu terjadi.      

     "Bagaimana, apa kau siap?" tanya Hanna, ia menatap Davine dengan raut wajah yang terlihat sangat serius.      

     "Ya, aku tidak bisa hanya diam dan membiarkan hal ini terjadi!" jawab Davine mantap.      

     Hanna segera menyalakan mesin mobil dan menancap pedal gasnya. Ia segera menuju lokasi yang telah Monna sampaikan di dalam videonya itu. Itu adalah distrik terbengkalai yang terdapat di sekitar barat daya kota itu.      

     Hanna pernah sekali mengunjungi tempat itu saat ia berhasil mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Andre beberapa waktu yang lalu.      

     Mobil itu segera melaju dan meninggalkan Sersan Hendrik yang kini terdiam sambil menatapi kepergian Hanna dan Davine. Lelaki itu mau tak mau harus menggunakan angkutan umum untuk kembali ke tempatnya.      

******      

     Hanna memarkirkan mobilnya beberapa meter jauhnya dari gerbang yang merupakan pintu untuk memasuki distrik terbengkalai itu. Ia telah menempatkan mobil sedemikian rupa agar tak terlihat terlalu mencolok.      

     "Di dalam distrik itu setidaknya terdapat beberapa pabrik terbengkalai, kita tak tahu pasti mana pabrik yang mereka gunakan sebagai tempat persembunyian mereka!" tukas Hanna.      

     "Yang perlu kita lakukan saat ini adalah memastikan mana pabrik yang menjadi tempat persembunyian mereka terlebih dahulu. Kita tidak bisa menyusuri dan memeriksa satu persatu pabrik-pabrik itu karena akan sangat berbahaya!" tambah lelaki itu.      

     "Aku yakin mereka juga telah menempatkan beberapa CCTV tersembunyi guna memantau pergerakan yang terjadi di area itu!" tambah lelaki itu lagi.      

     Davine sangat setuju dengan apa yang Hanna utarakan, mereka tidak bisa dengan bodohnya masuk tanpa memastikan mana pabrik yang saat tengah dijadikan tempat persembunyian para anggota organisasi itu.     

     "Bagaimana cara kita mengetahuinya. Aku pernah tertarik masuk ke dalam sudut pandang lelaki itu, namun saat itu kami tengah berada di dalam ruangan, aku rasa itu pabrik yang dimaksud, namun sayangnya aku tidak pernah melihat bagaimana bentukan pabrik itu dari luar!" tukas Davine.      

     "Itulah sebabnya aku membawa benda ini!" ujar Hanna sembari membuka laptop miliknya.      

     "Patokannya hanya satu, mereka pasti akan memasang CCTV tersembunyi pada bagian luar bangunan pabrik itu guna mengawasi situasi yang terjadi di luar bangunan tersebut. Maka kita hanya perlu meretas dan melihat dimana posisi kamera tersembunyi itu berada!" terang Hanna.      

     "Apa kau bisa melakukan hal seperti itu?" tanya Davine.      

     "Harusnya aku bisa, walaupun akan cukup sulit jika itu bersifat private!" jawab Hanna.      

     "Beri aku sedikit waktu untuk melakukannya!" titah Hanna.      

     Hanna memang pernah mempelajari dan melakukan hal seperti guna memecahkan kasus-kasus yang dulu pernah ia tangani. Walau tak begitu ahli dalam bidang tersebut, namun setidaknya ia mempunyai kemampuan yang terbilang cukup dalam hal itu.      

    Davine yang menunggu Hanna melakukan tugasnya itu, segera mempersiapkan handgun miliknya, ia memasang alat peredam pada handgun utama yang akan ia kenakan, sedang satu handgun lainnya ia simpan dan kaitkan pada ikat pinggangnya dengan menggunakan holster selip. Lelaki itu juga telah memastikan setiap magazine dari tiap-tiap handgunya itu telah terisi secara penuh.      

      "Aku berhasil meretasnya, dan aku rasa aku tahu di mana letak pabrik itu berada!" ujar Hanna, lelaki itu segera memperlihatkan beberapa tangkapan kamera CCTV yang menyorot ke beberapa sudut dari pabrik yang sedang mereka cari saat itu.      

     "Aku tahu pabrik ini, bangunan itu berada tidak jauh dari tempat di mana aku menemukan mayat dari korban pembunuhan yang Andre lakukan! tegas Hanna.      

     "Itu bagus, kita akan pergi sekarang. Kita tak punya banyak waktu kan!" ajak Davine, tampaknya lelaki itu telah menyiapkan segalanya, baik itu senjata yang ia miliki dan juga mentalnya saat itu.      

     "Baiklah, apa kau telah mempersiapkan segalanya dengan baik?" tanya Hanna. Kini lelaki itu terlihat sibuk mengisi tiap-tiap handgun yang ia miliki dengan amunisinya.      

     Hanna juga tidak lupa memberikan Davine sebuah earphone wireless yang dilengkapi dengan mic kecil guna kelancaran mereka berkomunikasi.      

     "Ada kemungkinan kita akan berpencar dalam kondisi tertentu, jika hal itu terjadi pastikan kita akan terhubung melalui panggilan lewat smartphone kita masing-masing!" tukas Hanna.      

     "Baiklah, aku mengerti!" jawab Davine. Ia segera mengambil dan memasangkan earphone wireless itu pada salah satu kupingnya dan menyambungkan pada smartphone miliknya, degan begitu nantinya ia hanya perlu melakukan panggilan pada Hanna jika saja mereka benar-benar mau tak mau harus berpencar.      

     Hanna pun segera melakukan hal yang sama, untungnya signal bukanlah hal sulit untuk mereka dapatkan, bagaimanapun distrik terbengkalai itu masih mencakup area kota, hingga hal tersebut bukanlah sesuatu yang sulit untuk mereka dapatkan.      

     "Apa kau siap akan segala kemungkinan yang akan terjadi!" tanya Hanna memastikan.      

     Davine menarik napasnya panjang, sekali lagi tampaknya ia telah siap baik fisik maupun mentalnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.