Another Part Of Me?

Part 5.58



Part 5.58

0Hanna meminta Davine untuk mengingat dimana saja letak kamera tersembunyi yang terdapat di pabrik itu. Mereka harus Menghindari titik-titik itu, walau Hanna dapat menonaktifkan CCTV itu lewat laptopnya, namun hal itu tidak bisa ia lakukan terlalu lama, bagaimanapun aksesnya akan sangat terbatas.      

      "Tampaknya kita mau tidak mau harus mengakses pintu itu untuk dapat memasuki pabrik itu, kita akan coba memancing mereka keluar untuk membuka pintu tersebut!" tukas Hanna.      

     Davine menganggukan kepalanya. Ia setuju, tampaknya pintu itu adalah satu-satunya akses yang paling memungkinkan untuk mereka gunakan daripada yang lainnya.      

     "Bagaimana cara memancing mereka untuk membuka pintu itu?" tanya Davine.      

     "Tentu saja dengan mengacaukan kamera pengawas yang menyorot langsung ke pintu itu. Aku akan menonaktifkan untuk beberapa saat, sedang kita akan bersiap di sana, tentu saja di tempat yang tak langsung tersorot oleh CCTV tersebut!" tukas Hanna.      

     "Kita akan melumpuhkan orang yang akan terpancing keluar untuk memeriksa CCTV tersebut!" tambahnya.      

     "Baiklah, aku mengerti. itu berarti kita hanya punya satu kesempatan dan tak boleh gagal," tanggap Davine.      

     Hanna menganggukkan kepalanya. Mereka benar-benar tak boleh sedikitpun melakukan kesalahan dalam melancarkan rencana mereka yang telah mereka buat itu.     

     Hanna segera meletakan kembali laptopnya, ia telah memasang beberapa perangkat lunak pada smartphone miliknya guna dapat mengakses kamera pengawas yang terdapat di pabrik yang menjadi markas dan tempat persembunyian organisasi itu.      

     "Aku hanya memerlukan laptop ini sebagai akses awal, dan setelah aku berhasil melakukannya, aku tinggal menambahkan beberapa perangkat lunak pada smartphone yang kumiliki agar dapat mengakses CCTV itu tanpa perlu menggunakan laptop. Namun dengan begini akses yang akan aku miliki juga akan sangat terbatas!" jelas Hanna.      

     Setelah semua persiapan mereka telah selesai, Hanna dan Davine seger bergegas menuju pabrik yang dimaksud, mereka meninggalkan mobil itu terparkir beberapa meter jauhnya dari tempat yang akan mereka tuju.      

    Pabrik itu setidaknya memiliki empat akses masuk, yang di mana setiap akses memiliki sebuah kamera tersembunyi yang menyorot langsung ke arahnya. Hanna dan Davine memilih akses yang merupakan pintu yang terdapat di bagian belakang gudang itu, bagaimanapun rasanya itu adalah akses yang paling baik untuk mereka ambil.      

    Hanna dan Davine berjalan dengan sangat berhati-hati, ia meminimalkan setiap gesekan dari langkah kakinya, suasana sunyi di distrik terbengkalai itu membuat suara sekecil apapun menjadi sangat mudah untuk didengar.      

     Sampai di pabrik itu, mereka segera memutar untuk menemukan akses masuk yang merupakan pintu belakang pabrik itu. Pagar usang tampak mengelilingi pabrik tersebut, namun hal itu tidak menjadi masalah besar, untungnya terdapat beberapa bagian pagar yang telah rusak dan berlubang, membuat mereka mudah untuk memasukinya.      

    Hanna dan Davine mulai mengendap untuk mendekati akses yang telah mereka pilih, untungnya mereka telah menghafal mana saja titik yang terjangkau dalam tangkapan kamera CCTV itu.      

     Hanna menghentikan langkah mereka, selangkah lagi maka mereka akan tertangkap dalam jangkauan kamera pengawas yang terpasang di sana.      

     Untuk beberapa saat mereka berdiam diri dan mencoba memahami situasi sekitar. Hanna segera mengakses CCTV itu lewat smartphone miliknya. Ia akan segera menonaktifkan kamera tersebut guna memancing salah seorang dari anggota organisasi itu untuk membuka dan memeriksa kamera tersebut. Hanna yakin jika mereka pasti memiliki seseorang yang ditugaskan untuk memantau dan memonitoring tangkapan layar dari CCTV tersebut.      

     "Setelah aku menonaktifkannya, aku yakin mereka akan segera mengirim seseorang untuk melakukan pengecekan pada CCTV itu!" tukas Hanna.      

     "Itulah momen yang akan kita incar. Kita harus melumpuhkannya dalam sekali tembak!" tambah lelaki itu.      

     Davine segera menyiapkan handgun miliknya dengan peredam yang telah perpasang lengkap di moncongnya. Ia akan mengambil tugas untuk melumpuhkan sang target, sementara Hanna akan berfokus dalam peretasan kamera CCTV yang terpasang di sana. lelaki itu juga memiliki sebuah tugas lainnya.     

    Setelah berhasil menonaktifkan CCTV itu lewat smartphone miliknya, Hanna segera memerintahkan Davine untuk mengambil posisi terbaiknya. Davine segera berlari dan bersembunyi tepat di samping pintu yang menjadi akses masuk itu. Ia akan melakukan serangan tiba-tiba pada siapapun orang yang nantinya akan keluar dari pintu itu. Sedangkan Hanna bersiap dari jarak yang cukup baik untuk melakukan penjagaan jika saja ternyata orang yang akan keluar dari pintu itu berjumlah lebih dari satu orang. Hanna bertugas untuk melumpuhkan orang itu dari jarak yang ia miliki.      

     Hanna terus memeriksa smartphone miliknya, ia harus memastikan jika CCTV itu tidak akan kembali aktif di saat Davine sedang berada di tempat itu, jika tidak tentu keberadaan mereka akan segera diketahui.      

     Selang beberapa menit, akhirnya Davine mendengar suara pergerakan dari dalam pintu itu, lelaki itu segera memberikan tanda kepada Hanna, memberikan isyarat agar mereka bersiap di posisinya masing-masing.      

     Davine terus menatapi gagang pintu itu, ia menunggu setiap pergerakan yang akan dilakukan oleh seseorang yang berada di balik itu. Hingga ....     

    Kreeeak …      

   Pintu itu terbuka, sedang Davine segera menodongkan handgun miliknya ke arah pintu tersebut, menunggu sosok yang nantinya akan keluar dari balik pintu itu.     

    Taaaasss …      

    Sebuah tembakan bersarang langsung tepat pada sosok lelaki malang yang baru saja keluar dari balik pintu itu, menewaskannya secara instan.     

    Suara peluru yang keluar pun teredam oleh peredam yang ia gunakan.      

    Berhasil melumpuhkan orang itu, Hanna segera membidik seorang lelaki lagi yang berada tepat di belakang lelaki yang sebelumnya. Hal ini tepat seperti apa yang Hanna dan Davine duga, lelaki itu tak seorang diri. Kedua lelaki itu kini tewas dengan luka tembak yang bersarang tepat di kepala mereka masing-masing.      

    Davnie mengarahkan handgun miliknya pada dua lelaki yang telah terkapar itu, ia harus memastikan jika kedua lelaki itu telah tewas sebelum ia memberikan tanda pada Hanna.      

    Davine melambaikan tangannya, mengisyaratkan jika rencana yang telah mereka buat berjalan dengan sangat lancar.      

     Hanna segera mendekati Davine, mereka menyeret kedua mayat lelaki itu dan memindahkannya ke tempat yang sekiranya tak akan tersorot oleh kamera CCTV itu, setidaknya mereka dapat sedikit menyembunyikan apa yang telah mereka perbuat walau nyatanya sisa noda darah masih tercecer di lantai itu.      

     "Bagaimana, apa saat ini kamera pengawas itu masih dalam keadaan tidak aktif?" tanya Davine.      

     "Ya, sejauh ini aku masih bisa mengaksesnya dengan cukup baik. Namun kita tak akan punya waktu lebih dari ini. Aku rasa operator yang menangani CCTV itu akan segera menyadarinya!" tukas Hanna.      

    Hanna segera memeriksa tiap-tiap kantong yang dimiliki oleh kedua mayat lelaki itu. Namun ia tak mendapatkan satupun kunci yang mereka miliki.      

     "Mereka tak memiliki satupun kunci di dalam saku mereka!" papar Hanna.      

     "Aku rasa mereka bukan menggunakan benda itu untuk mengakses tiap-tiap pintu yang terdapat di bangunan ini!" tanggap Davine.      

     "Mereka pasti menggunakan kode atau sidik jari untuk mengakses tiap pintu yang terdapat di bangunan ini!" tukas Davine.      

     Davine pun segera mengeluarkan belatinya, dan tanpa keraguan ia segera memotong jari telunjuk yang berada di tangan kanan salah satu lelaki yang telah tewas itu.      

     Hanna tampak terkejut dengan perlakuan lelaki itu, namun tak butuh waktu lama hingga ia menyadari apa maksud dari lelaki itu.      

     "Mereka pasti menggunakan sidik jari untuk mengakses pintu-pintu itu, dan aku rasa jari telunjuk yang berada pada tangan kanan adalah pilihan paling utama mereka!" jelas Davine.      

     Hanna pun segera mengeluarkan belati miliknya, ia juga melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Davine saat itu. Walau mereka cukup kesulitan dalam melakukannya karena harus mematahkan pangkal tulang pada jari itu sebelum memotongnya.      

     Mendapatkan masing-masing satu jari telunjuk, Hanna dan Davine segera bergegas untuk memasuki pintu tersebut.      

    Saat ini Hanna hanya bisa mengakses setiap CCTV yang terdapat di luar bangunan itu, ia tak dapat meretas setiap kamera yang terdapat di bagian dalam bangunan itu. Bagaimanapun lelaki itu tidak memiliki kemampuan layaknya seorang peretas handal.      

     "Perhatikan setiap sudut yang terdapat di dalam bangunan ini. Aku yakin mereka juga menempatkan beberapa CCTV pada bagian dalam bangunan ini. Sayangnya aku tak dapat meretasnya. Mereka memiliki sistem keamanan yang sangat rumit!" tukas Hanna.      

     "Satu-satunya jalan adalah menghancurkannya!" tanggap Davine.      

     "Ya, itu benar!" ujar Hanna membenarkan.      

     "Mulai saat ini kita akan lebih waspada. Bidik setiap CCTV yang kau temukan di dalam bangunan ini, dan aku juga akan melakukan hal yang sama!" titah Hanna.      

     Tak membuang banyak waktu, Hanna dan Davine segera memasuki pintu itu. Terdapat sebuah lorong dengan dua cabang di dalamnya, untungnya mereka tak menemukan adanya satupun kamera yang terpasang di sana.      

     Jelas kedua orang itu tidak mengetahui sama sekali bagaimana denah bangunan itu, mereka mau tak mau harus memeriksa setiap ruangan dan berharap dapat menemukan di mana keberadaan Lissa dan anak-anak yang telah menghilang dari kota itu. Mereka hanya perlu mendapatkan rekaman anak-anak tersebut dan bagaimana aktivitas yang dilakukan para anggota organisasi di dalam bangunan tersebut. Tak ada jalan lain yang bisa mereka tempuh, cepat atau lambat keberadaan mereka pastilah akan segera diketahui.      

     Hanna memerintahkan Davine untuk menyambungkan panggilannya pada smartphone miliknya, mulai saat ini mereka mau tak mau harus berpencar guna mencari di mana keberadaan anak-anak itu. Mereka juga akan merekam setiap aktivitas apapun yang mereka dapati dari organisasi itu.      

     "Kita akan segera berpencar mulai saat ini. Pastikan kau selalu terhubung denganku. Laporkan setiap apapun yang kau dapati di dalam bangunan ini!" titah Hanna.      

     Kedua orang itu segera berpencar dan mengambil dua arah berbeda yang terdapat pada lorong yang mereka tempuh. Untungnya signal seluler masih sangat kuat terpancar di dalam bangunan itu.      

    Setelah memastikan mereka telah terhubung dengan baik, kedua lelaki itu segera mengambil jalannya masing-masing. Davine mengambil jalan ke arah kanan, sedang Hanna memilih untuk mengambil ke arah kiri.      

     Davine mengendap, di ujung lorong itu terdapat sebuah ruangan kecil dengan sebuah meja yang terdapat di dalamnya. Tampaknya itu adalah ruangan tempat salah seorang lelaki yang telah mereka lumpuhkan sebelumnya.      

      Davine mengamati setiap sudut ruangan itu, ia tak mendapati adanya satupun kamera pengawas yang terdapat di sana, membuatnya dapat segera melangkahkan kakinya untuk memeriksa ruangan tersebut.       


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.