Another Part Of Me?

Part 5.60



Part 5.60

0"Maaf, bukankah pihak Kepolisian telah memutuskan kerjasama di antara kalian!" tanya Siska skeptis.     

     "Ya, itu benar. Saya sangat menyesalkan hal itu!" jawab Hendrik.      

     "Lantas mengapa kalian masih ingin mendapatkan berkas itu, bukankah itu telah berada di luar wewenang kalian!" desak Siska. Sebagaimana yang telah Hanna katakan, saat ini mereka tak bisa mempercayai pihak Kepolisian, bagaimanapun saat ini mereka tak tahu siapa gerangan yang kini menjadi anjing-anjing dari organisasi itu.      

     "Saya rasa saya tidak bisa membiarkan Anda untuk mendapatkannya!" tegas Siska. Wanita itu segera menutup pintu rumahnya, namun Sersan Hendrik dengan sigap menghentikan wanita itu.      

     Mencerna perkataan wanita itu, Sersan Hendrik setidaknya dapat memastikan jika kedua bukti pendukung yang sebelumnya Hanna singgung itu pastilah berada di rumah itu, dan Siska turut mengetahuinya.      

     "Hanna meminta saya untuk mengamankan berkas itu!" Dalih Hendrik, mau tak mau ia harus menjual nama lelaki itu.      

     "Apa kau bisa menunjukan bukti bahwa Hanna memang menginginkan hal itu!" tampaknya Siska tak dapat terkecoh begitu saja.      

    Sersan Hendrik yang merasa tak punya pilihan lain segara memaksa agar wanita itu membukakan pintu itu untuknya, kini ia menggunakan wewenangnya sebagai seorang personil kepolisian di kota itu.      

     "Saya bertindak atas nama Kepolisian!" tegas Hendrik.      

     "Apa Anda punya surat perintah?" tanya Siska. Wanita itu tak kalah pintar.     

     Sersan Hendrik menghela napasnya, tampaknya ia tak punya pilihan lain selain mengacungkan senjatanya, membuat Siska tak dapat melakukan hal lain selain menuruti perintah itu.      

     Keributan itu segera terdengar oleh kedua orang tua dari Siska. Namun sama halnya seperti sang anak, kedua orang tuannya itu juga tak dapat melakukan hal lain selain menuruti apa yang Sersan Hendrik inginkan.      

    Siska segera diperintahkan oleh sang sersan untuk mengantarkannya ke kamar milik Hanna, lelaki itu tahu jika benda yang Hanna maksud pastilah berada di sana.      

    Sersan Hendrik terus mengacungkan senjatanya pada Siska, ia tahu jika itu bukanlah hal yang dapat dibenarkan. Bagaimanapun mengacungkan senjata pada warga sipil layaknya Siska jelas melanggar aturan.      

     Siska yang tak dapat berbuat apa selain mengikuti perintah Sersan Hendrik segera menunjukan kedua benda yang dimaksud, baik itu jurnal buatan Lissa, dan juga micro SD yang berisikan video milik Monna.      

     Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Sersan Hendrik segera pergi dari tempat itu. Ia harus segera mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di kota itu. Jelas ada banyak hal yang harus ia ketahui perihal kasus yang sebelumnya pernah ia tangani itu.      

     ******      

    Kevin memantau kediaman Siska dari jarak yang cukup jauh, sebelumnya ia telah melihat Sersan Hendrik memasuki tempat itu secara paksa, tampaknya apa yang ia cari sama halnya dengan apa yang diinginkan oleh sang personil kepolisian itu.      

     Melihat sang sersan keluar dengan sebuah berkas di tangannya, Kevin segera menghubungi seseorang lewat smartphone miliknya.      

     "Lelaki itu telah mendapatkannya. Benda yang kita inginkan!" ujar Kevin dalam panggilannya itu.      

     "Baiklah, Saya akan mengambil benda itu dari tangan lelaki itu dan melenyapkannya!" jawab suara berat yang berada di balik panggilan yang Kevin lakukan.      

******      

    Sersan Hendrik segera menaiki angkutan umum untuk pergi ke kediaman sementaranya yang berada di kota itu. Tampaknya ia membutuhkan unit PC atau laptop untuk dapat mengakses micro SD yang telah ia dapatkan dari kediaman Hanna barusan.      

     Di perjalan menuju kediamannya itu, Tiba-tiba saja Sersan Hendrik menerima panggilan dari sang komisaris. Lelaki paruh baya itu memerintahkan agar Sersan Hendrik segera menemuinya saat itu juga.      

     Sang sersan memaki kesal. Ia tak bisa mengabaikan perintah dari sang atasan, walau di satu sisi ia sangat ingin untuk segera dapat melihat apa isi di balik jurnal dan micro SD yang baru saja ia dapatkan.      

     Tak mempunyai pilihan lain, Sersan Hendrik mau tidak mau harus membatalkan niatnya dan segera menemui sang komisaris di kantor kepolisian saat itu juga. Tak biasanya sang komisaris menghubunginya seperti itu, pikirnya.     

******      

     Siska segera menghubungi Hanna lewat smartphone miliknya, namun sial, lelaki itu sedang terhubung dalam panggilan lain. Ia harus segera memberitahu atas apa yang telah terjadi. Saat itu mereka telah kehilangan dua bukti pendukung yang seharusnya tidak boleh untuk dimiliki oleh pihak Kepolisian. Bagaimanapun mereka kini bisa saja dicap sebagai musuh pemerintah karena telah mengetahui kejadian kelam yang selama ini coba disembunyikan oleh pihak Pemerintah maupun Kepolisian kota itu.      

     "Sial, Hanna tak dapat dihubungi!" maki Siska. Sedang kedua orang tuanya tampak bingung dengan apa yang telah terjadi.      

     Siska, wanita itu tak tahu harus berbuat apa saat itu. Ia mengkhawatirkan keadaan Hanna dan sang mantan kekasihnya itu. Sedang kini sebuah masalah baru kembali mereka dapatkan.      

******     

     Sersan Hendrik menghentikan langkahnya tepat di depan gerbang kantor kepolisian. Entah mengapa ia merasakan sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya. Entah apa itu, namun kata hatinya seolah memaksa agar dirinya tidak menemui sang komisaris saat itu.      

     Sersan Hendrik terdiam untuk beberapa saat di depan kantor kepolisian itu. Ia tampak menimbang-nimbang mana yang harus ia lakukan saat itu. Menuruti perintah dari sang komisaris, atau malah mengabaikannya sesuai dengan apa yang hatinya katakan.      

     Walau Sersan Hendrik tidak tahu pasti akan keperluan apa yang membuat sang komisaris memerintahkannya untuk menghadap saat itu juga. Namun ia berpikir jika hal itu mungkin saja terkait akan kedua bukti pendukung yang baru saja ia dapatkan. Seperti apa yang telah Hanna katakan, saat ini banyak sekali anjing-anjing organisasi yang mungkin saja tergabung di dalam struktur kepolisian di kota itu. Ia tak bisa sembarangan menyerahkan kedua benda itu pada siapapun, bahkan itu jika sang komisaris sendiri.      

     Namun di sisi lain, Sersan Hendrik juga berpikir jika mungkin saja keperluan yang diinginkan oleh sang komisaris bukanlah terkait kedua benda yang baru saja ia dapatkan dengan cara paksa itu. Lagipula bagaimana mungkin sang komisaris tahu jika kedua benda itu kini telah berada di tangganya, bukankah yang mengetahui perihal itu hanya dirinya dan Hanna. Tampaknya ia hanya berpikir terlalu jauh saja. Rasanya juga tidak mungkin jika sang komisaris adalah salah satu anjing milik organisasi itu.      

     Sersan Hendrik kini berada tepat di depan pintu ruangan milik sang komisaris. Awalnya ia telah memutuskan untuk memenuhi panggilan itu, namun samar ia sedikit mendengar percakapan yang dilakukan oleh sang komisaris di dalam ruangannya. Tentu saja menguping pembicaraan sang atasan adalah hal yang tak etis untuk dilakukan. Di dalam ruangannya terdengar sang Komisaris sedang berbicara dengan seseorang, tak banyak yang dapat ia tangkap dari pembicaraan itu, namun ada satu hal yang ia dengar dengan jelas. Saat itu sang komisaris mengatakan jika ia akan mengurus hal itu dengan baik, walau tak tahu apa inti dari pembicaraan tersebut, namun hati Sersan Hendrik seketika berontak, kata hatinya kini semakin terasa jauh lebih kuat lagi. Rasanya benar apa yang diucapkan Hanna, saat ini mereka tak bisa mempercayai siapapun.      

    Sersan Hendrik akhirnya lebih memilih untuk mengikuti kata hatinya, mengabaikan panggilan dari sang atasan tentu saja adalah hal yang tak boleh ia lakukan, namun kali ini ia lebih mempercayai nalurinya, ia harus mengetahui apa yang berada di dalam jurnal maupun micro SD itu terlebih dahulu. Ia tak lagi memperdulikan apa yang sebenarnya sang komisaris inginkan darinya. Untuk kali ini saja ia lebih mementingkan rasa penasaran yang begitu besar di hatinya.      

******      

     Sampai di kediamannya, Sersan Hendrik segera membaca jurnal yang dibuat oleh Lissa terlebih dahulu. Jantungnya terasa hampir berhenti berdetak, ia tak menyangka jika apa yang dulunya pemerintah kota lakukan adalah hal yang sangat tak berprikemanusiaan. Kini setidaknya sang sersan tahu jika penduduk asli kota itu adalah kedua keluarga yang kini terbagi menjadi kasta pertama dan kasta kedua itu.      

     Beralih ke micro SD yang juga berhasil ia dapatkan, Sersan Hendrik kembali dikejutkan oleh semua informasi yang Monna berikan di sana. Kini ia tahu siapa dalang di balik semua pembunuh yang terjadi di kota itu, dan apa yang Hanna katakan adalah benar. Kini mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk bisa merealisasikan apa yang telah mereka rencanakan.      

     "Bajingan!" maki Hendrik, ia melontarkan kata kotor itu pada pemerintah kota beserta organisasi itu, ia juga memaki dirinya sendiri sebagai seorang personil kepolisian.      

     Terlalu memfokuskan atensinya, Sersan Hendrik bahkan tak menyadari jika sang komisaris telah melakukan panggilan secara berulang kali pada smartphone miliknya. Tampaknya lelaki paruh baya itu sangat kekeh untuk bertemu dirinya.      

     Kini Sersan Hendrik tak tahu lagi mana yang harus ia percayai. Apakah pengabdiannya kepada kepolisian adalah hal yang tepat. Ia selalu memandang mulia profesi yang ia kerjakan itu, namun dengan mendapati fakta yang baru saja ia dapatkan, entah mengapa ia merasa hina karena tergabung ke dalam struktur kepolisian di kota itu.      

     Kini ia tahu di mana letak markas persembunyian organisasi itu, ia tahu saat ini Hanna dan Davine pasti sedang menyusup ke tempat itu untuk menemukan bukti valid yang nantinya dapat mereka gunakan. Sersan Hendrik sangat berharap agar kedua lelaki itu bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, dengan adanya bukti valid itu maka ia akan segera bisa menindaklanjuti kasus itu, bahkan jika para anjing organisasi yang tergabung di pihak Kepolisian itu adalah para petinggi, namun dengan adanya bukti yang sangat valid, maka para anjing itu juga tak akan bisa berbuat apa-apa selain menindaklanjuti kasus tersebut.      

    Sersan Hendrik mengacak kasar rambutnya. Jelas sudah pemutusan kerjasama yang mereka lakukan pada Hanna adalah upaya mereka untuk membungkam lelaki itu dan menggagalkan upaya sang penyidik swasta tersebut dalam mengungkap kasus yang kini telah mereka ketahui secara menyeluruh itu.      

     "Mereka sangat licik. Tampaknya mereka telah mengetahui jika Hanna telah berhasil memecahkan kasus ini, itulah mengapa tiba-tiba pihak Kepolisian segera memutuskan hubungan kerja sama dengan lelaki itu tanpa sebab. Jelas itu tak lepas dari andil para anjing organisasi yang tergabung di kepolisian saat ini," Hendrik tak mampu lagi menyembunyikan kekesalannya, hingga tiba-tiba saja sebuah tembakan melesat masuk menembus pintu kamarnya.      

Dooor ....     

(Part 5.On the back side selesai)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.