Another Part Of Me?

Part 5.11



Part 5.11

0Davine dikejutkan dengan kedatangan Malvine di apartemennya, beberapa waktu belakangan ini kakak sepupunya itu memang kerap melakukan panggilan pada smartphone miliknya, namun lelaki itu dengan sengaja tak menjawabnya.     
0

Malvine berdiri tepat di depan pintu kamar apartemen milik Davine, ia tampak sedikit kesal lantaran adik angkatnya itu tak pernah mau menjawab panggilan yang ia lakukan. Walau di satu sisi, ia juga tahu jika saat ini mungkin saja Davine sengaja menghindarinya agar Malvine dan keluarganya tak ikut terlibat ke dalam masalah yang sedang ia hadapi. Meski kenyataannya kini Davine telah secara penuh terbebas dari tuduhan yang sebelumnya ia terima, namun masih ada kemungkinan jika pihak Kepolisian masih mencurigainya, dan lagi saat ini pihak Kepolisian memang sedang terdesak karena ketidakmampuan mereka untuk menangkap sang pelaku pembunuhan berantai yang terjadi di kota itu.     

Kasus kematian Annie telah dikonfirmasi secara jelas jika itu bukanlah termasuk dalam rangkaian kasus pembunuhan berantai yang telah terjadi di kota itu, namun bisa saja saat ini pihak Kepolisian sedang mencari seseorang guna dijadikan kambing hitam atas kasus pembunuhan berantai tersebut, dan Davine merupakan salah satu kandidat yang sangat cocok untuk hal itu. Malvine sangat mengerti betapa piciknya pihak Kepolisian, ia sudah sering mendapati pengakuan dari orang-orang yang dijadikan kambing hitam atas sebuah kasus yang nyatanya bukan perbuatan dari orang yang mereka jadikan pelaku atas sebuah kasus yang tengah mereka tangani.     

"Mengapa kau tak menjawab satupun panggilan yang aku lakukan?" Tanya Malvine tanpa basa-basi.     

Davine yang masih sangat terkejut dengan kedatangan kakak angkatnya itu, tentu saja tak dapat menjawab pertanyaan yang Malvine layangkan langsung ke intinya itu.     

"Kami telah mengetahui apa yang terjadi kepadamu. Beberapa personil dan penjilat yang tergabung dalam kepolisian itu telah menyambangi rumah kita!" tambah lelaki itu.     

"Maafkan aku, aku …." Davine tak dapat melanjutkan kata-katanya, ia tahu jika dirinya telah menyebabkan masalah dan membuat keluarga angkatnya itu khawatir.     

"Baiklah, kita lupakan saja semua itu. Lagi pula aku telah membaca kabar akan terungkapnya kematian Annie yang dimuat dalam surat kabar kota ini," sambung Malvine.     

"Asal kau tahu, aku tak pernah meragukan dirimu sedikitpun!" tambah lelaki itu lagi.     

Davine menganggukkan kepalanya, ia tahu apa yang telah ia lakukan adalah hal yang salah, belum lagi sang ibu yang belakangan ini juga kerap meneleponnya, Davine memang belum memberi kabar sedikitpun setelah bebasnya ia dari tuduhan atas kasus kematian sahabatnya itu.     

"Ibu sangat mengkhawatirkan dirimu, ia selalu saja memikirkanmu tanpa henti semenjak pihak Kepolisian itu datang ke rumah!" terang Malvine.     

Mendengar hal itu hati Davine tentu semakin menjadi tidak nyaman, ia tahu jika sang ibu memang tidak pernah membedakan dirinya dengan anak kandungnya sendiri, bahkan kasih sayang wanita itulah yang selama ini berperan membentuk kepribadian baik di dalam dirinya. Davine tak dapat menyangkal hal itu, Monna, wanita itu sangat berjasa bagi dirinya.     

Davine menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap mata kakak angkatnya itu sedikitpun, ia merasa bagaikan anak tak tahu diri, sebagai seorang anak angkat tak seharusnya ia merepotkan dan membuat kekhawatiran bagi keluarga itu.     

Malvine yang menyadari hal itu segera menepuk lembut pundak adik angkatnya itu. Ia tahu jika saat itu Davine sedang menyalahkan dirinya sendiri.     

"Jangan membebani pikiranmu dengan hal yang tak perlu kau khawatirkan!" ujar Malvine.     

"Lagi pula itu bukanlah kesalahan darimu, pihak Kepolisian bodoh itu hanya salah menyangka saja!" tambahnya lelaki itu.     

Seperti biasa, kata-kata dari kakak angkatnya itu memang selalu dapat membuat hati Davine merasa lebih tenang, walau di satu sisi ia juga terkadang merasa ada sesuatu yang sulit dijelaskan setiap kali ia berhadapan dengan kakak angkatnya itu. Entah mengapa perasaan itu terkadang membuatnya merasa tidak nyaman.     

"Ada hal yang sangat penting yang membuatku datang kemari!" ujar Malvine, menyatakan maksud dan tujuannya kala itu.     

"Ibu, saat ini ia sedang sakit, tampaknya penyakitnya kini menjadi semakin parah. Aku datang ke sini untuk segera membawamu pulang!" jelas Malvine.     

Davine yang mendengar hal itu seketika terpaku tak bergeming. Kabar yang baru saja ia dengar benar-benar membuatnya menjadi syok.     

Dalam beberapa tahun terakhir Davine memang mengetahui jika sang ibu mulai mengalami penurunan pada kesehatannya, namun selama ini ia mengira jika itu hanyalah penyakit biasa faktor usia. Sang ibu memang kerap mengeluhkan sakit di kepalanya, namun setiap kali Davine mempertanyakan kesehatannya, wanita itu selalu berkata jika ia baik-baik saja. Monna selalu berdalih jika itu hanyalah sakit kepala biasa.     

"Tunggu dulu, penyakit apa yang diderita oleh ibu saat ini?" tanya Malvine, mata lelaki itu tampak mulai memerah.     

"Aku tahu jika kesehatan ibu memang sedang menurun dalam beberapa tahun terakhir, namun setiap kali aku mempertanyakannya, ibu selalu mengatakan jika itu hanyalah penyakit biasa dan tidak serius!" tukas Davine.     

"Wajar saja jika kau tak mengetahuinya. Ibu memang sengaja merahasiakan hal ini kepadamu, ia tak ingin kesehatannya menjadi pikiran tersendiri bagimu!" papar Malvine.     

"Beberapa waktu yang lalu, ibu telah didiagnosa menderita aneurisma otak!" tegas Malvine.     

Davine yang mendengar hal itu seketika merasakan lemas pada bagian lututnya. Ia tahu jika itu bukanlah sebuah penyakit sepele, seperti apa yang kerap sang ibu katakan kepadanya.     

"Aneurisma otak?" tanya Davine tak percaya.     

"Ya, kau tidak salah mendengarnya!" tanggap Malvine.     

Aneurisma otak adalah pembesaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah tersebut. Aneurisma otak yang membesar dan pecah bisa menyebabkan kerusakan pada otak, dan jika itu terjadi pada bagian batang otak, maka aneurisma otak bisa menyebabkan stroke batang otak, dan hal itu pulalah yang kini sedang terjadi pada Monna. Malvine mengatakan jika hal itu dengan sangat gamblang pada Davine, ia tak berusaha menutup-nutupi lagi apa yang sedang terjadi pada ibu pada adik angkatnya itu.     

Seketika Davine kembali teringat saat di mana sebelum ia memutuskan untuk meninggalkan sang ibu untuk berkuliah di kota itu. Saat itu sang ibu memang kerap mengeluhkan beberapa kondisi seperti, pusing dan sakit di kepalanya, nyeri di sekitar mata, keseimbangannya yang terkadang seolah terganggu, dan gangguan pada penglihatan yang juga ia rasakan. Saat itu Davine memang telah mencemaskan keadaan sang ibu, namun seperti biasa, sang ibu mengatakan jika itu hanyalah penyakit biasa yang tak perlu Davine khawatirkan. Namun jika ia mengingat hal itu lebih dalam lagi, kini ia merasa sangat bodoh, bukankah sudah jelas jika gejala yang diderita sang ibu memang menjurus pada aneurisma otak. Davine mengutuki dirinya, ia pernah mempelajari penyakit itu ketika ia berada di penghujung masa SMA-nya, namun entah mengapa saat itu ia tak pernah terpikirkan akan hal itu.     

"Astaga, mengapa aku sangat bodoh!" ujar Davine, lelaki itu mengutuk dirinya sendiri.     

"Itu karena ibu adalah wanita yang pandai menutupi sesuatu. Aku juga merasa saat wanita itu berbicara, maka aku akan sepenuhnya mempercayai apa yang ia katakan begitu saja," jelas Malvine.     

"Itu seolah dirinya mempunyai sebuah sihir!" tambah Malvine, ia tampak sedikit tersenyum sebab kata-kata yang baru saja ia katakan sendiri.     

"Bagaimana kondisinya saat ini?" tanya Davine, lelaki tak dapat menyembunyikan kegelisahannya.     

"Kondisinya tidak baik, aneurisma otak yang ia derita itu pecah dan menyebabkan pendarahan dan kerusakan pada otak!" jelas Malvine, lelaki itu tampak meremas tangganya sendiri.     

"Kini ibu menderita komplikasi, pecahnya aneurisma otak itu terjadi pada bagian batang otak, menyebabkan komplikasi berupa stroke batang otak yang juga terjadi kepadanya!" tambah lelaki itu. Kini Malvine tampak tak dapat menahan air matanya, menceritakan keadaan sang ibu pada adik angkatnya itu bukanlah merupakan hal yang mudah.     

Stroke batang otak merupakan kondisi yang juga sangat berbahaya, pasalnya kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan dan bahkan kematian.     

Pada dasarnya batang otak adalah bagian yang mengatur berbagai organ dan gerak anggota tubuh. Batang otak terletak tepat di atas tulang belakang di bagian belakang kepala. Salah satu organ vital pada tubuh manusia ini sangat penting, sebab bertugas membawa dan menyampaikan sinyal dari otak ke seluruh tubuh.     

Stroke batang otak sejatinya memiliki dua jenis. Yang pertama adalah, stroke iskemik, ini adalah jenis stroke yang cukup umum terjadi. Stroke iskemik terjadi sebab penyumbatan atau menggumpalnya aliran darah pada otak yang mengganggu kelancaran aliran darah pada batang otak. Terjadinya penyumbatan pembuluh darah pada batang otak inilah yang dapat menyebabkan stroke tipe iskemik.     

Sedangkan untuk jenis kedua, dan sekaligus yang saat ini sedang diderita oleh sang ibu adalah, stroke hemoragik. Berbeda dengan stroke iskemik, stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah pada otak, sehingga menimbulkan pendarahan dan penumpukan di sekitar jaringan tersebut. Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen. Diketahui penyebab paling umum pecahnya pembuluh darah pada otak adalah aneurisma otak, hal ini sama persis seperti apa yang sedang Monna derita saat ini.     

Davine segera mempersilahkan Malvine untuk memasuki kamar apartemen miliknya, tak lupa terlebih dahulu ia menyembunyikan jurnal milik Lissa yang saat itu hanya tergeletak pada meja di kamarnya, ia tak ingin Malvine mengetahui tentang apa yang sedang ia cari tahu saat ini.     

"Aku akan mengemasi sedikit pakaianku, kita akan pulang sekarang juga!" ujar Davine.     

"Baiklah, aku akan menunggumu!" jawab Malvine.     

"Saat ini pemerintah kota telah menutup semua akses keluar dan masuk menuju kota ini, bagaimana caranya kita bisa meninggalkan kota ini?" tanya Davine sembari terus mengemasi beberapa barang yang harus ia bawa.     

"Tentu saja hal itu sangat menyulitkan. Namun tenang saja, serahkan hal itu kepadaku!" jawab Malvine dengan percaya diri.     

"Baiklah, jika itu yang kau katakan," tanggap Davine. Ia tahu jika Malvine memang sangat bisa diandalkan untuk urusan seperti itu. Lebih tepatnya pengaruh dan harta yang diberikan oleh nama Harris yang mereka sandang memang sangat berguna dalam melakukan hal-hal semacam itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.