Another Part Of Me?

Part 5.49



Part 5.49

0Gangguan disosiatif yang dimiliki Davine awalnya tampak berkurang. Berkat kasih sayang yang mulai ia dapatkan, kini kepribadian dalam dirinya itu mulai tertekan akan rasa bahagia yang ia dapatkan. Namun sial, sebuah kejadian yang menimpa Annie saat itu mulai kembali mendorong Davine untuk kembali memunculkan sisi lainnya itu, dan hal ini tentu adalah sesuatu yang sangat menarik bagi Edward. Ia telah melihat sebuah bibit unggul yang ia inginkan dari anak hasil bayi tabungnya itu. Membuatnya semakin merasa jika apa yang ia inginkan dari proyek bayi tabung yang mereka lakukan itu setidaknya mendapatkan hasil yang cukup baik, walau nyatanya hal itu tidaklah sesuai dengan tujuan awal mereka melakukan proyek bayi tabung tersebut.      

     Davine mulai bersekolah layaknya anak normal lainnya, karena ia adalah anak yang canggung dan sedikit kesulitan dalam bersosialisasi membuatnya dipandang sebagai anak yang cukup aneh di kelasnya.      

      Davine kecil tak memiliki banyak teman, di awal ia mulai bersekolah ia bahkan kerap menjadi bahan ejekan teman-teman sekelasnya, sekali lagi karena anak itu dianggap aneh karena kesulitannya dalam bergaul. Hal ini seringkali memicu pertengkaran yang terjadi, Davine yang kerap menjadi bahan bully itu mau tidak mau terlibat perkelahian dengan anak yang lainnya. Tentu saja sang alter miliknya yang kembali berhasil mengambil alih membuat anak-anak itu merasakan akibatnya.      

     Di bangku kelas satu hingga kelas dua, Davine kerap kali terlibat dalam perkelahian yang disebabkan bullying yang ia alami. Membuatnya kerap pulang ke rumah dengan baju kotor dan yang terkadang terdapat noda darah hasil perkelahiannya. Tentu saja sang alter dari Davine kecil itu melibas anak-anak pembully itu dengan sangat mudah.      

     Hal ini jelas sangat berbeda dengan Malvine, anak itu tak seperti Davine yang bersama sang alter miliknya sangatlah kuat dalam hal pertarungan. Membuat sang ayah merasa kecewa dengan putranya itu.      

     "Astaga, jadi anggapan Malvine tentang Edward adalah benar!" Davine menanggapi video itu.      

     "Maksudmu?" tanya Siska.      

     "Ya, Monna telah menceritakan hal itu kepadaku sebelum kematiannya. Ia berkata jika Malvine memiliki anggapan seperti itu, dan nyatanya hal itu benar. Sang ayah memang memandangnya dengan perasaan kecewa!" jelas Davine.      

     Monna pun mengalihkan pembicaraan itu dan mulai membahas perihal tragedi yang terjadi beberapa tahun setelahnya. Tragedi itu terjadi ketika Davine telah menginjak usia sembilan tahun.      

     Monna menjelaskan jika salah satu dari keluarga yang merupakan kasta pertama itu mulai mencoba untuk mewujudkan tujuan mereka. Keluarga kasta pertama itu awalnya mendirikan sebuah organisasi massa guna melakukan pendekatan pada warga kota. Mereka telah melakukannya dengan sangat baik, berkat sosialisasi yang baik organisasi massa itu akhirnya memiliki namanya tersendiri di hati para warga kota. Hal ini adalah cikal bakal bagaimana tragedi kelam itu terjadi.      

     Monna menjelaskan jika sebenarnya hal itu bukanlah rencana yang ingin mereka realisasikan sedari awal. Awalnya mereka hanya ingin membuat sebuah organisasi massa guna mendapatkan anggota-anggota baru yang nantinya akan mereka doktrin untuk membantu mereka dalam merealisasikan tujuan akhir mereka. Namun karena mendapat apresiasi yang sangat besar dan tidak terduga dari para warga kota, akhirnya sang lelaki yang awalnya mendirikan organisasi massa itu hanya sekedar untuk mendapatkan tambahan individu saja mulai mengubah rencana awal mereka dan memutuskan jika ia akan mencoba merealisasikan tujuan akhir mereka saat itu juga, walau dengan cara yang sedikit berbeda.      

     Awalnya para pemimpin keluarga lain yang juga berasal dari kasta pertama itu menentang hal itu karena mereka menganggap jika rencana itu kurang persiapan dan belumlah sangat matang. Namun melihat situasi dan angin segar yang sedang berhembus dengan sangat kencang kepada organisasi massa yang lelaki itu bentuk, akhirnya baik Edward dan pemimpin keluarga lainnya mau tak mau harus menyetujui hal itu. Lagi pula jika hal itu berhasil untuk mereka lakukan, rasanya mereka tak perlu menunggu terlalu lama lagi untuk mewujudkan tujuan akhir mereka. Lantas apa tujuan akhir itu, tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah merebut kembali kota itu ke genggaman mereka.      

     Singkat cerita, akhirnya semua berjalan sesuai apa yang mereka inginkan. Doktrin yang mereka berikan kepada para warga yang secara sukarela tergabung ke dalam organisasi massa itu tampak berjalan dengan baik, dan di luar dugaan mereka tampaknya juga mendapatkan dukungan dari para warga kota yang tidak tergabung secara langsung ke dalam organisasi mereka. Visi dan Misi yang mereka buat sangat berkesan di hati para warga kota itu.      

      Dan seperti yang telah Davine, Hanna, dan Siska ketahui, akhirnya bentrok antar warga kota beserta anggota organisasi massa dan pihak Kepolisian pecah saat itu. Para warga dan anggota organisasi massa itu memaksa agar pemerintah kota untuk segera turun dari jabatannya. Bagi mereka pemerintahan yang telah mereka jalankan sampai saat ini telah terbilang gagal, tingginya tingkat kemiskinan, dan banyaknya sektor ekonomi yang dikuasai oleh tenaga asing menjadi keluhan besar bagi mereka.      

     Jelas itu adalah sesuatu yang sangat mereka harapkan. Saat itu rasanya keberhasilan sudah hampir berada di depan mata mereka. Namun nahas, hal itu tak berjalan lama. Menghilangnya para anak-anak yang berada di kota itu mulai memicu konflik tersendiri. Pihak Kepolisian mencurigai mereka sebagai dalang dari kasus menghilangnya anak-anak itu, dan nyatanya itu adalah benar. Monna menegaskan hal itu dengan sangat blak-blakan dalam videonya. Menurut kesaksian Monna, menghilangnya anak-anak di kota itu memanglah ulah dari organisasi massa itu, mereka yang saat itu sedang berkecamuk dalam perang melawan pihak Kepolisian itu tentu saja membutuhkan dana lebih guna mendatangkan senjata-senjata ilegal. Sedangkan kekacauan yang terjadi saat itu juga mempengaruhi beberapa sektor ekonomi yang dipegang oleh para pemimpin organisasi itu, yang di mana Edward adalah salah satunya.      

     Kekacauan kota membuat sektor ekonomi yang mereka pegang hampir lumpuh total. Hal ini tentu sangatlah berdampak bagi mereka juga, bagaimanapun mereka butuh dana besar guna menyokong keberhasilan dalam rencana yang sedang mereka jalankan saat itu. Tentu saja salah satunya adalah mempersenjatai para anggota-anggota mereka guna melakukan perlawanan pada pihak Kepolisian saat itu, dan tentunya itu bukanlah hal yang mudah. Butuh dana yang sangat besar guna menyelundupkan senjata-senjata ilegal itu hingga berhasil jatuh ke tangan mereka.      

     Karena tak memiliki banyak pilihan dan banyak waktu, akhirnya perdagangan organ menjadi pilihan paling masuk di akal saat itu. Beberapa anggota mereka mulai diperintahkan untuk mengumpulkan anak-anak terlantar dan kurang mampu di kota itu, tentu saja dengan alasan jika mereka sedang melakukan proyek kemanusiaan berupa yayasan penampungan bagi para anak-anak terlantar dan kurang mampu di kota itu. Jelas hal ini hanyalah kedok belaka. Untungnya mereka punya seseorang yang memang mempunyai fasilitas seperti itu, ia tidak lain adalah Edward yang saat itu menjadi salah satu petinggi dalam organisasi massa yang mereka buat.      

      Beberapa orang tua yang merasa tidak mampu untuk menghidupi anak-anak mereka segera masuk ke dalam perangkap itu. Mereka tidak tahu jika anak mereka nantinya tidak akan pernah kembali.      

      Tak hanya sampai di situ saja, mereka mulai melakukan penculikan pada anak-anak lain yang di mana sebelumnya para orang tua mereka telah menolak untuk menitipkan anak-anak mereka di yayasan panti asuhan milik organisasi massa mereka, sebab para orang tua itu merasa masih mampu untuk menghidupi anak-anak mereka.      

     Menghilangnya anak-anak itu segera dilaporkan oleh orang tua korban kepada pihak Kepolisian. Setelah melakukan penelusuran akan kasus itu, akhirnya pihak Kepolisian menetapkan jika organisasi massa itu sebagai terduga pelaku dalam kasus tersebut. Hal ini segera memancing gejolak di kalangan para warga, beberapa yang awalnya memberikan dukungan mereka terhadap organisasi massa itu kini mulai berpihak kepada pihak Kepolisian dan Pemerintah, terutama mereka yang menjadi korban dari kasus menghilangnya anak-anak itu. Namun di sisi lain para warga yang tetap kekeh mendukung organisasi massa itu juga mengutarakan spekulasinya, jika kabar itu hanyalah cara licik yang digunakan oleh pihak Kepolisian dan Pemerintah kota guna mencoreng nama baik organisasi massa tersebut.      

     Gejolak itu membuat situasi semakin memanas. Aksi anarkis tak terelakan lagi. Kini organisasi massa itu telah ditetapkan sebagai ancaman terorisme yang harus dimusnahkan. Awalnya pemerintah kota hanya menurunkan tim anti teror saja guna menyikapi hal itu. Para warga yang memiliki keterkaitan dan atau yang termasuk ke dalam organisasi massa itu segera ditangkap dan dipenjarakan. Ini adalah bentuk sikap tegas yang diambil oleh pihak Pemerintah saat itu. Namun sekali lagi hal ini malah hanya semakin memperburuk suasana, para warga yang tak terima akan hal itu segera melakukan perlawanan. Mereka menuntut kebebasan atas para warga yang mereka tangkap. Aksi anarkis terjadi di beberapa titik saat itu. Para warga yang pro dan mendukung organisasi massa itu mulai berani melakukan penyerangan secara terang-terangan kepada aparat kepolisian, tak hanya itu mereka juga turut mengincar para anggota parlemen pemerintahan di kota itu.      

     Aksi saling tembak terjadi di mana-mana, tak terhitung nyawa yang melayang dalam kekacauan itu, sedangkan para warga yang memilih tak ikut campur hanya bisa mengurung diri di rumah mereka masing-masing. Tentu saja suasana penuh teror itu kian terasa bagi para warga yang memilih untuk tak ikut campur dalam hal itu. Beberapa peluru nyasar bahkan sempat menewaskan para warga yang sedang bersembunyi di rumah-rumah mereka.     

     Pos-pos mulai didirikan oleh kedua belah pihak. Tampaknya dengan dibekali senjata ilegal yang mereka dapatkan, kini organisasi massa itu mampu sedikit mengimbangi gempuran yang telah diberikan oleh tim anti teror itu. Sedang sampai saat itu mereka masih berusaha menyembunyikan dan memindahkan markas dan kantor-kantor mereka dari pihak Kepolisian agar tak terjadi penyerbuan langsung di sana.      

     Peperangan antara kedua kubu itu berlangsung dalam beberapa hari. Banyaknya korban yang berjatuhan membuat pihak Pemerintah mau tak mau harus mengkaji ulang bagaimana cara untuk mengatasi hal tersebut. Hingga akhirnya sebuah keputusan gila pun kembali tercetus.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.