Anak Angkat

Misteri Pembunuhan Berantai Part2



Misteri Pembunuhan Berantai Part2

0Kehidupan Mesya dengan keluarga barunya semakin membingungkan, ada banyak sekali hal-hal yang membuat Mesya semakin resah.     

      

Selama dia tinggal dengan orang tua angkatnya, ada saja orang-orang yang meninggal secara mengenaskan.     

Terlepas ada hubungannya atau tidak peristiwa itu dengan kedua orang tuanya.     

Tapi bagi Mesya ini terasa sangat mencekam.     

Apa lagi orang-orang yang sudah mati secara mengenaskan itu pernah berinteraksi dengan dirinya.     

Sebelum mereka mati pasti mereka sudah berbuat salah dengan Mesya.     

Terasa sangat aneh, seperti bukan kebetulan. Tapi sejujurnya Mesya sendiri  masih tidak yakin akan hal itu apalagi, dia tidak bisa membuktikannya, dia hanya seorang anak kecil yang tak bisa berbuat apa-apa dan harus menuruti apa yang di katakan oleh orang tua angkatnya.     

      

"Mesya, kenapa kamu melamun?" tanya Arumi kepada Mesya.     

"Mesya, masih teringat terus dengan, Tante, yang tinggal di rumah depan," jawab Mesya.     

"Loh, kenapa kamu memikirkan wanita jahat sepertinya?"     

"Mesya bukan hanya memikirkan, Tante itu saja, tapi orang-orang yang sudah meninggal, setelah jahat kepada Mesya,"     

"Hhmm ... maksudnya?" tanya Arumi dengan mata yang melorot tajam.     

"Maksudnya kenapa selalu saja ada kebetulan aneh, seperti ini. Apa Mesya ini anak pembawa sial?"     

Arumi seketika tersenyum, "Haha, tentu saja tidak, Sayang. Mereka mati karna terkena karma atas perbuatan jahat mereka kepada, Putri tersayang Ibu ini,"     

"Apa Ayah dan Ibu yang sudah membunuh mereka?" tanya Mesya dengan wajah ketakutan.     

Arumi pun tersenyum kepada Mesya.     

"Lagi-lagi kamu menuduh Ayah dan Ibu ini seorang pembunuh, apa kami ini terlihat seperti orang jahat?"     

Mesya menundukkan kepalanya, "Tidak, Bu. Maafkan Mesya," ucap Mesya dengan wajah yang merasa bersalah.     

"Nah, begitu dong. Mesya itu harus percaya dengan kami, dan Ibu harap jangan sekali-kali menuduh kami sebagai pembunuh lagi, itu terlalu menyakitkan bagi kami. Karna kami bukanlah orang jahat," tutur Arumi.     

      

Selalu saja Arumi bisa menenangkan Mesya dengan ucapan manisnya. Mesya pun juga tak bisa berkutik lagi, dan mempercayai ucapan sang ibu.     

Padahal kejadian aneh seperti orang-orang sekitar tempat tinggal mereka yang meninggal secara tragis juga semakin sering terjadi.     

Tapi Mesya hanya bisa diam dan berusaha untuk tidak memikirkan semua itu, dalam hati gadis kecil itu terus menyangkal bahwa itu semua tidak ada hubungannya dengan keluarganya.     

      

***     

      

Di depan taman rumah, tampak David sedang duduk sendirian     

Ekspresinya seperti biasa, sangat kosong dan datar.     

Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.     

Lalu perlahan Mesya mendekat ke arah David.     

Meski dia tahu sang kaka angkat sangat dingin dan kasar, tapi Mesya tidak peduli,  dia tetap berusaha untuk mendekatkan dirinya kepada sang kaka, agar dia bisa akrab dengan David, seperti dia yang akrab dengan Arthur.     

"Kak David, boleh enggak, Mesya duduk di sini?" tanya Mesya.     

Dan David pun langsung melirik ke arah Mesya dengan sinis, tanpa jawaban apa pun.     

"Kak David, kenapa sih selalu dingin sama, Mesya?"     

Mesya menata polos ke arah David.     

"Mesya salah apa?"     

Seketika David berdiri, "Kamu itu cuman anak kecil yang lemah, sebaiknya kamu kembali ke panti!" ujar David.     

"Kak David, selalu mengatakan Mesya lemah, apa karna itu, Kak David membenci Mesya?" tanya Mesya memastikan.     

"Iya, aku sangat membenci kamu! Aku ingin kamu kembali ke panti asuhan!" tegas David.     

"Kenapa?"     

"Ya karna kamu tidak cocok bersama kami! Kamu itu terlalu polos, baik dan lemah!"     

"Tapi, Kak! Mesya ini sekarang sudah menjadi adik, Kak David!"     

"Akh! Lupakan!" ujar David, lalu dia pergi meninggalkan Mesya begitu saja.     

Mesya tampak sangat bersedih,  gadis kecil itu hanya terdiam sambil menghapus air matanya.     

Terasa begitu sakit di hatinya, dia hanya ingin memiliki hubungan baik dengan David si kaka angkat.     

Tapi nampaknya hal itu tidaklah mudah.     

"Kenapa untuk dekat dengan, Kak David, sulit sekali, padahal di panti semua suka dengan Mesya, kenapa Kak David tidak? Apa menjadi gadis yang lemah itu salah? Bukanya Mesya itu masih kecil?" gumam Mesya dengan wajah memelas.     

      

      

Dan dari Balik pintu, David mengintip Mesya dengan wajah yang terlihat bersedih.     

"Maaf, Mesya," tukas David.     

Dan tepat saat itu di belakang David sudah ada Arumi.     

"David apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Arumi.     

"Ti-tidak, Bu!" jawab David ketakutan dengan suara terbata-bata.     

"Ayo ikut dengan, Ibu!"     

"Ba-baik, Bu!"     

Arumi mengajak putranya masuk ke dalam ruangan khusus yang mereka gunakan untuk berdiskusi.     

      

"Ayo duduk," perintah Arumi.     

Dan di dalam sudah ada Charles sang ayah.     

"Ada apa lagi ini?" tanya Charles.     

"Dia membuat putri kesayangan kita menangis," jawab Arumi.     

"Apa?!"     

Charles pun menatap tajam ke arah David yang tengah menunduk.     

"Berani sekali kamu! Apa yang kamu lakukan kepadanya hah!?" tanya Charles dengan suara menggelegar.     

"Aku tidak melakukan apa pun, Ayah, sungguh!" jawab David sambil mendudukkan wajahnya.     

Charles memegang kasar dagunya David, dan nafasnya terdengar menderu kencang.     

"Sudah Ayah, bilang kalau kamu tidak boleh menyakiti, Mesya! Dia itu putri kesayangan kami!" sergah Charles.     

"Tapi, aku tidak—"     

      

Buak!     

Buak!     

Buak!     

Cples!     

Charles pun enggan mendengar penjelasan dari David, dia malah menghajar David dan mencambuk tubuh David menggunakan ikat pinggangnya.     

"Ampun, Ayah! Ampun ...." Mohon David.     

"Kali ini aku akan mengampu mu! Jadi tolong jangan di ulangi lagi!"  tegas Charles.     

"Iya, Ayah," jawab David.     

Bagus sekarang kamu kembali ke kamarmu!" perintah Charles.     

"Baik, Ayah," jawab David.     

      

David pun keluar dari ruangan itu dengan tubuh penuh luka lebam merah kebiruan, karna bekas cambukkan.     

Dan di jalan menuju kamarnya dia bertemu dengan Mesya.     

Mesya menatapnya dengan nanar, dan melirik kebagian tangan David yang ada bekas cambukkannya.     

"Kak David, kenapa?" tanya Mesya.     

"Sudah ku bilang, kamu kembali saja ke panti! Kenapa kamu masih di sini?!" ujar David.     

Mesya pun menunduk, "Tapi, Mesya tidak bisa pulang begitu saja," lirih Mesya.     

"Selama kamu berada di sini, sudah berapa saja orang yang mati?!" tanya David dengan nada menyindir.     

"Maksudnya?" tanya balik Mesya yang masih tidak paham dengan pertanyaan David.     

"Ah! Merepotkan saja!"  umpat David.     

Lalu David kembali meninggalkan Mesya sendirian.     

Sementara Mesya masih sangat bingung dan penasaran dengan apa yang  baru saja dikatakan oleh David.     

"Orang-orang yang mati gara-gara, Mesya?" Mesya menggaruk-garuk keningnya.     

"Masa iya semua gara-gara, Mesya? Memangnya Mesya salah apa?" tanya Mesya kepada dirinya sendiri.     

"Apa benar, ayah dan ibu pelakunya? Tapi apa alasannya?" Mesya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak! Tidak mungkin mereka pelakunya!"     

Meski pun ada sedikit rasa curiga di hati tapi Mesya tetap mengelak bahwa bukan kedua orang tuanya pelakunya.     

Karna di mata Mesya saat ini kedua orang tuanya itu sangatlah baik bak malaikat.     

      

"Mereka itu orang baik, tidak mungkin melakukan hal-hal buruk seperti itu, lagi pula ibu sendiri sudah bilang kepadaku, kalau mereka bukan orang jahat." Gumam Mesya.     

"Mesya, Sayang," panggil Arumi dari belakangnya.     

Lalu Mesya pun menoleh ke arah Arumi.     

"Iya, ada apa Ibu?"     

"Ayo makan, Ibu sudah siapkan daging steak spesial buat kamu!"     

      

'Yah, daging lagi, mendengarnya saja, Mesya sudah mual' batin Mesya.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.