Anak Angkat

Misteri Pembunuhan Berantai Part3



Misteri Pembunuhan Berantai Part3

0Di dalam ruang makan, terdengar denting garpu dan juga pisau yang beradu dengan piring.     

Mereka tampak sedang asyik menyantap  makan malamnya.     

      

"Mesya, kenapa kamu selalu tidak bersemangat untuk makan, apa masakan  Ibu tidak enak?" tanya Arumi kepada Mesya.     

Mesya pun segera tersentak, "Eh, enggak kok, Bu. Masakan Ibu enak sekali hanya saja, Mesya tidak suka dengan daging," jelas Mesya.     

"Kenapa, Sayang? Daging itu baik lo buat kesehatan, apa lagi untuk Mesya yang sedang dalam tahap masa pertumbuhan," jelas Arumi.     

"Tapi ...." Mesya menundukkan kepalanya.     

"Ibu, gak mau tahu, Mesya harus makan daging, kalau enggak Ibu akan marah, karna Ibu ingin anak Ibu sehat-sehat semua!" tegas Arumi.     

Mesya pun terdiam tak bergeming sambil menunduk.     

"Lihatlah, Kakak-kakak Mesya, Arthur dan David, mereka makannya lahap tuh!" ujar Arumi lagi.     

Dan seketika Arumi memotong-motong daging di piring Mesya setelah itu dia menyuapi Mesya.     

Mesya pun terpaksa memakannya.     

Padahal dia benar-benar tidak suka dengan ini semua. Rasanya ingin muntah, tapi Mesya berusaha menahannya.     

Dan itu hampir setiap hari dia lakukan, demi menuruti perintah ibunya.     

Dan perlahan-lahan, Mesya pun mulai terbiasa memakannya. Kini dia sudah tidak lagi merasa mual dan enek.     

      

"Mesya, sepertinya kamu sudah mulai suka makan daging ya?" tanya Arthur dengan nada meledek.     

"Iya, Kak. Kata Ibu daging itu baik untuk kesehatan, terutama bagi anak dalam masa pertumbuhan," jawab Mesya.     

"Bagus, memang harusnya begitu. Keluarga kita ini memang harus makan daging. Karna itu sudah menjadi ciri khas dari keluarga ini," tukas Arthur sambil tersenyum penuh arti.     

Entah apa yang di maksud Arthur.     

Mesya tidak memahaminya, dia hanya mengangguk saja.     

Sedangkan David yang berada di sampingnya tampak hanya menggelengkan kepalanya.     

David tidak terlalu suka melihat keakraban Arthur dan Mesya.     

Saat mereka tengah asyik mengobrol, David pun menaruh pisau dan garunya dengan kasar, dan saat itu juga dia meninggalkan meja makan.     

"Bu, Ayah, aku sudah selesai, sekarang aku mau ke kamar dulu ya!" tukas David, lalu Charles pun mengangguk begitu pula dengan Arumi.     

"Iya silakan, David" jawab Arumi.     

      

Mesya pun menghentikan sesaat dentuman garpu dan piringnya, dia memandang ke arah David.     

'Kenapa, Kak David, sepertinya tidak suka saat aku dan Kak Arthur mengobrol?' batin Mesya yang bertanya-tanya.     

Karna bukan sekali dua kali David pergi saat melihat Mesya dan Arthur saling mengobrol tapi sudah berkali-kali.     

Mesya merasa aneh dengan sikap David itu, meski terlihat acuh, Mesya merasa jika David itu sebenarnya orang yang baik.     

Oleh karena itu Mesya tak pernah menyerah dan selalu ingin mendekati David.     

Meski sering kali dia mendapatkan perlakuan yang kurang baik.     

      

"Ibu, Mesya sudah selesai makan, apa boleh Mesya pergi ke kamar?" tanya Mesya kepada Arumi.     

"Tentu saja, Sayang," jawab Arumi.     

      

Lalu Mesya pun pergi menyusul ke kamar David.     

Dan kebetulan pintu di ruangan kamar itu terbuka lebar, nampaknya David lupa untuk menguncinya.     

Dan tepat di saat itu Mesya pun  langsung masuk tanpa permisi.     

"Loh, Kak David, ada di mana? Kenapa pintunya tidak di tutup?" tukas Mesya.     

Dan di ruangan itu dia melihat sebuah foto dua anak kecil berwajah blasteran.     

Dua anak kecil lelaki dan perempuan serta berwajah bule itu tampak sangat akrab.     

Mereka berdua saling berpelukan, kira-kira usia mereka sekitar 5 tahunan untuk yang laki-laki dan yang perempuan sekitar 3 tahunan.     

Anak lelaki itu memiliki wajah yang tidak asing, dia sepertinya adalah David, tapi Mesya tidak begitu yakin, karna penampilannya sangat berbeda.     

"Apa benar ini adalah, Kak David?" tukas Mesya, "lalu siapa gadis kecil ini? Kenapa wajahnya sangat mirip dengan kak David?" Mesya pun meraih bingkai foto itu dan memandanginya dengan seksama.     

      

"Hey! Ngapain kamu di sini?!" tanya David yang tiba-tiba muncul di belakangnya.     

Seketika Mesya pun terkejut, dan menjatuhkan bingkai foto itu ke lantai hingga pecah berhamburan.     

Tentu saja hal itu membuat David  sangat marah.     

"Maaf, Kak David," tukas Mesya dengan wajah ketakutan dan memelas.     

"Cepat keluar!" sergah David.     

"Tapi, Kak, Mesya gak sengaja,"     

"PERGI!" pekik David.     

Mesya pun menangis dan dia pergi meninggalkan kamar itu dengan sangat terpaksa.     

Sambil berjalan pelan dia memandangi, David yang mulai memunguti pecahan kaca itu.     

"TUNGGU APA LAGI, AYO CEPAT PERGI!" teriak David lagi.     

"Iya, Kak David," Mesya segera bergegas pergi.     

      

      

***     

Di dalam kamarnya Mesya tampak sangat murung, dia merasa sangat bersalah karna sudah memecahkan bingkai foto itu.     

"Kenapa foto itu sangat berharga bagi, Kak David? Siapa gadis kecil itu?"     

Tepat pukul jam 12 malam, Mesya belum juga tertidur dan masih merasa penasaran dengan siapa foto gadis kecil itu.     

Akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar David.     

"Aku harus bisa meminta maaf, kepada Kak David, aku harap Kak David mau menerima coklat ini," tukas Mesya sambil membawa setu bungkus coklat dengan hiasan pita cantik.     

      

Namun saat Mesya hendak mengetuk pintu itu, tiba-tiba terdengar suara David yang menangis.     

"Hik, aku rindu ... Lizzy, kalau boleh memilih, aku ingin kembali. Ke masa lalu, dan aku akan menyelamatkanmu," tukas David sambil menangis.     

Suara itu samar terdengar dari balik pintu.     

"Ternyata, benar, Kak David belum tidur, dan tampaknya ... Kak David sedang menangis," gumam Mesya.     

Dan disaat dia hendak mengetuk pintu tiba-tiba terdengar seseorang yang membuka pintu di lantai bawah.     

Dan orang itu adalah Charles sang ayah.     

"Hah, Ayah," tukas Mesya dan dia pun langsung bersembunyi, sambil mengintip dari balik pembatas lantai atas.     

Mesya Melihat sang ayah membawa sebuah kantung plastik berwarna hitam dan terlihat sangat berat, dan tak lama Arumi sang ibu menghampirinya.     

"Sudah pulang, Sayang?" sapa Arumi menyambut kedatangan suaminya.     

"Iya, Sayang, tolong taruh ini di Freezer," ujar Charles.     

"Iya, Sayang!" jawab Arumi sambil menyeret kantung keresek warna hitam itu ke arah dapur.     

Mesya tampak sangat penasaran tapi dia enggan bertanya, karena kalau sampai ketahuan tengah malam begini belum tidur pasti Arumi akan marah kepadanya.     

Akhirnya saat mereka berdua masuk ke dalam kamar, Mesya pun berinisiatif untuk memeriksa freezer di tempat mereka.     

Dan ternyata saat Mesya membukanya isi di dalam Freezer itu adalah potongan daging-daging segar berukuran besar.     

"Ayah, malam-malam begini, pergi membeli daging?" tanya Mesya.     

      

Setelah mengetahuinya ternyata isinya hanya sebuah daging, Mesya pun  kembali ke kamarnya dan tidur.     

      

      

***     

Di ke esokkan harinya di sekolah, Mesya yang baru memasuki kelas, tiba-tiba mendengar sebuah kabar duka, bahwa ibunya Zahra teman dari Mesya telah meninggal dunia.     

Dan yang lebih parahnya lagi ibunya Zahra meninggal dengan cara mengenaskan yaitu dalam keadaan tubuh di mutilasi dan sebagian tubuhnya hilang entah kemana, hanya tersisa kepala tangan kaki serta tulang belulang tanpa daging.     

      

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.