Anak Angkat

Terus Menyangkal



Terus Menyangkal

0Mesya selalu heran dengan gelagat David yang terlihat tidak menyukai dengan keluarganya sendiri.     

Dia selalu murung dan tak mau turut berbaur dengan yang lainnya.     

      

Tok tok tok!     

"Kak David," panggil Mesya seraya mengetuk pintu.     

      

Ceklek!     

      

"Ada apa?" tanya David dengan ketus.     

"Apa, Mesya boleh masuk?"     

"Enggak!" jawab David dengan singkat.     

"Tapi, Mesya mau ngobrol sama, Kak David," ujar Mesya.     

"Tapi aku tidak tertarik berbicara dengan mu!" sahut David.     

Lalu David meraih gagang pintu untuk menutup pintu kamarnya.     

"Tunggu!" sergah Mesya.     

"Ada apa lagi!?" tanya David dengan ketus.     

"Kak, Mesya mohon, kasih waktu Mesya 5 menit saja, Mesya pengen ngobrol sama, Kak David!" mohon Mesya.     

"Satu menit!" sahut David.     

"Tapi, Kak—"     

"Mau atau tidak?!"     

"Iya, Kak David," jawab Mesya dengan suara yang lemas.     

Tapi dalam hati Mesya sangat bahagia, karna akhirnya David mau berbicara dengannya, walaupun David memberinya waktu hanya 1 menit saja.     

      

David membuka pintu kamarnya dengan lebar.     

"Ayo masuk." Ujar David.     

Lalu Mesya masuk ke kamar David dengan ragu-ragu.     

"Duduk," perintah David. Mesya pun duduk sambil menunduk dan menaruh kedua tangannya di atas paha.     

"Kamu, ingin bertanya apa?" tanya David.     

"Mesya, ingin bertanya banyak,"     

"Tanyakan secepatnya waktu kamu tinggal 50 detik," ujar David seraya melihat ke arah jam di tangannya.     

Mesya melirik ke arah meja, dan melihat foto dua anak kecil laki-laki dan perempuan yang kemarin ia pecahkan. Dan sekarang sudah terlihat rapi kembali dengan bingkai baru.     

Seketika Mesya langsung bertanya kepada David, karna dia penasaran dengan siapa yang ada dalam foto itu.     

"Kak, David, Mesya ingin bertanya apakah benar kalau anak lelaki itu adalah, Kak David?"      

"Iya!" jawab David singkat.     

"Lalu siapa gadis kecil yang bersama, Kaka, itu?"     

"Lizzy!"     

"Memangnya siapa, Lizzy?"     

"Dia adikku!"     

"Kalau boleh tahu, di mana, Lizzy berada?"     

"Lizzy, sudah mati!"     

"... kenapa, Kak David, tampak tidak suka mengobrol dengan anggota keluarga yang lain?"     

"Karna, aku tidak suka mengobrol!"     

"Apa, Kak David, tidak  suka dengan kami semua?" tanya Mesya sekali lagi, dengan perasaan menahan takutnya.     

Sedang kan David langsung bertolak pinggang dan menatap tajam ke arah Mesya.     

Mesya pun tampak ketakutan, karna sepertinya David akan marah kepadanya.     

"Huftt ... sudah cukup ...." David melirik ke arah jam tangannya lagi.     

"Waktu kamu sudah habis, sekarang kamu boleh keluar dari kamarku!" ujar David.     

Seketika Mesya mendongakkan wajahnya ke arah David yang sedang berdiri itu.     

"Ayo bangun! Tunggu apa lagi?!" sergah David.     

"Baik, Kak David," tukas Mesya seraya berdiri, dan dengan langkah gontainya dia meninggalkan kamar David.     

Rasanya belum puas Mesya mengobrol bersama David, ada banyak sekali hal-hal yang belum ia tanyakan kepada kaka angkatnya itu.     

      

Ceklek!     

Mesya memasuki kamarnya, lalu dia pun duduk di atas kasur.     

"Jadi gadis kecil itu bernama, Lizzy?" gumam Mesya.     

Dia duduk seraya memikirkan apa yang sedang ia tanyakan kepada Davi tadi. Seketika bayangan gadis kecil yang bernama Lizzy itu terus menggelayut di pikiran Mesya.     

"Sepertinya, hubungan Lizzy dan kak David, sangat dekat ya? Gak seperti Mesya dan kak David, mau ngobrol saja susah banget," keluh Mesya.     

      

Meskipun hanya berbicara dalam waktu satu menit saja, tapi Mesya merasa bahagia, karna ini adalah kali pertamanya, David mau berbicara dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Mesya.     

"Aku yakin, Kak David, itu sebenarnya sangat baik, hanya saja sisi baiknya tertutup dengan sikapnya yang dingin."     

Mesya mengembangkan sebuah senyuman dari wajahnya.     

"Mesya yakin, suatu saat nanti, Mesya bisa dekat dengan kak David, sama seperti Lizzy yang sangat dekat dengan kak David," ujar Mesya.     

      

Dan semenjak itu, Mesya terus berusaha mendekati David tanpa henti.     

Dia ingin David bisa bersikap baik kepadanya. Dan Mesya juga sangat yakin suatu saat nanti David akan menyayangi Mesya seperti David yang menyayangi Lizzy.     

      

      

***     

Di sekolah.     

      

Jam istirahat telah tiba, dan David tampak sedang duduk sendirian di meja kantin.     

Dan dengan senyuman manisnya Mesya berjalan mendekat ke arah David.     

"Hai, Kak David?" sapa Mesya.     

David hanya menoleh ke arah Mesya tapi tak menjawab Mesya dengan sepatah kata pun.     

"Kak, kenapa gak makan?" tanya Mesya.     

"Gak lapar!" jawab David singkat.     

"Kak, tadi ibu memberikan bekal kepada, Mesya, Kak David, mau?" tanya Mesya.     

David menggelengkan kepala tanpa menjawab dengan kata.     

Sedangkan Mesya mulai membuka kotak bekal makanannya.     

"Yah, daging lagi! Mesya bosan!" keluh Mesya.     

David tampak tersenyum sinis mendengar keluhan Mesya.     

"Kaka, saja yang makan ya? Mesya ingin jajan," ujar Mesya sambil menyodorkan kotak bekal itu ke arah David.     

"Itu bekal, khusus yang ibu buatkan untukmu, kamu, 'kan anak kesayangan, ibu. Jadi kamu harus menghabiskan bekal itu!" oceh David.     

Mesya pun tercengang mendengar ucapan David.     

Ini adalah kali pertamanya David berbicara banyak kepadanya. Biasanya hanya seperlunya dan terlalu singkat.     

Walaupun tadi terdengar seperti cercaan, tapi Mesya senang mendengarnya, karna itu seperti ocehan seorang kaka kepada adiknya.     

      

Tak sadar Mesya mengembangkan sebuah senyuman.     

"Kenapa kamu tersenyum begitu?" tanya David.     

"Habisnya, Kak David, mengocehi, Mesya!"     

"... aneh!" cerca David.     

"Kak David, sebelumnya hampir tidak pernah berbicara panjang dengan Mesya, dan yang tadi Kak David, mengomeli Mesya. Mesya jadi merasa seorang adik yang di marahi oleh kakanya," jelas Mesya.     

Seketika David pun terdiam sesaat, melihat Mesya yang tersenyum manis dan tampak sangat ceria, membuat dia teringat dengan Lizzy.     

"Kak David!" panggil Mesya dengan suara yang agak tinggi,   nampaknya Mesya sudah mulai berani bercanda dengan David.     

"Lizzy, itu pasti kalau masih hidup sepantaran dengan Mesya ya?" celetuk Mesya.     

Seketika David langsung terdiam dan tampak sangat marah ketika Mesya menyebut nama Lizzy.     

"Jangan sebut-sebut nama adikku! Dan jangan berpikir aku akan memperlakukanmu sama dengannya!"     

Seketika Mesya langsung terdiam dan menunduk.     

"Maaaf, Kak David ...," ujar Mesya yang ketakutan.     

"Habiskan daging buatan, Ibu, sekarang juga! Kamu itu, 'kan kesayangannya! Dan jangan teralu banyak berinteraksi dengan orang, karna semakin banyak orang yang iri dan benci kepada mu, maka akan semakin banyak orang yang mati karna ulahmu!" cantas David.     

David pun berlalu pergi meninggalkan Mesya.     

Mesya tampak masih menunduk, dia merasa sangat bersalah.     

Dan ucapan David yang baru saja terlontar, mulai terus membayanginya.     

"Apa maksud, kak David, berbicara begitu?"     

Mesya kembali berpikir tentang orang-orang yang sudah mati, termasuk ibunya Zahra.     

Sebelum beliau meninggal dengan cara mengenaskan, mendiang Rasty atau ibunya Zahra sempat mengatakan Mesya adalah anak yang tidak jelas asal-usulnya. Bahkan terlihat jelas Rasty juga menentang pertemanan Mesya dan putrinya.     

Setelah itu tiba-tiba terdengar kabar duka bahwa Rasty ibu dari Zahra meninggal dalam keadaan di mutilasi.     

Tapi lagi-lagi Mesya terus menyangkal. Bahwa ini bukan salahnya, dan ayah serta ibunya bukan Pelakunya.     

Mesya tidak mau berburuk sangka, karna kedua orang tua angkatnya adalah orang yang sangat baik hati di mata Mesya.     

      

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.