Anak Angkat

Sekolah Menengah Pertama Part3



Sekolah Menengah Pertama Part3

0Cuaca yang cerah di pagi ini, Mesya tampak sangat ceria berjalan menghampiri Romi.     

      

"DOR!" teriak Mesya mengagetkan Romi dari belakang.     

"Astaga! Mesya! Bikin kaget aja!" oceh Romi.     

"Haha! Maaf!"  sahut Mesya.     

Lalu mereka duduk bersama dalam satu meja.     

"Kamu mau pesan apa?" tanya Mesya.     

"Ah, enggak aku sudah membawa bekal dari rumah," ucap Romi.     

"Sama, Ibuku selalu membawakan bekal untuk ku, tapi anehnya kaka-kakakku tidak,"     

"Loh, kenapa begitu?"     

"Entalah, mereka itu terlalu menyayangiku, mungkin karna aku anak perempuan satu-satunya jadi mereka memperlakukanku, lebih istimewa di banding kaka-kakakku," tutur Mesya.     

"Oh begitu ya, ngomong-ngomong kamu membawa bekal apa?" tanya Romi.     

"Seperti biasa, dia membekaliku ini!" Mesya segera mengeluarkan makanan itu dan menujukannya kepada Romi.     

"Wah, daging?!" Kedua bola mata Romi melotot tajam. "Bukanya kamu itu tidak terlalu suka daging?" tanya Romi.     

"Iya, sih, tapi lama-lama aku menyukainya, karna Ibu terus memaksaku, mereka bilang daging itu bagus untuk kesehatan," jelas Mesya.     

"Wah, lain halnya denganku, orang tuaku melarang keras supaya aku tidak memakan daging merah seperti ini. Aku harus memakan makanan yang sehat, karna keluarga ku itu semuanya vegetarian," tutur Romi.     

"Andai saja kita bisa bertukar keluarga ya, Rom," celetuk Mesya dengan wajah yang seolah mengeluh.     

"Eh, tidak boleh begitu, Mesya. Kamu harus bersyukur karna kamu bertemu orang seperti Tn. Charles dan Ny. Arumi. Mereka itu, 'kan selain kaya raya juga baik hati, aku yakin mereka melakukan ini semua demi kebaikanmu. Seperti orang tuaku, kalau bukan karna mereka mungkin aku masih menjadi Romi, si anak tambun yang sering di tindas dan menjadi bahan bercandaan,"     

Mendengar ucapan Romi membuat Mesya merasa dirinya benar-benar anak yang tidak tahu diri. Sudah di rawat dan di besarkan oleh keluarga Davies, dengan limpahan kasih sayang dan berbagai kemewahan, tapi dia malah cemburu kepada Romi.     

      

"Sudah! Sudah! Kita makan saja yuk," ujar Romi seraya membuka kotak makannya. "Kamu mau makan punyaku?" tanya Romi kepada Mesya.     

Lalu Mesya melirik ke arah kotak makan Romi.     

"Wah, salad buah! Aku suka!" ucap Mesya yang terlihat bersemangat.     

"Kita makan bersama yuk! Atau apa kamu mau tukar makanan denganku?" tanya Romi lagi.     

Dan Mesya pun mengangguk-anggukan kepalanya.     

"Baik, silakan!" Romi mendorong kotak makanan itu ke arah Mesya.     

"Terima kasih ya, Romi!" Mesya segera memakannya dengan lahap.     

"Eh, kamu, 'kan gak boleh makan daging?!" tanya Mesya kepada Romi.     

"Iya, sih. Tapi kalau untuk sekali-kali boleh lah," jawab Romi dengan santai.     

Mereka pun tampak asyik memakan bekal mereka yang saling di tukar itu.     

Lalu tiba-tiba saja muncul David yang menghampiri mereka.     

Lalu tanpa permisi, dia merebut kotak makan milik Mesya, dan menukar kembali kotak makan masing-masing milik mereka berdua.     

"Makan milik masing-masing!" tegas David.     

Mereka berdua pun terdiam sesaat.     

"Kak David! Kenapa Kaka, ada di sini?!" tanya Mesya yang tampak kaget.     

Tapi sayangnya David tidak memedulikannya.     

"Dia siapa!?" tanya Romi seraya menunjuk ke arah David.     

"Romi, maaf ya, dia adalah, Kakakku," ucap Mesya seraya menahan tubuh Romi, agar dia tidak bertengkar dengan David.     

Karna hal ini bisa berbahaya bagi  Romi.     

      

"Jadi, pria menyebalkan ini adalah, Kakakmu?!" tanya Romi kepada Mesya.     

"Kenapa?" tanya David dengan santai namun sorot matanya terlihat sangat menyeramkan.     

Mesya menggelengkan kepalanya ke arah, Romi.     

"Please, jangan berbuat masalah, dengannya, Romi. Aku mohon ...." Bisik Mesya kepada Romi.     

Dan akhirnya Romi menahan amarahnya, lagi pula di sini dia hanya anak baru dan tentu tubuhnya kalah jauh dengan David, apa lagi Romi itu tidak pandai ilmu bela diri.     

Melihat penampilan David tentu membuatnya minder dan sedikit takut.     

      

Mereka berdua yaitu, Romi dan Mesya kembali duduk di bangku masing-masing.     

"Kamu itu sudah cukup banyak membuat masalah! Jangan bikin ulah lagi!" bentak David kepada Mesya.     

Tapi Mesya hanya terdiam membisu, tak sepatah kata keluar dari dalam bibir mungilnya.     

"Ibu membuatkan makanan ini untuk mu! Jadi tolong jangan membuatnya kecewa! Makan atau akan muncul masalah baru lagi!" tegas David sebelum pada akhirnya dia pergi.     

      

Ocehan yang sama dan selalu terulang dari mulut David setiap Mesya tidak memakan bekalnya.     

Sampai detik ini, Mesya merasa penasaran dengan ocehan David itu.     

Dia selalu marah, hanya karna bekal yang tidak makan, dan selalu mengaitkan dengan masalah-masalah baru.     

Tapi Mesya benar-benar tak berani bertanya kepada David akan hal itu, karna takut malah David akan merah kepadanya.     

      

"Sudahlah, Mesya jangan di pikirkan, sekarang Kakakmu sudah pergi, dan maaf, karna aku kamu jadi dimarahi oleh kakakmu," tukas Romi.     

"Iya, Rom. Dan akun juga minta maaf kepadamu, atas kemarahan dari kakakku, itu," ucap Mesya.     

"Iya, santai saja,"     

      

Dari kejauhan, David memandang ke arah Mesya.     

Sebenarnya dia sangat suka melihat kedekatan Mesya dengan Romi.     

Hanya dengan Romi, Mesya bisa tertawa lepas tanpa beban.     

Selama ini dia sangat kasihan melihat Mesya yang tampak tertekan, terutama saat Zahra meninggalkannya.     

Mesya tak lagi seceria ini, dan berkat kehadiran Romi, Mesya kembali ceria lagi.     

      

Namun ada sesuatu yang membuat David menjadi sangat khawatir.     

Dia takut terjadi hal buruk kepada Romi, karna Romi sudah memakan bekal itu.     

Maka dari itu, David segera datang dan melarangnya.     

Dia tidak mau melihat Mesya kembali bersedih, karna di tinggalkan oleh Romi seperti saat kehilangan Zahra sahabatnya.     

      

      

Bagi siswa dan siswi pada umumnya, bertukaran kotak makanan adalah hal yang biasa, tapi tidak dengan Mesya.     

Bekal yang di buatkan oleh sang ibu itu khusus, dan hanya boleh Mesya sendiri yang memakannya  jangankan orang lain, bahkan Arthur dan David yang sama-sama keluarganya saja tidak boleh.     

Bukan hanya masalah kecil yang akan di dapat Romi, jika sampai ketahuan memakan daging khusus itu, karna bisa jadi nyawanya yang akan menjadi taruhannya.     

      

"Aku heran, kenapa kakakmu sampai semarah itu hanya karna bekal,"     

"Entalah, tapi dulu aku juga pernah berbagi bekal dengan sahabatku yang bernama Zahra, dan Kak David melakukan hal yang sama terhadap, Zahra. Tapi lain halnya dengan kakakku, Arthur, dia malah tampak santai dan malah menertawakan kami," tutur Mesya.     

"Jadi kamu mempunyai dua kaka lelaki?"     

"Iya, namanya kak David, dan kak Arthur."     

"Oh, begitu ya, aku belum mengenal kakakmu yang satunya lagi, tapi kalau kakakmu yang tadi terlihat begitu menyeramkan."     

"Iya, kak David, orangnya sedikit kasar! Tapi kalau kak Arthur itu baik, kok,"     

"Ah, syukurlah, untung kamu masih punya kaka yang baik,"     

"Haha, iya, tentu saja,"     

Tak terasa bel masuk mulai terdengar, dan tiba waktu mereka berdua untuk masuk ke dalam kelas.     

      

      

Namun ketika Mesya dan Romi mulai pergi meninggalkan kantin itu, tampak Arthur memandangi langkah mereka berdua dari belakang, dan rupanya sejak tadi dia sudah memantau keakraban Romi dan Mesya, bahkan dia juga tahu kalau Romi sempat memakan daging itu.     

      

      

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.