Anak Angkat

Kaki Yang Terkilir



Kaki Yang Terkilir

0"Bu Lula, bertanya seolah saya adalah pelakunya, dan tatapan dari, Bu Lula, itu sangat jelas kalau, Ibu, membenci saya!" cantas Mesya.     

"Wah, kamu itu berani ya, melawan kepala sekolah sendiri! Bicara dengan nada tinggi kepada orang yang lebih tua!  Sangat tidak sopan!" ketus Lula kepada Mesya.     

      

Masih berada di dalam ruang kepala sekolah, Lula menginterogasi Mesya seakan-akan Mesya itu adalah pelakunya, padahal Lula sendiri sudah tahu kalau tidak mungkin Mesya yang masih gadis belia dan baru duduk di kelas 1 SMP itu melakukan pembunuhan sekeji itu.     

Tapi karna saking rasa bencinya kepada Mesya, dia mencari-cari alasan untuk menyudutkan Mesya.     

      

"Mesya, saya sangat salut dengan keluarga mu yang terkenal sangat terhormat dan dermawan itu, tapi kalau denganmu, entah mengapa sama sekali aku tidak pernah merasa suka," ucap Lula.     

      

Mesya tampak keheranan mendengarnya.     

Bagaimana bisa wanita itu berbicara seperti ini terhadapnya. Padahal Mesya sama sekali tak pernah berbuat salah kepadanya, lalu bagaimana wanita ini sangat membencinya.     

      

Mungkin semua berawal dari ucapan Juwita yang mengada-ngada, dan menuduhnya berbuat tidak-tidak.     

Gadis itu memang sangatlah berbakat, ketika bersandiwara, bahkan sampai membuat kepala sekolahnya percaya  dan membencinya tanpa alasan jelas.     

      

"Apa, Bu Lula, membenci saya karna ucapan Juwita waktu itu?" tanya Mesya,     

Lula mengerutkan keningnya.     

"Kenapa kamu masih menyalahkan orang yang sudah meninggal?" tanya balik Lula kepada Mesya.     

Dan Mesya pun terdiam, rasanya tak ada guna bagi dirinya untuk menjelaskan semuanya, karna terasa percuma. Lula tidak akan percaya kepadanya.     

Dia sudah terlanjur termakan oleh sandiwara Juwita.     

      

"Dan aku juga sudah tahu asal-usulmu, Mesya, oleh karna itu aku jadi tahu apa yang membuat sikapmu sangat berbeda dari keluarga Davies lainya." Ucap Lula.     

Mesya masih terdiam, dan rasanya dia ingin pergi saat ini juga tapi dia tidak mau kalau di bilang tidak sopan lagi oleh Lula.     

      

"Kamu itu ternyata hanya anak angkat ya?" tanya Lula.     

Mesya langsung melebarkan pupil matanya dan terlihat sangat kesal kepada Lula.     

Memang benar dia hanya seorang anak angkat tapi bukan berarti Lula harus ingin tahu sampai sejauh ini.     

Ini adalah urusan dirinya dan keluarga Davies, bukan urusan Lula yang hanya seorang kepala sekolah saja. Dan kalau pun Mesya hanya seorang anak angkat itu juga tak menjamin jika Mesya tidak memiliki kelakuan yang baik.     

      

"Bu Lula, saya hanya anak angkat ataupun anak kandung dari keluarga Davies, itu bukan urusan, Ibu!" tegas  Mesya.     

"Iya, saya tahu ini bukan urusan saya, tapi saya hanya ingin kamu merubah sikap buruk kamu itu. Karna kasihan keluarga angkat kamu akan malu jika tahu sifat asli kamu!"     

"Bu Lula, memang kepala sekolah saya, tapi bukan berarti anda harus ikut campur di kehidupan keluarga saya!" tegas Mesya.     

Lalu tanpa ragu gadis itu langsung berdiri dan meninggalkan Lula.     

"Hai, kamu mau kemana?!" sergah Lula. "Kita ini belum selesai bicara!" imbuhnya.     

"Saya rasa tidak ada hal penting lagi yang harus kita bicarakan!" tegas Mesya.     

"Hay! Tunggu!" teriak Lula.     

Namun Mesya tak menghiraukannya.     

Saat berjalan cepat Mesya bertebrakan dengan David, hingga mereka berdua terjatuh.     

      

Duak!     

"Maaf, Kak David, Mesya gak sengaja," tukas Mesya.     

David pun berdiri lagi lalu dia hendak berjalan meninggalkan Mesya begitu saja, namun nampaknya Mesya masih kesulitan untuk bangun, karna kakinya yang terkilir.     

      

David kembali menengok ke belakang dan menghampiri adik angkatnya itu.     

Dan tanpa berbasa-basi, David mengulurkan tangannya ke arah Mesya.     

      

Mesya tampak keheranan, kenapa David tiba-tiba melakukan ini, tak biasanya pria dingin itu peduli kepadanya.     

"Ayo, bangun! Tunggu apa lagi?" tukas David.     

Dan Mesya segera meraih tangan David, lalu berdiri.     

"Terima kasih, Kak," ucap Mesya.     

"Apa ada yang terluka?" tanya David lagi.     

"Eng-gak?" jawab Mesya terbata-bata.     

Padahal Mesya merasakan ada yang sakit di bagian angkel kakinya.     

      

"Jangan berbohong!" ketus David.     

Dan Mesya pun terdiam tak bergeming, sepertinya dia ketahuan sedang berbohong.     

"Ayo duduk di sana!" perintah David seraya menunjuk ke arah kursi.     

Mesya pun menuruti perintah David.     

Dia duduk di atas kursi, lalu David berlutut di hadapan Mesya.     

"Kak  David, mau apa?" tanya Mesya.     

Namun David tidak menjawabnya, dan dia mulai melepas sepatu milik Mesya.     

      

Mesya hanya terdiam sambil memandangi David yang sedang sibuk mencopot sepatu hingga kaus kakinya.     

      

Rasanya Mesya ingin sekali bertanya kepada David, tentang apa yang akan di lakukan sang kaka itu.     

Tapi dia takut justru David akan marah kepadanya.     

Setelah berhasil mencopoti sepatu dan kaos kaki milik Mesya, David memijat kaki Mesya yang terkilir.     

Mesya masih terdiam dan dia memandangi wajah David yang begitu terlihat fokus memijat kakinya.     

Kadar ketampanan David seolah naik drastis.     

'Ya Tuhan, apa benar ini adalah, Kakak, Mesya? Wajahnya begitu tampan. Dan kenapa jantung, Mesya menjadi berdebar-debar?' bicara Mesya di dalam hati.     

      

Dan setelah memijat kaki Mesya, David menariknya dengan kuat hingga terdengar bunyi gemertak tulang kakinya.     

Seketika Mesya berteriak kencang karna reflek.     

"Ah! Sakit! Kak David!"     

Lalu David melepaskan tangannya dari kaki Mesya.     

"Apa masih terasa sakit?" tanya David.     

Dan Mesya mencoba berdiri, lalu dia merasakan bahwa kakinya sudah tidak lagi terasa sakit.     

      

"Wah, Kak David, hebat! Udah gak sakit lagi!" ucap Mesya yang kegirangan.     

"Bagus, kalau begitu, aku akan pergi sekarang!" ujar David.     

Lalu David mulai berdiri lagi dan hendak pergi.     

"Tunggu, Kak!" sergah Mesya.     

Lalu David menoleh kearahnya.     

"Ada apa lagi?" tanya David.     

"Bisa mengobrol sebentar?" tanya Mesya.     

David terdiam, lalu dia duduk di atas kursi.     

      

"Ayo, cepat katakan, waktumu hanya 5 menit!" ketus David.     

"Ah, Kak David, ini masih belum berubah!  Selalu membatasi setiap aku ingin mengobrol dengan Kaka," protes Mesya.     

"Baik kalau tidak mau biar aku pergi sekarang juga!" ketus David.     

"Ah, jangan!" sergah Mesya. "Baik Mesya mau kok, walaupun bicara hanya 5 menit saja!" ujar Mesya seraya tersenyum manis.     

Senyuman itu membuat hati David menjadi tenang, tak terasa David pun  turut tersenyum.     

      

"Kak David, tersenyum?" tanya Mesya.     

Dan David segera menghentikan senyuman itu.     

"Tinggal 4 menit lagi!" ujar David.     

"Ah, baiklah kalau begitu? Aku mau bertanya, kenapa, Kak David tadi menolongku?" tanya Mesya.     

"Tentu saja karna, ibu!" ketus David.     

"Kenapa karna ibu?"     

"Karna ibu bilang aku harus menjaga adik perempuan ku!" jelas David.     

"Yah, Mesya kira karna Kak David, benar-benar khawatir dengan Mesya!" Wajah gadis itu tampak sangat kecewa mendengar alasan dari David.     

"Tapi tidak apa-apalah, Mesya, tetap harus berterima kasih dengan, Kak David," ucap Mesya lagi.     

"Lalu, apa yang kamu lakukan di ruang kepala sekolah itu?" tanya David.     

      

Mesya pun kembali terdiam, dia tampak bingung untuk menjawabnya, dia takut kalau David tahu dirinya yang sedang memiliki masalah dengan Lula di ketahui oleh David, dan hal itu bisa membahayakan keselamatan Lula.     

      

      

      

      

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.