Anak Angkat

Alasan Dari Sifat Dingin David



Alasan Dari Sifat Dingin David

0Suasana canggung dan ketakutan terlihat jelas dari wajah Andrea Mesya.     

Mereka berdua masih duduk di bangku yang terletak di koridor sekolah.     

"Apa benar itu semua adalah alasanmu?" tanya David memastikan penjelasan Mesya.     

      

"Ya, tentu saja, Kak, untuk apa Mesya berbohong dengan, Kak David," jawab Mesya.     

"Baik, kalau begitu waktumu sudah habis,  aku pergi!" ucap David.     

"Tunggu!" sergah Mesya.     

"Mau apa lagi?"     

"Masih 30 detik lagi, Kak David," tukas Mesya sambil tersenyum.     

"Bukannya sudah tidak ada yang mau di tanyakan lagi?"     

"Ah, iya sih, tapi apa salahnya kalau kita lebih akrab lagi, kita ini, 'kan saudara?" rayu Mesya.     

"Kalau begitu katakan dengan jujur, apa yang kamu lakukan di ruang kepala sekolah itu?" cecar David.     

      

'Ah, tidak! Harusnya tadi aku biarkan saja, Kak David, pergi,' batin Mesya.     

      

"Kenapa malah diam?"     

"Ah tidak, Kak, bukanya tadi Mesya, sudah bilang, kalau ada urusan penting. Yah ... Mesya, kan termasuk murid cerdas di sekolah ini, tentu saja, beliau ingin mengenal Mesya lebih dekat," ucap Mesya beralibi.     

"Baik kalau begitu aku pergi!" ketus David.     

Dan kali ini Mesya tidak berusaha menghentikan David, karna dia tidak mau David akan bertanya-tanya lagi tentang Lula kepadanya.     

      

      

Mesya masih menatap langkah kaki David dari belakang, David terlihat sangat gagah dan keren.     

Mesya benar-benar bangga bisa menjadi adik angkat dari David, meskipun pada kenyataannya David tidak peduli dengannya.     

      

Sebenarnya peduli sih, hanya saja Mesya tidak mengetahui, karna David sengaja menutup-nutupi rasa pedulinya.     

      

Setiap dia melihat Mesya, David langsung teringat dengan mendiang adiknya yang bernama Lizzy.     

Lizzy si gadis kecil cantik dan periang yang terpaksa meninggal karna di jadikan tumbal oleh sang paman yang bernama Wijaya Diningrat.     

Sosok pria yang menjadi musuh bebuyutan bagi keluarganya.     

      

David selalu berusaha menjauh dari Mesya, karna dia tidak mau melihat Mesya akan bernasib sama dengan Lizzy.     

Apalagi keluarganya sengaja mengangkat Mesya memang untuk menghancurkan keluarga Wijaya.     

Dengan menjodohkan Mesya dengan Satria anak dari Wijaya ketika dewasa nanti.     

      

Kalau Mesya berhasil tentu David dan yang lain akan bahagia. Namun jika Mesya gagal dan justru akan berada dalam bahaya serta mengancam nyawanya, maka tentu hal itu akan membuat David kembali hancur.     

      

Dia tidak mau kehilangan adik perempuan lagi seperti dulu.     

Lizzy dulu sangat dekat dengan David, kemana pun mereka selalu bersama.     

Bahkan boleh di bilang, Lizzy sangat bergantung kepada David, sangat manja, dan apa pun keinginan dari adik perempuannya itu selalu di turuti oleh David.     

      

Saat pertama kali David bertemu dengan Mesya, di saat itu, bayangan  Lizzy kembali hadir, sosok gadis cantik dengan senyuman yang manis di hadapannya, membuat hatinya tak karuan dan rasa takut akan kehilangan itu kembali muncul.     

Di saat itulah David berusaha sekuat tenaga membuat Mesya agar tidak betah tinggal dengan keluarganya.     

Dia selalu berbicara ketus agar Mesya sakit hati dengan begitu Mesya akan kembali ke Panti Asuhan lagi.     

David berharap agar Mesya mendapatkan orang tua angkat yang baik serta membuatnya bisa hidup normal seperti gadis lainnya.     

Namun semua tidak mudah, Mesya masih bertahan berada dalam keluarga Davies, karna Mesya terus di manja oleh anggota keluarga yang lainnya.     

Dan kedua orang tuanya tak segan menghajar David kala itu ketika dia berani menyakiti Mesya.     

      

      

"David!"     

Terdengar seseorang memanggilnya.     

Lalu David menoleh sesaat, dan ketika dia melihat yang memanggil adalah Salsa, David pun langsung memalingkan wajahnya kembali.     

"David, apa tugas matematika yang kemarin sudah selesai?" tanya Salsa.     

"Jangan menggangguku!" sergah David.     

"David, aku ini tidak mengganggumu, aku bertanya apa tugas mu sudah selesai?"     

"Belum!"     

"Wah, kalau begitu kebetulan, tugasku sudah selesai, apa kamu mau melihat punyaku?"     

"Tidak!"     

"Kenapa?"     

David tak menjawabnya.     

"Kamu tahu, 'kan, aku selalu unggul di pelajaran ini, dan sekarang dengan cuma-cuma aku memberimu contekkan lo!"  ucap Salsa dengan penuh percaya diri.     

Lalu David menghentikan langkahnya dan menatap wajah Salsa dengan tajam.     

"Kamu pikir otakku ini sudah tidak berfungsi ya?" sindir David dengan tegas.     

"Emm ... bu-bukan, begitu maksudku, Dav.  Tapi ...."     

"Simpan bukumu dan cepat pergi!" sergah David.     

"Tapi—"     

"Baik aku yang akan pergi!"     

Lalu pria itu meninggalkan Salsa begitu saja.     

Dan lagi-lagi, Salsa diabaikan. Tampak raut kecewa di wajah gadis berparas cantik itu.     

"Hah, lagi-lagi kamu di abaikan ya?" tukas Marry yang tiba-tiba muncul di belakangnya.     

"Astaga! Marry! Sejak kapan kamu berdiri di belakang ku?!" ucap Salsa yang kaget. "Kamu itu bikin orang jadi kaget aja deh!"     

"Haha! Makanya udah berhenti aja, Salsa! Jangan mengejar pria dingin itu! Kamu itu cantik, terkenal, dan seorang model pula! Masih banyak pria yang mengantari untuk mendapatkanmu!" tutur Marry.     

"Hah! Lagi-lagi kamu bicara begitu! Sudah ku bilang, 'kan, kalau aku hanya menyukai David saja!"     

"Hah! Dasar Gadis Bodoh!" cerca Marry lalu dia pergi meninggalkan Salsa.     

"Hay! Marry! Tunggu!" teriak Salsa.     

"Malas berbicara dengan gadis bodoh sepertimu!" gumam Marry.     

      

      

***     

Suasana sekolah itu sudah tampak sepi, seluruh siswa dan para staf pengajar juga sudah pulang ke rumah masing-masing.     

Namun Lula masih berada di tempat itu.     

Lula masih mengerjakan beberapa tugasnya yang belum selesai.     

      

Hanya tinggal sendiri saja, Lula tampak mengotak-atik kursor di layar monitor, sesaat dia mengetik di keyboard komputernya.     

"Ah, tinggal sedikit lagi, setelah ini aku akan pulang," ucap wanita itu.     

      

Namun dari balik kaca yang tepat berada di hadapannya, Lula merasa seperti ada sekelebat bayangan.     

Sesaat wanita itu melihat ke arah jendela.     

"Ah, pasti aku hanya salah lihat, namanya juga perut sedang lapar," ucap Lula.     

Lalu dia kembali fokus ke arah komputernya.     

      

Gludak!     

      

Terdengar benda jatuh dari arah ruang perpustakaan.     

Lula menghentikan jemarinya yang sedang mengetik, kemudian dia berdiri dan berjalan hendak melihat benda apa yang sudah terjatuh itu.     

      

Lula berjalan mengitari ruang perpustakaan dan dia mendapati sebuah kardus berisi buku-buku sudah terjatuh berserakan di lantai.     

"Astaga, kenapa bisa jatuh begini sih?" ucap Lula.     

      

Lula merapikan buku-buku itu dan memasukkan kembali ke dalam kardus.     

"Dasar Penjaga Perpustakaan, tidak tanggung jawab! Harusnya dia menaruh barang dengan benar! Agar tidak terjatuh begini!" oceh Lula.     

Lalu tiba-tiba di saat dia tengah sibuk merapikan buku-buku itu ada yang menutup wajahnya dengan sebuah plastik hitam.     

"Emm! Tolong ... Emmm ...." Teriak Lula yang tampak kesulitan mengeluarkan suara karna kepalanya masih berada di dalam kantung keresek itu.     

 Tubuhnya serasa ada yang menyeret dengan kasar, Lula sangat kesakitan dan meronta-ronta.     

Sekujur tubuhnya terasa sakit dan perih terutama di bagian kaki karna luka goresan lantai dan benda-benda yang dia lewati.     

      

Lula hanya bisa pasrah, tenaga seseorang yang membungkus kepala dan menarik tubuhnya ini sangatlah kuat, Lula benar-benar tak sanggup untuk melawannya.     

      

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.