Anak Angkat

Masih Terlalu Kecil Untuk Hal Itu



Masih Terlalu Kecil Untuk Hal Itu

Selalu saja begini, ada lagi orang yang menjadi korban setelah memiliki permasalahan dengannya.     

      

Mesya masih berdiri di depan wastafel toilet wanita, dia memuntahkan isi perutnya sejadi-jadinya.     

      

Hal yang sudah ia takutkan terjadi, Lula akhirnya mati.     

Hal yang sudah ia tutup-tutupi, jika wanita itu sudah melakukan perlakuan buruk dan berbeda kepadanya, tapi sayangnya semua itu percuma.     

Keluarga Davies mengetahui dan membunuh Lula.     

Lagi-lagi Mesya hanya menduga-duga, dia tak bisa berbuat apa-apa, dan selalu kejadian seperti ini akan selalu menggagu pikiran gadis itu.     

"Kenapa?! Kenapa semua harus terjadi kepadaku?!" teriak Mesya, hingga para murid yang sedang berada di toilet itu melihatnya.     

      

      

Mesya langsung berhenti meluapkan emosinya itu, lalu berlari keluar toilet dan menemui Romi.     

      

Di dalam toilet perempuan itu, tampak para murid mulai membicarakan tingkah aneh Mesya tadi.     

"Dia muntah-muntah, apa jangan-jangan anak SMP itu hamil?"     

"Entalah, tapi bisa saja, dia itu gadis SMP yang berpelukan dengan pacarnya di depan umum waktu itu!"     

"Owh! Pantas saja dasar, Murahan!"     

      

      

      

Mesya segera menarik tangan Romi.     

"Ayo kita pergi!" ajak Mesya.     

Dan mereka pun pergi ke stadion sekolah, yang biasanya di pakai untuk perlombaan basket dan yang lainnya.     

      

"Ayo duduk!" ajak Mesya.     

"Kenapa tadi kamu muntah-muntah? Kamu sakit ya?" tanya Romi.     

"Tidak, aku kebetulan hanya mual saja, kok!" jawab Mesya.     

"Sebentar lagi jam masuk belajar, kenapa kamu malah mengajak ku kemari?" tanya Romi.     

"Kamu lupa ya kalau hari ini itu hari Sabtu?" tanya balik Mesya.     

      

Dan seketika Romi langsung menepuk keningnya sendiri.     

"Astaga! Kenapa aku bisa lupa ya?!" ucap Romi.     

"Hah, yasudah kita berada di sini saja ya, aku bosan melihat kelas, pandangan mereka masih melihatku dengan tatapan aneh," gerutu Mesya.     

"Ah, baiklah, kalau begitu kita di sini saja, karna aku dengar hari ini akan ada pertandingan basket," ucap Romi.     

"Wah benarkah?!"     

"Iya!"     

Tak lama apa yang di ucapkan oleh Romi pun langsung terjadi.     

Saat barisan para atlet sekolahan mulai tampil.     

Mesya terperangai saat melihat ternyata ada David di antara para rombongan atlet itu.     

      

Betapa gagahnya David di mata Mesya dan para siswa yang lainnya.     

Tak terkecuali dengan Salsa.     

Gadis itu nyaris tak berkedip saat melihat David yang sangat keren dengan seragam tim basketnya.     

      

"Hey, biasa saja lihatnya," ucap Marry yang ada di samping Salsa.     

"Ah, Marry, kamu itu ganggu saja!" gerutu Salsa.     

Salsa terus memandangi David yang sedang berlari menggiring bola basket untuk memasukkan kedalam ring lawan, dan bertepatan saat itu justru David melihat juga di salah satu bangku penonton ternyata juga ada adiknya.     

David memandang Mesya sesaat, dia merasa sedikit bahagia, dan entah mengapa ada sedikit energi tambahan setelah itu.     

      

Tentu saja pandangan berbeda dari bola mata seorang David itu membuat Salsa merasa heran, sejenak gadis berwajah oriental itu menghentikan senyuman yang sejak tadi ia pancarkan ketika melihat David.     

'Kenapa, David, memandang adiknya sendiri dengan tatapan seperti itu?' batin Salsa.     

      

"Hey! Kenapa malah melamun!" teriak Marry seraya menggebrak pundak Salsa.     

"Ih, lagu-lagi bikin orang kaget!" cantas Salsa.     

"Ya lagian kamu aneh banget sih? Tadi senyum-senyum sendiri, sekarang kamu malah cemberut!"  ucap Marry.     

"Ah, iya, habisnya pandangan David terlihat berbeda," jawab Salsa.     

"Berbeda apanya?"     

"Ya beda saja pokoknya, aku tahu betul  bagaimana dengan sikap David, dia tidak pernah memandang gadis lain sampai seperti itu!"     

"Tapi dia itu adiknya, Salsa?"     

"Iya, aku tahu, Marry, tapi dia tidak seperti sedang melihat adiknya, melainkan seperti melihat gadis yang dia sukai,"     

"Benarkah?"     

"Iya,"     

"Baiklah, kalau begitu, bagaimana kalau nanti kita selidiki saja?" ucap Marry.     

"Maksudnya?!"     

"Ya kita dekati gadis SMP itu pelan-pelan dan bertanya,"     

"Ah, baiklah," jawab Salsa.     

      

      

Setelah pertandingan basket itu selesai, Salsa pun berlari menghampiri David.     

Dia membawakan sebuah handuk kecil dan juga minuman dingin.     

"David, ini buat kamu!" ucap Salsa sambil tersenyum manis.     

Awalnya David tidak mau menerima pemberian dari Salsa tapi tepat di saat itu Mesya masih duduk di bangku stadion bersama Romi, padahal penonton yang lain sudah pergi.     

Hal itu membuat David langsung menerima pemberian dari Salsa, karna dia ingin sekali membuat Mesya melihatnya dan merasa cemburu.     

Entah mengapa dia merasa ingin sekali melakukan hal ini, padahal jelas-jelas Mesya adalah adiknya sendiri.     

      

      

"Terima kasih, Salsa!" ucap David.     

Salsa pun tampak bahagia saat David menanggapinya, karna jarang sekali terjadi.     

"Wah keringatnya banyak sekali kamu sampai basah begini?" ucap Salsa. "Yaudah biar aku bantu mengelapnya ya?"     

Tanpa menunggu jawaban dari David, Salsa mengelap keringat yang menetes dari tubuh David itu dengan lembut.     

David hanya pasrah tanpa menolaknya namun pandangan David masih terfokus ke arah Mesya.     

Mesya juga melirik kearah David  dan tepat saat itu David segera memalingkan wajahnya lagi.     

      

"Kamu lihat apa sih, Dav?" tanya Salsa.     

"Ah, tidak!" jawab David ketus.     

Salsa langsung menyadari jika yang sedang di perhatikan oleh David itu adalah Mesya.     

Bahkan saat melihat ke arah Mesya, Salsa pun melihat Mesya sedang tersenyum sendiri memandangi wajah kakanya. Terlihat betul jika Mesya juga sangat menyukai sosok David.     

      

      

"Mesya, kamu suka ya sama, Kak David?" tanya Romi.     

Mesya pun langsung tersentak atas pertanyaan dari Romi.     

"Eh, Romi! Kenapa bertanya begitu?!"     

"Habisnya kamu memandangi, Kak David seperti itu," jawab Romi.     

"Ah, masa? Tapi Kak David itu, 'kan kakakku? Lalu bagaimana bisa aku menyukainya?"     

"Ya tidak masalah, Sya! Kamu itu, 'kan bukan saudara kandungnya!"     

"Ah, tapi tetap saja tidak mungkin!" tegas Mesya. "Sudahlah, Romi! Jangan bicara yang aneh-aneh!" ucap Mesya lagi.     

"Aku tidak bicara aneh-aneh, bahkan sepupuku malah menikah dengan saudara angkatnya!" ucap Romi lagi.     

"Ah, tetap saja! Aku tidak bisa memiliki kak David. Lagi pula kamu lihat, 'kan kalau Kak David sudah memiliki pacar?"     

"Pacar?"     

"Iya, lihat, 'kan gadis yang saat ini bersama, Kak David! Dia sangat cantik dan keren, benar-benar pasangan yang serasi!" ujar Mesya.     

"Gadis itu belum tentu pacarnya kak David, 'kan?"     

"Iya, sih. Tapi kamu lihat, 'kan, Rom, betapa dekat dan romantisnya mereka, lagi pula aku ini masih kecil, tidak pantas memikirkan soal pacaran, aku mau mengejar mimpiku yang besar itu."     

"Iya calon, Bu Dokter Mesya, aku tahu kamu pasti sedang berusaha keras untuk menggapai semua itu. Makanya kamu rela tinggal dengan keluar yang an—"     

"Aneh?"     

"Eh, bukan itu maksudnya, Sya!"     

"Sudahlah, Rom. Tidak apa-apa, keluarga memang sedikit aneh, tapi ya sudahlah ...  yang terpenting mereka sangat menyayangiku." Ucap Mesya.     

      

      

      

      

To  be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.