Anak Angkat

Permintaan Arumi



Permintaan Arumi

0"Kalian pikir aku tidak tahu jika kalian sering menghajar, Kak David?!" tukas Mesya dengan suara yang meninggi.     

Charles dan Arumi mendekati Mesya.     

"Hey, Nak, kamu ini bicara apa? Mana mungkin kami menghajar, David?" ujar Arumi.     

"Jangan bohong, Bu! Bahkan aku dulu sering melihat dengan mata kepalaku sendiri, tubuh Kak David selalu memar-memar dan penuh dengan luka ketika keluar dari dalam ruangan rahasia!" ujar Mesya. David menatap wajah Mesya dengan sedikit gemetar.     

Dia takut kedua orang tuanya akan menghukum Mesya, cukup dia saja yang dihukum, tidak untuk seorang anak perempuan seperti Mesya.     

Arumi tak tahan lagi dan kembali dia angkat bicara. Di sini Arumi yang berkuasa, meski Charles adalah kepala keluarga dirumah ini, tapi semua hal harus berdasarkan persetujuan Arumi.     

"Baik, Mesya, sekali lagi kami mengakui satu rahasia lagi, yah ... memang benar kami sering menghajar David, bahkan bukan hanya David, tapi juga Arthur," jelas Arumi.     

Mesya mendesis kesal dia sudah tahu jawabannya, dan dugaannya memang benar. Entah seberapa banyak rahasia yang sudah disembunyikan oleh keluarganya ini.     

"Lalu apa alasan kalian menghajar, Kak David?" tanya Masya.     

Arumi hendak menjelaskannya, tapi Charles memotong pembicaraan sang istri.     

"Ah, begini, Mesya. Sebenar kami ini buka menghajar, David, tapi kami hanya sekedar memberi pelajaran kepada putra-putra kami yang tidak bisa menjadi anggota keluarga Davies yang seharusnya," jelas Charles, dan tentu saja penjelasan itu tak cukup bagi Mesya. Dia terus menghujani Charles dan Arumi dengan pertanyaan yang beruntun.     

"Apakah harus? Memberi pelajaran kepada putra-putranya dengan tindak kekerasan? Ah ... aku lupa, hanya sekedar memukul, tentu tidak akan berarti apa-apa bagi kalian, karna bagi kalian membunuh orang saja adalah hal yang sudah biasa!" ujar Mesya.     

Meski merasa takut dengan efek dari ucapan Mesya ini, tapi David sedikit takjub dengan keberanian Mesya.     

Mesya yang dulunya seorang gadis polos dan penurut itu, kini menjadi seorang pemberontak.     

Sebuah hal yang menakjubkan bagi David, dia tersenyum.     

Rasanya sangat bangga, dia melihat ada seorang pembangkang dalam keluarga ini.     

Tapi David, mengurungkan kembali senyuman itu.     

Dia sadar ini tidak akan berlangsung lama, karna dia yakin sebentar lagi Mesya akan menyerah.     

Keluarganya begitu cerdik. Pasti mereka tetap akan bisa membuat Mesya kembali menjadi anak penurut. Mereka bisa melakukan apa pun.     

Terkadang David sendiri begitu menyesali atas takdir ini.     

Kenapa dia harus terakahir dari keluarga yang tidak normal, dan penganut aliran sesat?     

"Ayo katakan, kenapa diam?! Dimana perlawanan kalian! Apa kalian akan membunuhmu sekarang?!" tantang Mesya.     

Arumi melirik ke arah Charles, lalu mereka berdua tertawa begitu lantang, tak terkecuali Arthur. Seluruh keluarganya tertawa kecuali David. Entah dari segi mana yang lucu, mereka semua memang aneh. Menertawakan hal yang tak ada sisi komedinya sudah menjadi hal yang biasa.     

"Ayah, Ibu, apa kalian akan mencarikan adik perempuan lagi untukku?" tanya Arthur sambil tertawa, sesaat dia melirik tajam ke arah Mesya.     

Hal itu membuat Mesya sedikit merinding, 'pasti setelah ini dia akan menjadi santapan keluarganya sendiri' tapi Mesya sudah tak menghiraukannya lagi, kalau pun itu terjadi, mungkin ini adalah sebuah takdir baginya, lagi pula sampai saat ini tak ada orang yang selamat dari incaran keluarga Davies.     

"Tentu tidak, Sayang! Mana mungkin kami membunuh putri tercinta kami sendiri," tukas Arumi menjawab pertanyaan Arthur.     

"Haha haha! Benar kata, Ibumu, mana mungkin kami membunuh putri kami ini. Lagi pula tugasnya belum selesai," imbuh Charles.     

Mesya mersa dipermainkan oleh keluarganya sendiri. Mesya tak terima, karna ini bukanlah sebuah lelucon.     

"Kenapa?!" teriak Mesya. "Kenapa kalian tidak membunuhku?!" tanya Mesya.     

Arumi mendekati Mesya, dia menatap putrinya dengan tajam.     

"Karna kami masih membutuhkan dirimu!" jawab Arumi.     

"Tapi, aku tidak mau! Aku tidak sudi bila hidup dengan pembunuh seperti kalian! Ayo bunuh aku atau kalau tidak biarkan aku pergi!" pinta Mesya.     

"Tidak bisa, Sayang," jawab Arumi.     

"Tidak bisakah kau jangan memanggil ku dengan sebutan 'Sayang' hah?!"     

"Loh, kenapa?!"     

"Karna aku tidak mau menjadi putri kesayangan mu, Arumi!" tegas Mesya. Bahkan dia hanya memanggil sang Ibu dengan sebutan nama.     

Kali ini Arumi benar-benar geram, dia tak terima ada seorang anak yang sama sekali tidak sopan kepadanya. Padahal selama ini seluruh anak-anaknya selalu bersikap sopan kepadanya, serta tak pernah ada yang berani memanggilnya dengan sebutan 'Arumi'     

Ini sebuah penghinaan, bagi Arumi, deru nafasnya kian mengencang.     

Dia mulai mengangkat tangannya yang mengepal, dan hendak memukul Mesya, tapi tiba-tiba Charles memegang tangan Arumi.     

"Hentikan," lirih Charles.     

Arumi terdiam sesaat, perlahan dia menurunkan tangannya.     

Apa yang di ucapkan Charles itu benar.     

Dia sudah merawat Mesya sejak kecil, bahkan dia sudah menyayanginya sebagai mana dia menyayangi Lizzy.     

Kalau dia memperlakukan dengan tidak baik, nantinya justru akan membuat Mesya meninggalkan mereka.     

Mencari anak gadis dan merawatnya dengan sepenuh hati tidaklah mudah. Apa lagi jika gadis itu sudah mengetahui apa tujuan keluarga angkatnya mengadopsinya dirinya.     

Pasti kejadian akan berujung sebuah pemberontakan sama seperti yang dilakukan oleh Mesya saat ini. Mengadopsi anak lagi bukanlah pilihan terbaik.     

Satu-satunya cara adalah kembali memperlakukan Mesya dengan baik, agar Mesya tetap mau berada di sini.     

"Maaf, Sayang, anak ibu jadi ketakutan ya? Maafkan Ibu yang khilaf," tukas Arumi.     

Mesya mengusap air matanya dengan dengusan kesal.     

"Kenapa, tidak jadi memukulku?! Harusnya kau pukul saja aku! Bila perlu bunuh saja aku!" cantas Mesya.     

"Tidak, Sayang, tidak seperti itu,"     

"Kalau begitu lepaskan aku!" pinta Mesya.     

"Itu juga tida bisa, Mesya!" jawab Arumi.     

"Kenapa?"     

"Sudah, Ibu bilang kalau kau harus menjalankan tugasmu dulu, yaitu dengan merebut hati anak dari Wijaya, setelah kau berhasil merebut hatinya dan membunuh keluarga mereka, barulah kau boleh hidup bebas, dan kami tidak akan mengganggumu lagi," pungkas Arumi.     

Mesya tak habis pikir dengan ucapan ibunya ini, mana mungkin dia mau membunuh orang.     

Dia itu bukanlah seorang pembunuh, jangankan membunuh orang, memukul tikus yang jelas-jelas seekor binatang pengganggu saja Mesya tak sanggup, apa lagi manusia?     

Ini sebuah penawaran yang gila bagi Mesya.     

"Aku tidak mau melakukan itu, Bu!" tegas Mesya.     

"Tapi, kau tidak punya pilihan lain, Sayang, hanya itu saja pilihanmu. Mulai sekarang kau harus mempersiapkan dirimu agar bisa tumbuh menjadi gadis dewasa yang menarik, sehingga putra semata wayang Wijaya, akan tunduk kepadamu," pungkas Arumi.     

"Pilihan macam apa ini?! Mana ada pilihan hanya satu?!"     

Arumi memegang pundak Mesya.     

"Lakukan saja, jika kau masih ingin sahabatmu yang berkaca mata itu tetap hidup!" ancam Arumi.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.