Anak Angkat

David Segalanya



David Segalanya

0"Romi, tumben sekali kau ini ketinggalan berita?"     

"Memang aku benar-benar tidak tahu, Mesya, sebenarnya ada apa? Mengapa mereka tampak heboh?"     

"Romi, Kak Arthur, membuat masalah lagi," jelas Mesya dengan raut kecewa.     

"Benarkah?!" Romi langsung syok.     

Karna masalah yang dibuat Arthur itu, pasti bukan masalah kecil, tapi masalah yang teramat sangat besar.     

"Pasti dia membunuh orang lagi ya?" tanya Romi dengan nada yang berbisik.     

Dan Mesya pun menganggukan kepalanya.     

Romi terdiam dengan wajah yang pucat. Meski dia sudah tahu seperti apa menyeramkannya keluarga angkat Mesya, tapi tetap saja, di setiap ia mendengar berita pembunuhan yang dilakukan oleh keluarga Davies, pasti ketakutan kembali menggelayutinya, terlebih dia sekarang dipercaya untuk menjaga Mesya. Yang artinya kapan pun dia menhiayanati Mesya, atau bahkan membuat Mesya menangis, pasti keluarganya tidak akan tinggal diam dan mereka semua akan membunuh Romi, lalu akan menguliti serta memakan daging-dagingnya.     

"Sudah, Mesya, jangan pikirkan apa pun lagi. Ini bukan salahmu, jadi kau juga tidak perlu merasa bersalah," bisik Romi di telinga Mesya.     

"Huft ...." Mesya menghela nafas sesaat. "Terima kasih Romi, karna hanya kau yang bisa membuatku merasa tenang, di saat aku sedang kalut begini," pungkas Mesya.     

"Iya, Mesya sama-sama," Romi menepuk-nepuk pundak sahabatnya.     

***     

Tak hanya satu atau dua kali kejadian menyeramkan itu terjadi, tapi sudah berkali-kali. Bahkan sudah tak terhitung lagi.     

"Mesya, kau sudah siap untuk berlatih?" tanya David.     

"Entalah, Kak, aku tak bersemangat," jawab Mesya.     

"Kau tidak boleh malas, Mesya. Ini demi kebaikanmu, aku tak punya banyak waktu untuk melatihmu,"     

"Tapi, aku tak ingin melakukan ini, Kak!"     

"Kenapa? Dan apa yang mengganggumu?"     

"Aku bosan melihat kelakuan kalian! Aku ini hanya manusia biasa, bukan iblis seperti kalian! Aku masih punya hati nurani, aku tidak tega melihat orang meninggal dengan cara mengenaskan. Dan aku hanya bisa diam saja tanpa berani angkat bicara, padahal aku tahu semuanya! Ini beban, Kak ...!" Mesya menundukan wajahnya dan menangis sesenggukan.     

Berkali-kali dia mencoba untuk kuat, dan pura-pura tak menghiraukan segala kejadian yang menimpa orang sekitarnya, tapi semua itu nihil. Awalnya dia mengira jika dia bisa dan sempat tak panik saat mendengar orang meninggal dengan jasad yang mengenaskan, tapi hatinya terus meronta.     

Mesya tetap tak bisa menahan rasa bersalah serta rasa sedihnya.     

Mungkin jika dia mati, maka  dia tidak akan merasakan penderiataan ini. Dan dia juga tak akan pernah merasakan ketakutan karna dihantui oleh rasa bersalah ini. Tapi sayangnya, Mesya sudah berjanji kepada David, bahwa dia tidak akan melakukan percobaan bunuh diri lagi. Kekuatan terbesar  untuk tetap berada di dunia ini adalah David.     

David sangat berharga bagi Mesya, begitu pula dengan Mesya yang juga berarti untuk David.     

Hidupnya di dunia ini hanya untuk David.     

"Sudah, jangan pikirkan apapun. Kau lupakan saja orang itu? Kau tak mengenalnya bukan?" tukas David.     

"Meski aku tak mengenalnya, tapi aku dapat merasakan bagaimna sedihnya para keluarga yang ditinggalkan oleh mereka, Kak,"     

"Ssst...." David memeluk erat dan mengusap-ngusap pundak Mesya.     

"Jangan pikirkan orang lain Mesya, tapi pikirkan saja dirimu, dan diriku. Aku mohon jadilah gadis yang kuat untukku, Mesya," pinta David.     

"Memangnya kalau gadis kuat itu tak boleh menangis ya, Kak?" tanya Mesya dengan polos.     

"Sebenarnya tidak boleh, tapi khusus hari ini aku memperolehkan dirimu untuk menangis," jawab David.     

Mesya sedikit tersenyum, lalu dia juga merangkul David dengan erat.     

Tak ada tempat ternyaman di dunia ini selain  pelukan David.     

Hanya saja, 2 bulan lagi David akan pergi meninggalkannya.     

"Kak David, kalau di Inggris nanti, tolong jangan lupakan aku ya, Kak," pinta Mesya.     

"Iya, lagi pula mana mungkin aku akan melupakanmu, Mesya,"     

"Tapi bukanya Kakak, akan meluapkanku demi menuruti perintah, Ibu?"     

"Kau, 'kan kemarin yang mengajariku untuk membangkang,"     

"Hmm, iya. Aku memang ingin, Kak David, itu menjadi seorang Pembangkang, karna tak ada alasan untuk menuruti perintah jahat mereka,"     

"Hmm," David memanggutkan kepalanya, "ya ya ya,"     

***     

Obrolan masih berlanjut, hanya saja mereka sudah tidak saling berpelukan.     

"Mesya,"     

"Ya,"     

"Kau tahu tidak, kalau aku ini sudah banyak belajar darimu,"     

"Benarkah? Apa yang dapat kau pelajari dariku yang cengeng ini?" tanya Mesya.     

"Ada banyak,"     

"Bisa sebutkan?"     

"Baik aku akan menyebutkan, aku bisa belajar tentang arti cinta darimu. Dan aku juga bisa memahami apa itu arti simpati, rasa manusiawi, dan yang lainnya. Meski bagiku kau adalah seorang pembangkang, tapi hatimu sangat tulus dan baik, kau tak pernah ragu untuk menunjukkan rasa simpatimu kepada siapapun. Kau juga selalu memikirkan orang lain, ketimbang dirimu sendiri, yang satu ini terdengar bodoh memang... tapi bagiku itu sangat keren. Jarang sekali ada orang sepertimu. Kau itu sangat unik," puji David.     

"Wah banyak sekali yang dapat kau pelajari dariku, Kak?"     

"Tentu saja, kau itu inspirasiku" jawab David lagi, yang membuat hati Mesya merasa tergelitik dan kini Mesya malah tertawa.     

"Kenapa malah meneratwaiku?" protes David.     

"Habisnya, Kak David itu berlebihan membicarakanku," jawab Mesya.     

"Aku rasa tidak, karna aku ini bicara apa adanya Mesya," jawab David.     

"Masa?"     

"Ah, sudahlah. Jangan banyak bicara! Ayo cepat lakukan pemanasan! Karna kita akan segera latihan!" perintah David kepada Mesya.     

"Pemanasan?!"     

"Iya  ayo cepat!"     

"Tapi aku tidak mau latihan, Kak?"     

"Ayo, Mesya! Yang semangat dong!"     

***     

Minggu yang begitu cerah,     

Mesya masih meringkuk di dalam kamarnya.     

Cahaya mentari perlahan masuk lewat celah jendela.     

Tok! Tok! Tok!     

"Mesya,"     

"Iya, Bu! Sebentar!" sahut Mesya.     

Dia segera bangkit dan keluar dari kamarnya.     

Ceklek!     

"Mesya, ayo cepat turun dan makan bersama! Ayah dan kedua kakakmu sudah ada di bawah," ujar Arumi.     

"Baik, Bu, tunggu aku akan mencuci wajahku dulu," jawab Mesya sambil beralari.     

"Baik, kami akan menunggumu di bawah, Mesya!"     

"Iya, Bu!"     

Dia mencuci wajahnya dengan facial foam, menggosok gigi, dan yang lainnya. Setelah itu Mesya pun turun  ke lantai bawah, untuk makan bersama keluarganya.     

Sesampainya Mesya di meja makan, tampak Arthur dan yang lainya sedang asik menyantap hidangan yang dimasak oleh Arumi.     

Mesya baru teringat dengan dua pria yang di temukan di gang sempit itu.     

Mendadak prut Mesya langsung bergejolak ingin muntah.     

'Sudah pasti mereka itu sedang memakan daging manusia,' bicaranya di dalam hati.     

"Ayo, Sayang, duduk!" suruh Arumi.     

"Baik, Bu," dengan ragu-ragu Mesya duduk di kursi ruang makan, dan aroma daging itu benar-benar sedap, tapi sayangnya itu bukan daging hewan, tapi daging manusia.     

Sehingga bukannya membuat Mesya ingin memakannya, tapi justru malah membuatnya ingin muntah.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.