Anak Angkat

Makan Malam



Makan Malam

0"Bu, Ayah, aku takut ...," rengek Selena.     

"Sudah jangan takut," ujar sang Ibu.     

Dedi dan Rani menggandeng putri mereka untuk masuk ke dalam rumah.     

Tubuh Selena bergetar, takut keluarga itu tak terima saat mengetahui jika dia tidak jadi menikah dengan David.     

Selena benar-benar belum siap melihat tatapan Arumi yang selalu hangat itu berubah menyeramkan karna di kuasai oleh amarah.     

Tak masalah jika setelah ini keluarganya akan di tendang keluar, dan tidak lagi di anggap oleh keluarga Davies. Toh memang itu yang dia inginkan. Tapi yang menjadi masalah apa bila keluarga itu melakukan kekerasan atau bahkan membunuh Celine dan keluarganya.     

'Ah, aku tidak boleh berpikiran buruk, Bu Arumi, dan keluarganya itu orang-orang yang tak pernah berbuat kasar, aku yakin jika aku berbicara dengan baik-baik dan mengatakan jika aku mandul, pasti mereka akan melepaskanku dengan baik-baik pula,' bicara Selena di dalam hati.     

Dua kali Dedi menekan tombol bel rumah, dan tak lama Mesya datang untuk membukakan pintu itu.     

"Halo, selamat malam, Mesya," sapa Selena agak canggung dan sedikit menundukkan kepalanya.     

"Halo ,Kak, mari silakan masuk yang lainnya sudah menunggu kalian," ucap Mesya.     

"Baiklah, terima kasih," ujar Rani seraya mengangggukan kepalanya dengan sopan.     

Mesya juga membalas anggukan dengan sopan.     

Lalu mereka semua duduk  di ruang makan. Dan tampak menu makan malam di rumah itu sangatlah mewah.     

Baru kali ini Dedi dan Rani melihat makan malam sebanyak dan semewah ini.     

Mereka tidak mungkin mendapatkan jamuan makan malam berkelas seperti ini jika tidak di keluarga Davies.     

"Ayo silakan dinikmati makananya," ucap Arumi mempersilahkan mereka.     

Rani pun sudah tak sabar untuk segera mencicipi olahan daging yang benar-benar menggiurkan itu.     

Tangan wanita setengah tua itu mulai meraih sendok dan garpu, tapi Selena menghentikannya.     

"Bu, ingat tujuan awal kita," bisik Selena.     

"Sudah ayo dimakan, jangan ragu-ragu, saya memasak semua ini khusus untuk kalian," ujar Arumi.     

"Wah, Bu Arumi, yang memasaknya sendiri?"     

tanya Rani yang terlihat takjub.     

Arumi pun menganggukan kepalanya dengan senyuman khasnya.     

"Iya, saya hampir tidak pernah memakan masakan luar, selalu saja mengonsumsi masakan sendiri," ujar Arumi.     

"Tapi kenapa Mesya, memakan, masakan dari restoran? Itu kotak restoran yang ada di sebrang jalan komplek, 'kan?" tanya Selena.     

Seketika kedua bola mata Arumi pun manajam, harusnya tadi dia tak memberikan kotak makanan itu kepada Mesya. Sampai detik ini dia juga masih menipu Mesya, oleh karna itu dia masih memberikan kotak makan dari restoran untuk menaruh hasil masakannya agar terlihat makanan hasil membeli dari restoran. Tapi yang jadi masalah hal ini malah membuat Selena menjadi curiga kepadanya.     

Dengan segera Arumi pun mencari alasan.     

"Ah, begini Selena! Mesya memang sering membeli makanan dari luar. Hanya dia satu-satunya anggota keluarga kami yang sering membeli makanan dari luar. Kami tidak bisa melarangnya, hal ini karna selera makannya agak sulit, dia bahkan lebih baik tak makan sama sekali kalau dia tak mendapatkan makanan yang sesuai seleranya," tutur Arumi yang memberi penjelasan kepada Selena. Tentu saja dia hanya mengarang cerita saja.     

"O-oh, be-gi-tu, ya," sahut Selena, dan raut wajah gadis itu agak sedikit takut.     

'Kenapa, Kak Selena, terlihat aneh? Biasanya dia itu selalu ceria, tidak murung seperti ini? Apa dia sedang tidak enak badan ya?' bicara Mesya di dalam hati.     

Rani kembali meraih garpunya tapi Selena menghentikannya, dengan memegang lengan tangan Ibunya, dia ingin  mengatakan pada Arumi sekarang.     

"Bu, sebenarnya kedatangan kami kemari ingin menyampaikan sesuatu," ujar Selena.     

"Kau ingin mengatakan apa, Selena?" tanya Arumi.     

"Bu sebenarnya aku ini, man—"     

"Ah sudah kita makan dulu saja!" potong Arumi, "nanti setelah selesai makan baru bercerita, kami juga ingin mengatakan sesuatu kepada kalian, tentang pesta pernikahanmu dan David," ucap Arumi.     

Akhirnya Selena pun menuruti permintaan Arumi, baru setelah selesai makan nanti dia akan berbicara serius kepada keluarga ini.     

Rani tampak lahap memakan daging-daging yang menjadi menu utama malam ini. Dia baru pertama kali menikmati olahan daging seenak ini.     

"Bu Rani, bagaiamana menurut Anda, tentang masakan saya?" tanya Arumi.     

"Emm! Benar-benar luar biasa, Bu! Sangat enak! Bu Arumi, memiliki bakat sebagai Koki," puji Rani.     

"Terima kasih, Bu," ucap Arumi sambil menganggukkan kepalanya.     

Beberapa saat kemudian, mereka selesai makan malam dan mereka mulai membahas hal yang ingin mereka sampaikan.     

"Selena, kau boleh mengatakan apa yang ingin kau katanya sekarang," ujar Arumi.     

"Ibu, saja yang duluan," ucap Selena.     

"Kau saja yang duluan, Ibu akan membahasnya nanti  jika kau sudah selesai berbicara,"     

"Ah, baiklah, Bu. Kedatangan kami kemari ini karna kami—"     

Drrt ....     

"Maaf, aku pamit dulu ya, Bu!" ucap Mesya yang menyela pembicaraan Selena.     

"Kau mau kemana, Sayang? Kita ini sedang berbicara serius?" tanya Arumi.     

"Bu, Kak Satria, mengajakku pergi sekarang!" jawab Mesya.     

"Oh, begitu ya, kalau begitu hati-hati ya, Sayang," tukas Arumi.     

Dan sesaat Mesya melirik kearah David yang tampak kesal terhadapnya.     

Timbul perasaan tidak enak di hati Mesya. Tapi bagaiamna pun juga dia tetap harus pergi, dan dia yakin jika David bisa menahan persaan cemburunya.     

Selena melirik kearah David. Dia manangkap sorot mata David, yang memandang Mesya sangat berbeda. Tidak seperti pandangan seorang kakak kepada adiknya, tapi seperti seorang pria kepada kekasihnya. Selena tak heran akan hal ini, karna waktu itu dia juga mendengar ucapan Arumi yang mengatakan, 'Ibu akan merestui hubunganmu dan Mesya, jika kau bisa menjalankan tugasmu dengan baik, David!' ucapan itu masih teringat jelas di benakmu Selena.     

'Jadi selama ini, David, dan Mesya, itu saling mencintai ya? Tapi mereka itu, 'kan bersaudara? Atau jangan-jangan David dan Mesya itu bukan saudara kandung?' bicara Selena di dalam hati.     

'Ah masa bodo, itu urusan mereka! Yang terpenting bagiku sekarang harus membatalkan rencana pernikahan ini!'     

"Selena, maaf ya jadi terabaikan, kau tadi ingin berbicara apa?" tanya Arumi.     

Dan dengan tubuh bergetar Selena mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya, lalu menyodorkan kearah Arumi.     

"Apa ini?" tanya Arumi.     

"Ibu, bisa membacanya terlebih dahulu," ucap Selena.     

Dan Arumi pun langsung membacanya.     

Dia tampak sangat syok saat mengetahui jika Selena dinyatakan tidak bisa memiliki keturunan karna suatu kelainan di dalam rahimnya.     

Arumi tak percaya begitu saja,  dia menggebrak meja dan mendekatkan wajahnya kearah Selena.     

Selena sangat ketakutan, dan saat Arumi mendekat dia melihat kalung yang ia jual kemarin, melingkar di leher Arumi.     

'Itu, 'kan kalung yang sudah ku jual?!' bicara Selena di dalam hati.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.