Anak Angkat

Kencan Pertama



Kencan Pertama

0"Bu Celine, jujur saja, tidak usah malu, dan kata-kata indah itu juga untuk saya, 'kan?" tanya Arthur.     

Celine pun menundukkan kepalanya sesaat. Gadis itu tersipu malu.     

Tebakan Arthur itu memang benar, dan gambar seketsa serta kata-kata indah itu memang untuk Arthur.     

"Ayolah, Bu Celine, mengaku saja," paksa Arthur dengan suara pelan.     

Karna Arthur memaksa akhirnya Celine mengakuinya, lagi pula tidak mungkin jika dia memendam perasaan terhadap Arthur selamanya.     

Pasti suatu saat nanti Arthur akan mengetahuinya.     

Dengan wajah menunduk dan kedua mata tak berani memandang Arthur, Celine pun membenarkan tebakan Arthur.     

"Iya, Pak Arthur, gambar itu memang gambar wajah, Anda, dan tulisan itu memang untuk, Anda," jawab Celine.     

"Wah, benar-benar, tak disangka, Bu Celine, itu sangat pandai melukis dan merangkai kata, harusnya Bu Celine, itu menjadi Guru Seni atau Guru Bahasa di sekolah ini," puji Arthur.     

"Ah, Pak Arthur, bisa saja, semua itu hanya hobi dan saya tetap bangga menjadi Guru Matematika di sekolah ini," ucap Celine.     

"Ah, begitu ya, tapi aku tetap salut kepada Bu Celine. Ibu itu multi talenta, saya semakin menyukai Anda," ujar Arthur.     

"Pak Arthur tadi bilang apa? 'Suka?'" Celine mulai memancing Arthur, agar menyatakan perasaan Arthur kepada Celine.     

"Ah, Bu Celine, ini ingin sekali ya, agar saya memperjelas ucapan saya yang tadi?" ledek Arthur.     

"Tentu saja, Pak Arthur, saya tipe orang yang gampang penasaran. Apa Pak Arthur, menyukai saya?" tanya Celine secara terang-terangan.     

"Bu Celine, kenapa bertanya begitu? Apa gelagat saya keliatan sekali ya?" Arthur berbaik bertanya.     

"Ya, se-saya, hanya menebak, Pak," jawab Celine.     

Perlahan Arthur menggenggam tangan Celine lalu menatap kedua bola mata wanita itu dala-dalam.     

"Baiklah, saya mengaku ...     

yah ... saya memang menyukai, Bu Celine," jawab Arthur.     

"Benarkah?!" Celine tampak syok mendengarnya.     

Dia benar-benar tak menyangka impiannya akan terwujud.     

Celine benar sangat bahgia, ini artinya dia akan menjadi kekasihnya Arthur.     

'Astaga, dia benar-benar menyukaiku! Pak Arthur, staf pengajar yang sangat tampan dan juga kaya itu? Dan sekarang dia menjadi milikku? Haha haha! Ya, Tuhan! Aku tidak sedang bermimpi, 'kan? Aku benar-benar bahagia!' bicara Celine di dalam hati.     

Pandangan pria itu masih belum teralihkan, dia msih menatap Celine dalam-dalam.     

"Apa itu artinya, Bu Celine, mau menjadi pacar saya?" tanya Arthur memastikan.     

"Tentu saja, Pak Arthur!" jawab Celine.     

"Wah terima kasih, Bu Celine, kalau begitu nanti sepulang dari sekolah, kita akan memulai kencan pertama kita!" ajak Arthur.     

Celine pun menganggukkan kepalanya.     

"Baik, Pak! Saya mau!" jawab Celine penuh bersemangat.     

Dan setelah itu Arthur meninggalkan Celine.     

Melihat Arthur yang sudah mulai menjauh darinya, Celine pun langsung lompat kegirangan.     

"Yes! Akhirnya!"     

"Celine, kamu memang cantik, Celine! Wajar saja kalau, Pak Arthur menyukaimu!"     

"Dan setelah ini, aku akan menjadi wanita yang paling beruntung!"     

"Akan aku pastikan dia tidak akan meninggalkanku, sampai aku menjadi isterinya!"     

"Yah, aku akan menuruti suatu kemauannya, dan aku akan membuat Arthur benar-benar tak bisa meninggalkanku!"     

Celine berbicara sendiri dengan heboh di ruangannya, saking bahagianya karna menjadi kekasih Arthur. Dia tak memikirkan apapun lagi. Hari ini seperti menjadi musiknya sendiri.     

Namun kebahagian itu terhenti saat seseorang mengetuk pintu ruanganya.     

Tok! Tok!     

"Bu, Celine!"     

"Iya, sebentar!" Celine segera berjalan membukakan pintu.     

'Ah, mengganggu kebahagiaan orang saja," gumam Celine dengan bibir sedikit cemberut.     

***     

Sepulang dari sekolah sesuai dengan janji, Arthur dan Celine pergi ke suatu tempat.     

"Pak Arthur, Anda akan membawa saya kemana?" tanya Celine yang penasaran.     

"Panggil saya, 'Arthur' saja Bu Celine," ucap Arthur.     

"Kalau begitu panggil saya 'Celine' saja, tidak usah pakai 'Bu' saya lebih nyaman dengan panggilan nama saja," tukas Celine.     

"Baiklah, Celine," tukas Arthur sambil tersenyum pria itu menggandeng tangan Celine.     

Celine masih tampak malu-malu, ini kali pertamanya dia berjalan dengan seorang pria.     

Masa mudahnya hampir dihabiskankan untuk sekolah dan sekarang untuk bekerja.     

Celine memang memiliki cita-cita untuk menjadi orang kaya dan memiliki segala-galanya, oleh karna itulah dia tumbuh menjadi seorang gadis pekerja keras.     

Selain untuk dirinya sendiri dia juga bekerja untuk mencukupi kelurganya.     

Dengan menikah bersama Arthur pasti dia bisa mengubah segalanya.     

Dia bisa mewujudkan impiannya menjadi orang kaya.     

***     

"Ayo, Bu Celine, silakan masuk," ucap Arthur.     

"Ki-kita mau apa di hotel ini?" tanya Celine, agak sedikit ragu-ragu dia memasuki ruangan ini.     

"Ini hotel milik keluarga saya, dan makanan di sini terkenal enak lo," tukas Arthur.     

'Oh jadi Arthur, mengajakku karena untuk makan siang? Kupikir untuk—'     

"Mari, Bu!" Arthur kembali menarik tangan Celine.     

Memasuki restoran yang ada di dalam hotel, tampak satu meja yang ditata secara khusus untuk Arthur dan Celine.     

"Kita duduk di sini, Bu," ujar Arthur.     

"Kenapa meja kita tampak sangat berbeda?" tanya Celine.     

"Iya, saya yang menyuruh mereka untuk mendisaim khusus meja ini, agar terlihat indah," jawab Arthur.     

"Wah, saya merasa seperti seorang putri, Pak Arthur," tukas Celine bangga.     

"Iya, tapi panggil saya 'Arthur' Bu Celine, lupa ya?" ucap Arthur.     

"Astaga, saya lupa, Arthur!" Celine tersenyum malu.     

Dan tak lama para pelayanan datang membawakan makanan mewah untuk mereka.     

Celine benar-benar takjub, baru kali dia merasakan makan malam sepesial dan semewah ini dengan seorang pria.     

"Arthur, terima kasih ya, karna sudah mengajak saya makan di tempat yang mewah seperti ini," ujar Celine.     

"Iya, Celine, ayo sekarang kamu makan dulu,"     

"Iya, Arthur, sekali lagi terima kasih ya,"     

Arthur pun mengangguk sambil tersenyum.     

Setalah selesai makan siang, Arthur tak langsung mengantar Celine pulang.     

Dia malah mengajak Celine untuk menginap di hotel ini.     

"Arthur, ayo pulang sekarang," ajak Celine.     

"Celine, kau tidak ingin melihat isi hotel mewah ini?"     

"... tapi ...."     

"Ayolah, Celine, ikut denganku sebentar saja," ajak Arthur.     

Perlahan dia kembali menggandeng tangan Celine. Dan dengan raut yang masih ragu-ragu Celine menuruti ajakkan Arthur.     

Dia tak mau membuat Arthur kecewa.     

Hanya saja dia takut jika Arthur akan berbuat yang macam-macam kepadanya.     

'Ah, bagaimana kalau dia melakukan hal buruk kepadaku? Ah ... tapi aku, 'kan juga penasaran dengan kamar khusus yang sudah ia pesankan untukku? Pasti indah sekali. Lagi pula kalau dia melakukan sesuatu kepadaku, itu hal yang wajar, 'kan? Aku ini pacarnya. Dan hal itu bisa menjadi alasanku untuk tetap bersamanya,' bicara Celine di dalam hati.     

Akhirnya dengan yakin Celine masuk ke dalam ruangan kamar hotel bersama dengan Arthur.     

Baru saja membuka pintu dia disuguhi dengan ruangan hotel yang sangat indah.     

Semua bernuasan putih, dengan lantai dan ranjang di penuhi klopak bunga mawar.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.