Anak Angkat

Pura-pura Kecelakaan



Pura-pura Kecelakaan

0'Aduh, Kak David, kenapa tidak membaca pesanku sih,' bicara Mesya di dalam hati.     

Berkali-kali Mesya menengok kearah ponsel, menunggu kabar dari David.     

Akhirnya tanda ceklis dua yang awalnya berwarna abu-abu itu berubah menjadi warna biru.     

Perasan Mesya sedikit lega, yang artinya David sudah membaca pesannya.     

Tak lama ponsel bergetar, David yang sedang  menelepon Mesya.     

Dengan penuh semangat Mesya mengangkat panggilan itu. Dia mulai membuat sandiwara.     

"Halo, Kak David! Ada apa?!" tanya Mesya dengan suara yang sengaja ditinggikan.     

[....] David tak menjawabnya.     

"APA?! AYAH KECELAKAAN!" teriak Mesya hingga membuat Satria dan Wijaya yang ada di mobil itu tersentak.     

Mesya berpura-pura jika David memberutahunya bahwa sang ayah mengalami kecelakaan. Padahal David tak berkata apapun. Dia hanya menelpon Mesya, dan belum sempat berkata, Mesya malah sudah bertingkah heboh. David menangkap rencana Mesya. Dan dia mengikuti permainan itu.     

"Ada apa, Mesya?" tanya Satria.     

"Ayahku mengalami kecelakaan, Kak! Aku mohon tolong antarkan aku ke rumah orang tuaku!" pinta Mesya dengan raut wajah yang seolah-olah dibuat panik.     

"Tidak bisa, Mesya! Kau harus ikut aku ke rumah sakit sekarang!" ujar Wijaya.     

"Aku mohon, Ayah! Aku benar-benar tidak tenang! Aku harus melihat keadaan Ayahku saat ini juga!" tukas Mesya.     

"Tidak bisa!" tegas Wijaya.     

Mesya memasang wajah memelasnya. "Aku mohon, Ayah ...."     

Sehingga membuat Satria merasa kasihan terhadap Mesya.     

Satria berusaha untuk membujuk sang Ayah agar mau mengizinan Mesya melihat orang tuanya.     

"Ayah, aku mohon Ayah, tolong biarkan Mesya melihat keadaan orang tuanya. Setelah ini aku berjanji akan segera membawanya ke rumah sakit," ucap Satria.     

"Tidak bisa! Aku tidak bisa menunda lagi! Aku yakin ada yang tidak beres dengan  anak ini!" ujar Wijaya.     

Mesya kembali memutar otak untuk menggagalkan rencana Wijaya.     

"Ayah, aku mohon beri kesempatan aku untuk pulang! Setelah ini aku berjanji untuk melakukan program kehamilan dengan benar! Dan jika dalam satu bulan ini aku tidak hamil, Ayah boleh membuangku! Atau Ayah juga boleh membunuhku dan memakan dagingku! Seperti yang Ayah lakukan kepada orang lain!" Pungkas Mesya dengan mata berkaca.     

Mendengar ucapan Mesya, Wijaya langsung menghentikan mobilnya saat itu juga.     

Bibirnya menyeringai dengan tatapan tajam. Dia tak menyangka jika Mesya berani berkat ini kepadanya.     

"Baiklah, aku akan memegang ucapanmu, Mesya. Kalau dalam satu bulan ini kau tidak bisa memberikanku cucu, maka aku akan membunuhmu. Rupanya Arumi sudah bercerita banyak kepadamu ya, jika aku ini seorang kanibal? Haha! Aku sangat kagum memiliki menantu sepertimu. Kau benar-benar masih berani hidup di kandang harimau hanya demi cinta. Bahkan kau tidak tahu ya, jika anak yang kau lahirkan kelak juga aku kujadikan tumbal?" Wijaya berbicara dengan lirikan penuh arti dan senyuman aneh yang membuat bulu kuduk Mesya meremang.     

Entah apa yang sedang diisyaratkan oleh mertuanya ini. Tapi sudah jelas sesuatu yang buruk dan menyeramkan.     

"Ja-jadi bagaimana, Ayah? Apa Ayah, akan mengizinkan aku pergi ke rumah orang tuaku?" tanya Mesya dengan tubuh gemetaran.     

Wijaya menghentikan senyuman aneh itu, tapi sorot matang masih tajam tak berubah.     

"Iya, aku akan memberimu izin untuk pergi ke rumah orang tuamu. Dengan catatan kau harus menepati janjimu. Kalau kau tidak menepati janji maka aku akan membunuhmu," jawab Wijaya. Nada bicaranya sangat rendah, hanya saja bermakna ancaman.     

Mesya menganggukkan kepalanya.     

"Baiklah aku menapati janjiku, asal Ayah mengizinkanku pergi sekarang!" tukas Mesya.     

Wijaya menganganggukan kepalanya seraya tersenyum,     

"Silahkan," ucapnya.     

Sedangkan Wijaya merasa tidak tenang, dia sangat takut jika Ayahnya akan benar-benar membunuh Mesya apabila Mesya tidak segera hamil.     

Selama ini Satria sudah berusaha untuk membuat sang Ayah tidak akan membunuh Mesya walau apapun yang terjadi, dan Wijaya pun juga menuruti apa yang Satria inginkan, membukanya Satria adalah putra satu-satuya yang paling dia sayang. Tapi karna permintaan Mesya ini membuat Wijaya benar-benar ingin membunuh Mesya.     

Mesya sendiri yang seolah-olah menantang Wijaya agar membunuhnya.     

Satria tahu jika Mesya melakukan ini demi bisa melihat keadaan Ayahnya yang sedang kecelakaan, tapi seharusnya Mesya tadi tidak perlu berbicara seperti itu. Karna apa yang diucapkan sang ayah tak bisa diganggu-gugat.     

Dan Mesya sudah membuat perjanjian yang fatal. Satria tidak tahu harus berbuat apalagi untuk menyelamatkan Mesya, jika Mesya tidak bisa memenuhi keinginan Satria.     

Setelah mendapatkan izin dari Wijaya, Mesya segera turun dari atas mobil dan berlari.     

"Mesya! Tunggu!" teriak Satria.     

Tapi Mesya tidak menuruti teriakan Satria.     

"Kau lihat! Istrimu tidak mendengar teriakkanmu. Aku yakin istrimu sudah mulai bosan kepadamu," ujar Wijaya, dia sengaja menjelek-jelekkan Mesya agar Satria mulai membenci istrinya.     

"Ayah, tolong jangan mengatakan hal buruk tentang Mesya, dia bukan nengabaikanku, dia hanya sedang panik memikirkan ayahnya!" ujar Satria.     

Wijaya masih nemandang Satria dengan raut mencerca.     

"Ayah, apa akan ikut denganku untuk menengok mertuaku?" tanya Satria kepada Wijaya.     

"Aku tidak mau membuang waktuku untuk menengok Charles!" jawab Wijaya.     

"Tapi dia itu Besan-mu, Ayah!" ujar Satria.     

"Aku tidak peduli!" sengut Wijaya.     

"Ayah, benar-benar sudah keterlaluan!"     

"Hah! Aku tidak peduli! Dan aku juga tidak mau tahu, pokoknya kau harus mengantarkan aku pulang sekarang!" perintah Wijaya.     

Satria pun terpaksa mengantarkan sang Ayah pulang terlebih dahulu.     

Barulah Satria bertolak ke rumah mertuanya untuk menyusul Mesya.     

***     

Sesampainya di kediaman keluarga Davies.     

Tampak Mesya yang sedang menangisi sang Ayah. Dan Charles juga tengah duduk di atas sofa dengan kaki serta tangan yang terlilit perban, Arumi berada di sampingnya.     

***     

David sudah menyiapkan semuanya, dia bekerja sama dengan kedua orang tuanya untuk membuat drama tentang Charles yang tengah mengalami kecelakaan.     

"Kak Satria? Kakak, datang sendirian ya?" tanya Mesya.     

"Iya, Mesya. Maafkan Ayahku yang tak bisa datang," ujar Satria yang tak enak hati dengan Mesya.     

"Iya, Kak, tidak apa-apa," tukas Mesya. Gadis itu kembali memasang wajah yang bersedih untuk membuat Satria yakin jika apa yang terjadi ini nyata, dan bukan rekayasa.     

"Ayah, bagaimana keadaanmu?" tanya Satria kepada Charles.     

Lalu pria setengah tua itu pun tersenyum dan dengan lembut menjawab pertanyaan Satria.     

"Ayah, baik-baik saja, Nak," jawab Charles.     

"Ah, syukurlah. Kenapa Ayah, tidak menginap di rumah sakit kalau lukanya separah ini?"     

"Ah, tidak apa-apa, Nak? Ayah baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir. Ayah yang meminta untuk pulang, karna Ayah tidak betah berada di rumah sakit terlalu lama," pungkas Charles.     

"Ah, begitu ya, syukurlah jika Ayah baik-baik saja, setidaknya Mesya tak sepanik tadi," tukas Satria.     

"Iya, Nak," jawab Charles.     

"Terima kasih sudah menyusulku, Kak," tukas Mesya     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.