Anak Angkat

Anak Nakal



Anak Nakal

0Melihat gelagat Arthur yang begitu dekat dengan Celine membuat Charles yakin jika mereka berdua memiliki hubungan spesial.     

Awalnya Charles mengira jika mereka itu berpacaran, tapi setelah dipikir-pikir lagi, tidak mungkin Arthur berpacaran dengan wanita yang sedang hamil. Dan tak bisanya pula Arthur bersikap manis kepada seorang wanita.     

Yang artinya mereka itu telah menikah.     

Dugaan Charles diperkuat dengan menghilangnya Arthur selama beberapa bulan ini. Dan hal itu Arthur lakukan karna sengaja menutupi kehamilan sang istri, agar anaknya kelak tidak di jadikan tumbal oleh keluarganya.     

'Dasar, Anak Nakal! Bisa-bisanya dia membohongi orang tuanya sendiri! Padahal kami sedang membutuhkan seorang bayi, David tidak bisa diandalkan, sedangkan Arthur malah sembunyi-sembunyi dari kami!' Charles merutuk dalam hati.     

Dia merasa kesal dengan ulah putranya ini, tapi dia juga merasa senang. Karna dengan begitu, dia tidak perlu pusing-pusing mencarikan jodoh untuk David. Karna sebentar lagi Arthur akan memiliki seorang anak.     

Tinggal menunggu anak itu lahir, dan dia bisa mengambilnya dengan paksa.     

Charles tertawa sinis melihat kemesraan Arthur bersama istrinya.     

Setelah ia mengetahui semuanya, Charles pun memutuskan untuk pergi.     

Dia harus memberitahu Arumi saat ini juga.     

Memasuki mobil, Charles sudah disambut oleh Arumi dengan wajah penasarannya.     

"Bagaimana, Charles?     

Apa benar pemuda tadi itu, Arthur?" tanya Arumi.     

"Iya, Sayang kamu benar dia benar-benar putra kita," jawab Charles.     

"Lalu apa yang mereka lakukan? Dan siapa wanita tadi?" tanya Arumi.     

"Aku rasa dia istrinya Arthur," jawab Charles.     

"Istrinya Arthur?" Arumi terlihat syok mendengar pernyatan Charles.     

"Kau itu sedang bercanda ya?" tanya Arumi yang masih tak percaya.     

"Tidak, Arumi! Aku melihatnya sendiri, mereka terlihat begitu mesra, berkali-kali Arthur, menyentuh perut buncit wanita itu. Dia memperlakukan wanita itu dengan baik, selayaknya aku memeperlakukanmu, Sayang," tutur Charles.     

"Wah, sulit dipercaya! Arthur benar-benar anak yang kurang ajar! Bisa-bisanya dia menyembunyikan ini dari kita, Charles!"     

"Ah, sudah biarkan saja. Bukankah ini berita yang baik, 'kan? Kita bisa mengambil bayi itu ketika terlahir nanti,"     

"Ah, kau benar juga, Charles, tadinya aku sudah ingin masuk ke restoran itu dan menyeret, Arthur, keluar! Berkat ucapanmu kini aku dapat menahan emosiku," pungkas Arumi.     

"Arumi, kau itu memang harus belajar mengendalikan perasaanmu," kata Charles.     

"Iya, Charles! Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Arumi.     

"Kita biarkan saja mereka bahagia, kita pura-pura tidak tahu, Sayang. Dengan begitu Arthur tidak akan ketakutan, dan ketika bayi itu terlahir kita langsung mengambilnya dengan paksa!" Pungkas Charles, dan ide licik itu di setujui oleh Arumi.     

"Ide yang bagus, Charles! Aku sudah tidak sabar melakukan ritual menyembah Iblis, dan akan melihat Wijaya menangis atas kemenangan kita nanti!" ucap Arumi dengan semangat menggebu-gebu.     

"Tentu saja! Dan kita akan hidup dengan tenang dan dapat melakukan apapun, tanpa bayang-bayang keluarga, Wijaya!" imbuh Charles.     

Setelah mendaptakan kabar bahagia sekaligus, mengejutkan itu, mereka pun memutuskan untuk pulang.     

Rona bahagia terpancar di wajah Arumi dan Charles.     

Kehamilan Celine menurut mereka adalah anugerah. Dan apa yang mereka impikan akan menjadi kenyataan.     

***     

Sementara itu Arthur masih bermesraan bersama Celine di dalam restoran. Arthur menyuapi istrinya dengan pelan. Kebahagian tak terkira terpancar dari wajah Celine.     

Mereka tak menyadari jika calon anak mereka sedang dalam bahaya. Kerna Arumi dan Charles sudah mengetahuinya.     

"Apa kau sudah kenyang?" tanya Arthur.     

"Iya, Arthur, aku sudah kenyang. Ayo kita pilang," ajak Celine.     

"Kau tidak ingin memesan lagi?"     

"Tidak, aku benar-benar sudah kenyang. Dan ... lagi pula kita ini, 'kan harus berhemat, persalinan anak kita nanti akan membutuhkan banyak biaya, Arthur," kata Celine dengan wajah memelas.     

"Iya, Sayang. Kau benar, kita memang harus berhemat, sekarang aku hanya mengandalkan penghasilanku mengajar di 'Pelangi Senja' walau aku bisa saja meminta banyak uang dari Mesya dan Kak David, tapi aku tetap harus berusaha sendiri, karna aku tidak mau merepotkan mereka semua," pungkas Arthur.     

"Iya, Arthur, aku mengerti posisimu. Dan aku tidak akan menuntut di luar kemampuanmu," ucap Celine seraya mengusap wajah sang suami. Gadis itu tersenyum seakan memberikan semangat tersendiri bagi Arthur.     

"Terima kasih, Sayang, karna sudah mengerti posisiku," Arthur mengecup kening sang istri.     

Celine tersenyum seraya menganggukkan kepalanya.     

"Yasudah, ayo pulang," Arthur berdiri lalu mengulurkan tangannya kearah Celine.     

Wanita itu meraihnya, karna perutnya yang mulai membesar, membuatnya agak sulit berdiri.     

"Uh! Terima kasih, Arthur," ucap Celine.     

***     

Sambil mengendarai mobil, mereka mengobrol tentang anak yang ada di dalam kandungan Celine.     

"Celine, kalau anak kita lahir nanti, kau akan memberi nama apa?" tanya Arthur.     

"Karna anakku laki-laki aku ingin memberinya nama ...."     

"Eh, tunggu! Dari mana kau tahu kalau anak kita itu laki-laki?" tanya Arthur.     

Beberapa hari lalu aku melakukan tes USG, dan ternyata anak kita laki-laki," jawab Celine.     

"Astaga! Kau melakukan tes USG sendirian? Kenaoo tidak bicara kepadaku?" protes Arthur.     

"Maaf, Arthur! Kau sedang bekerja, dan aku tidak mau mengganggumu," Celine mengatakannya sambil menunduk dengan perasaan bersalahnya.     

"Astaga! Aku bisa meluangkan waktuku, kalau hanya mengantarkanmu ke dokter, Sayang," pungkas Arthur.     

"Sudah tidak apa-apa, Sayang, aku baik-baik saja. Lagi pula wanita hamil itu harus sering berolah raga, bepergian itu termasuk olahraga," ucap Celine.     

"Benarkah? Tapi sejak kapan? Setahuku olah raga itu berjalan kaki, kalau kau bepergian, 'kan naik taksi?" protes Arthur.     

"Upps, aku lupa kalau tengah berbicara dengan seorang Guru Olahraga,"     

"Ah, yasudah kalau begitu. Untuk kali ini aku mengizinkanmu, tapi lain kali kau harus mengabarimu Celine!" pesan Arthur.     

"Iya, Arthur!" ucap Celine.     

*****     

Sementara itu di kediaman keluarga Wijaya Diningrat. Mesya tengah berada di dalam kamar, dia sedang mengatur strategi untuk menyelamatkan Lizzy.     

"Kak Satria, apa aku bisa bertemu dengan Lizzy?' tanya Mesya.     

"Tidak bisa, Mesya. Ayah sedang berada di rumah." Jelas Satria.     

"Ah, sayang sekali," Mesya memasang wajah kecewanya.     

"Ah, tumben sekali kau ingin bertemu dengan Lizzy?"     

"Ya, aku tidak tahu juga. Entah mengapa wajahnya yang terbayang-bayang dalam benaku," tutur Mesya mengelabui Satria.     

Satria terdiam sesat, tidak terlalu menghiraukan pertanyaan Mesya.     

Lalu gadis itu memegang pundak Satria.     

"Kak Satria, aku rasa keinginanku untuk bertemu dengannya, sebenarnya itu keinginan anak kita," ujarnya.     

"Ah, kau ini ada-ada saja, Mesya. Memangnya ada orang hamil seperti itu?"     

"Tentu saja ada, kau bukan wanita makanya tidak bisa merasakan posisiku," mesya berbicara dengan bibir cemberut.     

"Ah, baiklah maafkan aku, Mesya. Iya, iya! Nanti aku akan mengajakmu menemui Lizzy, tapi nanti kalau Ayah, sedang lengah," ucap David menenangkan Mesya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.