Anak Angkat

Menyelamatkan Lizzy



Menyelamatkan Lizzy

0Sebenar Nadia sudah menebak jawaban Mesya tentang perasaannya terhadap Satria.     

Tapi tetap saja, dia masih merasa sedih.     

Padahal dia berharap Mesya benar-benar mencintai Satria, meski keberadaannya di rumah ini hanya karna perintah dari orang tuanya.     

Nadia hanya ingin  melihat Satria bahagia hidup bersama Mesya. Dia tahu Mesya adalah gadis yang baik, sangat cocok menjadi pasangan bagi putranya. Tapi kenyataan tak sesuai dengan keinginannya ... secara terang-terangan Mesya mengatakan bahwa dia hanya mempermainkan perasaan Satria.     

Dia hanya menjalankan sebuah misi, sehingga dengan terpaksa dia berpura-pura menjadi seorang gadis polos dan tergila-gila dengan Satria.     

"Mesya, apa tak ada sedikit pun perasaanmu kepada, Satria?"     

"Tentu saja, ada, Bu Nadia. Tapi aku terus menyangkalnya. Aku tidak boleh mencintai, Kak Satria," jawab Mesya.     

"Kenapa tidak boleh? Kalau aku berhasil nanti, aku yakin jika Satria tetap akan memaafkanmu. Dan kau akan melanjutkan kehidupan berumah tangga sebagaimana mestinya," ucap Nadia.     

"Bukanya aku tak mau menjalin hubungan yang serius dengan, Kak Satria. Apalagi dia pria yang baik dan sangat menyayangiku. Hanya saja ... aku sudah memiliki seseorang yang sampai saat ini masih menungguku. Aku tidak akan mengecawakan pria itu, Bu," jelas Masya.     

"Kau sudah memilik seorang kekasih? Dan kau juga tak ini mengecewakan pria itu, tapi kau akan membuat putraku kecewa, Mesya?" ucap Nadia.     

"Maafkan aku, Bu, tapi aku sudah berjanji dengan pria itu. Kami bersepakat untuk hidup bersama ketika terbebas nanti," Mesya menjelaskan dengan raut wajah yang bersungguh-sungguh.     

"Siapa? Dan di mana dia sekarang?" tanya Nadia penasaran.     

"Dia, Kakak Angkat ku sendiri, Bu Nadia," jawab Mesya.     

"Apa yang kau maksud itu, David?"     

"Iya,"     

"Kenapa dari banyak pria kau malah menyukai kakakmu sendiri?"     

"Entalah ... tapi memang itu yang kurasakan, Bu. Aku jatuh cinta kepada Kakak Angkatku, sendiri,"     

"Mesya! Bagaimana jika Arumi tahu semua ini? Dia tidak mungkin menyetujuinya 'kan?"     

"Ibu, sudah berjanji kepadaku, bahwa dia akan menyetujuinya. Dan Ibu juga sudah berjanji akan membiarkan kami bebas," jelas Mesya.     

Kini tak ada lagi rahasia di antara mereka berdua.     

Kenyataan memang terkadang menyakitkan, tapi akan lebih baik dari pada menyimpannya.     

Tak apa jika Nadia merasa kecewa sekarang dari pada kecewa di akhir dan hal itu akan membuat Nadia semakin sakit hati.     

"Bu, apa kau akan membenciku karna sudah tahu semuanya?" tanya Meaya dengan sedikit keraguan.     

"Kalau kau melakukan kejahatan tanpa alasan yang kuat, aku pasti akan membencimu, Mesya. Tapi karna aku sudah tahu alasanmu, aku pun akan berusaha untuk memaafkanmu. Kau juga menginginkan kebebasan, begitu pula aku. Oleh karna itu ayo lebih semangat lagi berusaha agar kita menang!" Nadia menyemangati Mesya.     

Mesya mearasa sangat bahagia ternyata Nadia tidak marah kepadanya. Bahkan sekarang dia masih terus mendukungnya.     

Nampak wanita itu sudah mulai merasa lelah menjadi seorang budak dalam keluarga ini.     

"Mesya!" Terdengar suara Satria yang memanggilnya.     

"Iya, Ada apa, Kak?"     

"Mesya, aku dan Ayah, ada urusan, kalau kau butuhkan apa-apa bilang saja kepada, Bu Nadia," ucap Satria.     

"Baik, Kak!" jawab Mesya.     

Ini adalah kesempatan yang tepat untuk membebaskan Lizzy.     

Setelah Wijaya dan Satria meninggalkan rumah, kini Mesya langsung menarik tangan Nadia dan mengajakmu pergi menuju kediaman Lizzy.     

"Mesya! Kenapa menarik tanganku dengan kasar?!"     

"Maafkan aku, Bu Nadia, aku ingin, Bu Nadia, membantuku sekarang," ucap Mesya.     

"Tapi kemana? Kau harus mengatakannya sekarang!"     

"Aku akan mengatakannya di dalam mobil nanti,  Bu!" ucap Mesya.     

Akhirnya Nadia pun menuruti ajakan Mesya.     

Baru setelah masuk ke dalam mobil taksi, Mesya menceritakan semuanya.     

Nadia pun tak keberatan dengan ajakan Mesya.     

Dengan senang hati dia mengikutinya.     

Lagi pula Nadia memang sudah tak tahan melihat Lizzy yang menderita.     

"Semoga rencana kita ini berhasil, Mesya!"     

"Iya, Bu! Aku harap begitu! Aku ingin semua ini segera berakhir!"     

"Baiklah, Mesya, ayo samangat! Kita pasti berhasil!" Nadia tampak menggebu-gebu.     

Cekit!     

Mobil berhenti di tempat tujuan. Dengan segera mereka menutupinya dan masuk ke dalam gerbang.     

"Bu Nadia, tolong ajak pergi Suster yang menjaga Lizzy ya!" suruh Mesya.     

"Baikan, Mesya. Aku akan mengajaknya pergi, kau harus masuk secepatnya setelah aku pergi ya,"  ujar Nadia.     

"Baik, Bu,"     

Mesya berjalan menjauh dan mencari tempat persembunyian.     

Kemudian Nadia mengetuk pintu rumah itu.     

Tok! Tok! Tok!     

Ceklek!     

"Eh, Bu Nadia, sudah lama tidak berkunjung!" sapa Perawat itu dengan ramah.     

"Rita, maukah kau pergi bersamaku?"     

"Kemana, Bu?"     

"Aku ingin mentraktirmu makan di restoran," jawab Nadia.     

Mendengarnya Rita pun sangat bergembira.     

"Wah, yang benar? Bu Nadia, akan mengajaku makan di restoran?"     

"Tentu saja!"     

"Tapi ...."     

"Tapi apa, Rita?"     

"Tapi bagaimana dengan, Nona Lizzy? Dia akan berada di rumah sendirian?"     

"Ah, soal itu kau tenang saja. Dia akan baik-baik saja," ucap Nadia meyakinkan Rita.     

"Tapi, bagaimana aku bisa yakin kalau dia akan baik-baik saja? Dia itu di rumah sendirian, Bu!"     

"Nadia, kita pergi saja, sudah tidak ada waktu!" sergah Nadia, seraya menarik tangan Rita.     

"Tapi—"     

"Huft ... Rita, Lizzy itu tak bisa bicara! Dan dia hanya bisa diam dan tak bisa pergi kemana-mana, tanpa di suruh oleh siapapun!" ujar Nadia.     

Dan Rita pun akhirnya menuruti ajakan Nadia.     

Lagi pula dia juga mulai bosan karena harus berada di rumah dan menjaga Lizzy sepanjang waktu.     

***     

Setelah Nadia dan si Perawat meninggalkan rumah, disaat itulah Mesya langsung membuka pintu dan masuk.     

Ceklek!     

"Berhasil!" Dengan langkah cepat dia menuju kamar Lizzy dan mengajaknya keluar.     

"Lizzy, ayo ikut aku sekarang!" ajak Mesya.     

Lizzy hanya terdiam dengan tatapan kosong, tapi dia mau menuruti ajakan Mesya.     

Dia seperti mengerti apa yang diperintahkan Mesya, tapi dia tak bisa melontarkan kata dari mulutnya. Lizzy seperti sebuah boneka yang dengan mudah di kendalikan tanpa perlawanan.     

Mesya menghentikan sebuah mobil taksi yang kebetulan lewat di depannya. Dan setelah itu dia mengajak Lizzy masuk dan berlalu pergi.     

Dalam perjalanan, tak lupa Mesya mengabari David, dan yang lainnya bahwa dia sudah bersama Lizzy.     

Tentu saja kabar ini disambut dengan suka cita oleh keluarganya.     

Mereka benar-benar tak sabar menanti kedatangan Lizzy.     

*****     

Beberapa menit telah berlalu dan akhirnya Mesya sampai di tempat tujuan.     

Cekit!     

Mobil berhenti tepat di depan gerbang.     

Mesya segera menarik Lizzy masuk ke dalam.     

Dan di depan rumah Arumi sudah menunggunya.     

Baru saja beberapa langkah memasuki gerbang Arumi langsung berlari dan memeluk Lizzy.     

"Lizzy! Anakku!" tukasnya dengan derai air mata.     

"Sayang! Ibu, merindukanmu, Ibu tidak percaya bisa memelukmu saat ini, Sayang!" Arumi menangis sambil tersenyum.     

To be continued     

0


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.