Anak Angkat

Dia Bagian Dari Kami!



Dia Bagian Dari Kami!

0Tiba-tiba tubuh Mesya pun melemas dan jatuh di atas lantai.     

"Mesya!" teriak Arumi. Wanita itu segera menghampiri Mesya, dan menolongnya, di bantu oleh Charles.     

"Sayang, ayo kita bawa masuk ke rumah saja!" ajak Charles.     

"Iya, Charles!" sahut Arumi.     

Sementara David, dan Arthur, berusaha mengalahkan Wijaya dan Satria.     

Wijaya memang sudah lemah sejak tadi. Akibat serangan yang di layangkan oleh Mesya.     

Sehingga dengan mudah, David melumpuhkan Wijaya, hanya dengan satu pukulan saja. Dan dia menyeret tubuh Wijaya yang sudah pingsan menuju ke ruang rahasia.     

"Hay, mau kau bawa kemana Ayahku?!" teriak Satria.     

Duak!     

Arthur melayangkan sebuah pukulan tepat di kepala Satria, hingga Satria pun kembali terjatuh. Tak cukup dengan satu pukulan Arthur kembali menyerang Satria dengan gerakan memutar siku, lalu menghunjamkan ujung siku kebagian punggung Satria.     

Satria pun langsung tak sadarkan diri.     

"Haha! Hanya ini saja kempuanmu?" cerca Arthur.     

Dia juga menyeret tubuh Satria dan membawanya masuk ke dalam gudang.     

***     

Mesya masih belum sadarkan diri. Dia terbaring di atas kasur, sedangkan Arumi dan Charles masih menunggunya untuk tersadar.     

"Sayang, kenapa dia belum sadar juga?" tanya Charles.     

"Biarkan saja, Sayang, dia sedang menyesuaikan diri," sahut Arumi.     

"Lalu apa yang akan kita lakukan, Arumi?"     

"Kau tunggu di sini dulu, Charles, aku akan membuatkan sup daging hangat untuknya," ucap Arumi. Kemudian Arumi pergi ke dapur, dan memasak sup daging untuk Mesya.     

Dia membiarkan Charles menunggu Mesya sendirian.     

"Dia hampir saja membunuh putriku, meski dia bukan putri kandungan kami, tapi dia juga berharga bagi kami. Hanya saja, kalau tadi Wijaya masih tetap ingin membunuh gadis ini, aku pun tak akan mempertahankanya, karna Kitab Kuno itu lebih berharga dari apapun!" gumam Charles.     

Berbeda dengan sang istri, Charles lebih santai jika kehilangan Mesya.     

Tak seperti Arumi yang begitu panik.     

Beberapa saat kemudian, Arumi datang dengan membawakan semangkuk sup.     

Tentu saja ini bukan sembarang sup. Ini adalah sup yang terbuat dari daging manusia.     

Arumi mengkhususkan untuk Mesya.     

Mesya yang saat ini kondisi sedang kurang baik, dia membutuhkan asupan makanan yang bergizi, untuk memulihkan kesehatanya kembali.     

Arumi yakin setelah memakan sup buatannya maka kondisi Mesya akan berangsur membaik.     

Perlahan Arumi mendekat dan mengelus rambut putrinya dengan lembut. Dan terlihat gerakan kedua mata gadis itu yang mulai mengernyit, akhirnya Mesya tersadar.     

"Sayang, apa kau baik-baik saja," tanya Arumi.     

"Ibu, kepalaku pusing," tukas Mesya dengan suara yang lemah.     

"Makan dulu, Sayang, tubuhmu pasti lemas, 'kan?"     

"Ia, aku memang lemas, Bu," jawab Mesya.     

"Oleh karna itu ayo cicipi sup buatan Ibu," Arumi menyodorkan sendok yang sudah berisi sup buatannya.     

"Tapi, sup apa ini?" Mesya menggelengkan kepalanya, dan berusaha menolak tawaran ibunya.     

"Ini, sup daging buatan Ibu yang sangat lezat," jawab Arumi.     

"Tapi aku tidak mau makan daging manusia!" bentak Mesya.     

"Ayolah, Sayang, coba kau cium dulu aromanya," Arumi mendekatkan mangkuknya dengan hidung Mesya.     

Mesya menuruti permintaan sang Ibu, dan dia mencium masakan itu.     

Seketika Mesya seperti terhipnotis, lidahnya seakan tak sabar untuk mencicipi masakan sang Ibu.     

Mesya seperti tak bisa mengendalikan dirinya sendiri.     

"Mana! Biar aku makan sendiri saja, Bu!" tukasnya penuh antusias.     

"Bagus, Sayang, kau sekarang sudah mulai membaur dengan kami, Ibu sangat bahagia," ucap Arumi.     

Dia tersenyum seraya memandangi Mesya yang dengan lahap menyantap masakan itu.     

Setiap makanan yang diam-diam ia berikan kepada Mesya, secara perlahan-lahan mampu membuat Mesya menjadi berubah seperti Arumi dan yang lainnya.     

Kini Mesya memiliki ikatan yang kuat dengan keluarga ini, dan rencananya untuk meningalkan rumah ini serta hidup bebas pun mendadak lenyap.     

Pikirannya dapat berubah dalam sekejap mata.     

Iblis dapat keluar masuk pada tubuhnya.     

Sesaat Mesya menjadi dirinya sendiri, dan sesaat dia dikuasai oleh Iblis. Dan tak bisa mengendalikan dirinya sendiri.     

Dia bisa menjadi jahat dalam sekejap mata, tapi dia juga bisa menjadi baik dalam waktu yang singkat.     

Setiap dia memakan daging manusia maka tubuhnya akan berubah menjadi kuat, dan ketika emosinya mulai melonjak, dan di saat itulah tubuhnya di kendalikan oleh Iblis.     

"Bagaimana, Sayang, masakan buatan, Ibu, enak, 'kan?" tanya Arumi dan Mesya menganggukan kepalanya.     

"Bagus, ayo makan yang banyak, Sayang," Arumi tersenyum tipis dengan sorot mata yang mengandung banyak arti.     

*****     

Arthur dan David, keluar dari dalam ruang rahasia.     

Dan menghampiri Arumi serta Charles. Mereka hendak bertanya tentang rencana selanjutnya.     

"Ayah, Ibu, apa yang akan kita lakukan dengan dua orang itu?" tanya Arthur.     

"Biarkan mereka istirahat sejenak, setelah itu kita akan melakukan permainan yang seru terhadap dua orang bodoh itu!" jawab Arumi.     

"Kau sudah merencanakan apa pada, Tua Bangka, itu, Sayang?" tanya Charles.     

Arumi tersenyum licik menanggapi pertanyaan Charles.     

"Awalnya aku ingin, membununya secara mengenaskan, memotong kepala, atau mengulutinya hidup-hidup! Tapi ... setelah kupikir-pikir, akan lebih baik jika mempermainkan mental pria itu," jelas Arumi.     

"Apa yang akan kau lakukan kepadanya, Sayang?" tanya Charles.     

"Charles, aku akan menggunakan, Satria, segai tumbal untuk menyelamatkan, Lizzy, sementara, Wijaya akan menyaksikan putranya, yang meregang nyawa," tutur Arumi.     

"Tapi kenapa harus begitu? Kenapa kau tidak menggunakan Wijaya saja sebagai tumbal ritual nanti! dengan begitu kau juga bisa melihat Satria yang kesakitan?" protes Charles.     

"Itu kurang menarik, Sayang! Karna kupikir melihat orang yang dia kasihi meninggal secara mengenaskan di hadapannya, itu jauh lebih menyakitkan ketimbang menguliti tubuhnya hidup-hidup, atau menjadikan, Tua Bangka, itu sebagai tumbal!" ucap Arumi dengan seringai penuh ambisi.     

"Wah, kau pasti ingin agar Wijaya merasakan apa yang kau rasakan dulu ya?" tanya Charles.     

"Tentu saja, Sayang, aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan dulu, saat aku melihat kekuargaku mati di hadapanku secara mengenaskan. Aku masih merasa sakit jika mengingatnya! Dan aku ingin Wijaya juga merasakan hal itu!" pungkas Arumi.     

Tak terasa kedua matamu mulai meneteskan cairan bening. Arumi selalu bersedih jika mengingat peristiwa kelam itu.     

Karna ditinggalkan oleh seluruh keluarganya, Arumi harus berjuang sendirian. Mungkin kalau tidak bertemu dengan Charles, Arumi tidak akan menjadi wanita tangguh seperti sekarang.     

"Baiklah, Sayang ... terserah kau saja, kami akan selalu mendukungmu. Karna kebahagiaanmu adalah bagian dari kami, Sayang," ucap Charles.     

Sementara itu David melihat kearah Mesya, tampak Mesya yang begitu lahap memakan sup buatan sang Ibu.     

Dan dia baru menyadari jika Mesya tidak seperti gadis yang ia kenal.     

'Tak biasanya, Masya, mau memakan masakan Ibu, apa lagi makan dengan lahap seperti ini?' bicara David di dalam hati.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.