Anak Angkat

Bantu Aku



Bantu Aku

0Mesya masih dirundung dilema, di sisi lain dia ingin membebaskan Satria, tapi di sisi lain dia juga tidak mau membuat David dan keluarga yang lainnya kecewa.     

Mesya masih terdiam di taman belakang, tempat yang menjadi favoritnya di rumah ini. Di tempat inilah Mesya lebih sering menghabiskan waktu, terkadang bersama dengan David. Tapi kali ini dia memilih sendiri, karna dia pikir David pun tak akan mau menghampirinya, karna masih kesal dengan sikap Mesya yang selalu membela Satria.     

Raut wajah cemburu masih terpancar pada pria itu, Mesya menangkapnya. Bahkan karna hal itu dengan sengaja Mesya menjauh dari David.     

***     

Tapi apa yang dipikirkan oleh Mesya itu ternyata salah ... nyatanya David masih menghampirinya.     

Kehadirannya secara tiba-tiba membuat Mesya sedikit kaget.     

"Mesya," David menyapa.     

Lalu gadis itu mendengakkan kepalanya secara reflek.     

"Ka-kak David?"     

"Kau pasti masih memikirkan, Satria, ya?"     

"Iya," jawab Mesya sambil menundukkan kepalanya.     

"Apa kau benar-benar jatuh cinta kepadanya? " tanya David.     

"Tidak!" jawab Mesya dengan tegas.     

"Kalau begitu apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya David.     

Mesya menghela nafas sejenak.     

Lalu dia berkata, "Aku kasihan dengan, Kak Satria. Dia itu bukan orang jahat, dia tidak pentas dijadikan tumbal!" jelas Mesya.     

"Mesya, tapi—"     

"Kak, aku minta bantuanmu untuk melepaskan Kak Satria! Aku mohon, Kak ...." Ucap Mesya.     

Mesya memasang tangan David, dan menggenggam tangan David dengan erat, sambil menatap matanya dalam-dalam.     

"Kak, aku mohon, aku sudah menyakiti hatinya, dan aku tidak mau melihatnya mati, karna menjadi korban atas keserakahan ayahnya dan keluarga kita!" Mesya memasang wajah memelas, "yang seharusnya mati itu, Tuan Wijaya! Bukan, Kak Satria!"  pungkasnya.     

"Mesya, tapi kau tahu, 'kan kalau aku ini sama denganmu, Mesya. Kita tidak bisa berbuat apa-apa," ucap David.     

"Aku yakin, kau bisa membantumu, Kak! Selama ini, kita bisa menyembunyikan, Kak Arthur, dan Kak Celine, itu artinya kita juga bisa menyelamatkan, Kak Satria!" ucap Mesya.     

"Permasalahan Arthur, dan Satria, itu tidaklah sama, Mesya?"     

"Iya, aku tahu memang keduanya memiliki permasalahan yang beda, tapi kalau kita bekerja sama, aku yakin kita pasti kita bisa menyelamatkan, Kak Satria!" tegas Mesya.     

"Tap, Mesya—"     

"Akh mohon, Kak ...." Mesya masih merengek pada David. Hingga pada akhirnya David pun mau menuruti permintan Mesya.     

Karna tak tega, lagi pula setelah beberapa kali bertemu dengan Satria, David mulai mesra jika Satria itu memang orang baik. Membalas dendam kepada Wijaya saja sudah cukup tidak perlu harus Membalasnya pula dengan Satria.     

"Baiklah aku akan membantumu, tapi aku juga tidak tahu harus memulaanya dari mana, Mesya!"     

"Aku sudah memikirkanya. Kak David siap-siap saja, nanti malam aku akan mengabarinya,"     

***************************     

Malam telah tiba, dan Mesya mulai melancarkan aksinya bersama dengan David, mereka berdua secara diam-diam masuk ke ruang rahasia.     

Mesya mengajak David, karna dia tahu David memiliki kunci serep untuk memasuki ruang rahasia.     

Ceklek!     

Pintu pun terbuka, dan suara langkah kaki mereka membangunkan Satria dan Wijaya.     

Perlahan Mesya menyalahkan lampu, dan langsung mendekati Satria, handak membuka gembok yang memperkuat ikatan rantai di tubuh Satria. Tapi belum sempat membukanya, Satria malah membentak Mesya.     

"Kau mau apa datang kemari!?" tanya Satria.     

"Tentu saja aku ingin melepaskanmu, Kak!" jawab Mesya.     

"Kau tidak usah melepaskanku, apabila ayahku tidak kau lepaskan juga!" ujar Satria.     

"Maaf, Kak. Tapi aku hanya bisa melepaskanmu saja," jawab Mesya.     

"Tidak perlu! Kalau aku harus mati pun, aku sudah siap! Dari pada aku hidup tapi ayahku mati secara mengenasakan! Aku bukan anak yang tak tahu diri!" jelas Satria.     

David merasa kesal dengan sikap Satria.     

"Sudahlah, Mesya! Biarkan saja dia! Pria tidak tahu diri sepertinya itu tidak butuh pertolongan kita!" ujar David.     

"Tapi, Kak! Aku tidak ingin melihat Bu Nadia, bersedih karna memikirkan keadaan putranya! Saat ini beliau sedang menunggu kedatangan, Kak Satria!" jelas Mesya.     

Mendengar Mesya menyebut kata Nadia, membuat Satria, benar-benar yakin jika Nadia memang ibu kandungnya. Mesya benar-benar tak berbohong soal Nadia, buktinya dia sampai rela akan melepaskannya, padahal kalau Arumi sampai tahu hal ini sudah pasti, Mesya akan mendapatkan masalah yang besar.     

"Mesya! Kalau kau ingin melepaskan Satria, kau pun juga harus melepaskanku!" teriak Wijaya.     

"Maaf, Tuan, tidak bisa!" jawab Mesya singkat.     

"Sial!" umpat Wijaya yang geram. dengan jawaban Mesya.     

Lalu Mesya kembali memanggil David untuk membantu membuka gembok rantai, karna tangan Mesya tak kuat untuk membukanya, rantainya terlalu keras. Tapi David masih ragu untuk melakukannya, karna bisa saja Satria akan berbalik menyerangnya, dan membebaskan Wijaya.     

Tapi Mesya terus merengek, terlihat sekali jika gadis itu hanya berfokus pada keselamatan Satria saja, dan tidak peduli dengan keselamatan sendiri.     

Padahal ini adalah tindakan yang bodoh, usaha keluarganya selama bertahun-tahun untuk menghabisi Wijaya bisa gagal.     

"Ayo, Kak! buka!" sergah Mesya.     

"Mesya, bagaimana kalau—"     

"Ayo lakukan saja, Kak!"     

Satria masih diam, sedangkan Wijaya malah menertawakan aksi Mesya bersama David secara diam-diam.     

'Dasar, Anak Bodoh! Kalau sampai dia berhasil membuka rantai di tubuh Satria, sudah pasti Satria akan menolongku!' bicara Wijaya dalam hati, dan bibirnya tak sadar mulai tersenyum.     

Sedangkan Satria hanya bisa pasrah, dia tak peduli dengan apa yang dikatakan Mesya, dan sejujurnya Satria pun juga enggan keluar dari tempat ini.     

Dia tidak mau kalau sampai dihantui rasa bersalah, karna sudah meninggalkan sang Ayah dalam keadaan seperti ini.     

Namun belum sempat membuka gembok itu, tiba-tiba saja Arumi dan Charles pun datang menghampiri mereka.     

"Hey! Apa yang kalian lakukan di sini?!" teriak Charles, dia segera menampar wajah David, dan merebut kunci yang ada di tangannya.     

"Berani sekali kalian akan melepaskan tawanan kita?!" bentak Charles yang murka.     

Sementara Mesya dan David, pun hanya terdiam dengan kepala yang menunduk.     

Arumi juga memasang wajah yang murka, dia mendekati kedua anaknya itu.     

"Kalian itu jangan bodoh! Kalau Wijaya, sampai lepas usaha kita selama bertahun-tahun, akan sia-sia!" ocehnya. Lalu Arumi menjambak rambut David secara paksa.     

"David! Apa kau sudah rindu hukuman?!" tanya Arumi.     

Seketika Mesya langsung memohon kepada ibunya agar tidak menghukum David.     

"Bu, tolong jangan hukum, Kak David, hukum aku saja, karna ini semua salahku!" ujarnya dengan derai air mata.     

"Benarkah?" Arumi menoleh kearah Mesya. "Kau benar-benar sudah siap untuk di hukum ya?" Arumi bertanya dengan nada sinis.     

Mesya sedikit kaget, tak biasanya Arumi mengatakan ini.     

Biasanya walau ini salahnya, tapi salalu David yang jadi sasarannya.     

'Apa Ibu, berkata begitu karna dia sudah tidak menyayangiku?' bicara Mesya di dalam hati.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.