Anak Angkat

Hukuman



Hukuman

0Arumi berjalan mendekati Mesya dengan sorot mata yang menyeamkan. Terlihat sekali jika saat ini Arumi benar-benar marah dengan putrinya.     

Bisanya dia masih bisa menahanya, tapi kali ini dia benar-benar sudah habis kesabaran.     

Ada sedikit ketakutan dalam hati Mesya, hanya saja dia harus siap menerima konsekuensi atas perbuatannya.     

"Jadi benar ini semua karna salahmu?" tanya Arumi.     

Dengan bibir bergetar Mesya menganggukkan kepalanya.     

"Benar, Bu. Aku yang salah, aku yang sudah mengajak, Kak David, kemari ... jadi kalau Ibu ingin menghukumku, aku siap menerima hukuman itu," ucap Mesya.     

David pun turut angkat bicara.     

"Mesya, itu bohong, Bu! Aku yang salah! Bukan dia!" ujar David membela Mesya.     

Tentu saja dia tak mau kalau sampai orang tuanya menghukum Mesya.     

"Bohong, Bu! Kak David, itu bohong! Aku yang bersalah!" ujar Mesya.     

Arumi malah pusing sendiri menghadapi David, dan Mesya, yang saling berebut kesalahan.     

"DIAM!" teriak Arumi, "kalian ini benar-benar membuatku pusing!" keluhannya.     

Arumi kesal dengan prilaku kedua anaknya ini.     

Dia bingung harus menghukum yang mana? Mesya dan David, saling menutupi kesalahn satu sama lain, dia tidak tahu mengapa semua anaknya kini berubah.     

Mesya, yang berani melawan, David, yang selalu berbohong, dan Arthur, yang rela meninggalkan kelurga hanya demi seorang wanita.     

"Kalian ini benar-benar membuat Ibu, pusing! Kenapa kalian sekarang menjadi anak yang pembangkang!? Ayah, dan Ibu, membesarkan kalian penuh kasih sayang, agar kalian menjadi anak yang penurut! Lalu mengapa sekarang kalian malah melawan, dan sering sekali membohongi kami?!" Arumi benar-benar murka, dia meluapkan segala kekesalannya atas perlakuan anak-anaknya.     

David dan Mesya, masih terdiam tanpa kata, dan mereka sama-sama menundukkan kepalanya.     

Arumi pun menyeret kedua anaknya untuk masuk ke dalam gudang. Lalu menguncinya di dalam.     

Dengan begitu, Arumi dan Charles, bisa sedikit tenang karna tidak akan ada yang mengganggu mereka untuk menyiksa Wijaya.     

Arumi berencana untuk mengurung mereka ke dalam gudang itu hingga ritual pengembalian jiwa Lizzy selesai dilakukan     

"Melihat kekompakan antara Mesya, dan David, membuat Satria merasa iri sekaligus cemburu.     

Dia merasa jika dirinya tidak seberuntung David, dan Mesya, karna mereka memiliki banyak saudara, sehingga mereka bisa melalukan apapun dan bekerja sama dengan satu sama lain. Tidak seperti dirinya yang apa-apa harus sendiri.     

Andai saja dia memiliki saudara sejak kecil pasti dia sudah melakuan kenakalan, atau bahkan pemberontakan untuk meninggalkan sang Ayah. Namun sayangnya dia hanya sendiri, dan satu-satunya orang yang ia miliki adalah ayahnya, jadi mau tidak mau dia harus menyayangi sang Ayah dengan sepenuh hati, karna di dunia ini hanya Wijaya yang ia miliki.     

Selain itu Satria juga cemburu dengan kebersamaan David dan Mesya di dalam gudang, karna dengan begitu mereka malah bisa menghabiskan waktu berdua saja di sana.     

Rasa cemburu itu muncul setelah dia tahu bahwa Mesya dan David memiliki hubungan yang spesial.     

***************************     

Arthur sedang berada di sekolah "Pelangi Senja" dan dia sedang melakukan rutinitasnya seperti biasa.     

"Selamat pagi, Pak Arthur,"  sapa seorang siswi.     

"Selamat pagi, Anita," sahut Arthur.     

Sepanjang koridor Arthur selalu membalas sapaan para murid-muridnya.     

Kehidupan di sekolah tampak normal.     

Dan bebrapa bulan ini keadaan sekolah juga lumayan serabil, tidak ada berita kematian yang menggemparkan seperti biasanya.     

Semenjak dia menjalani kehidupan bersama Celine, Arthur sudah tidak lagi memikirkan tujuan awalnya  berada di sekolah ini, yaitu membuat kekacauan, dengan membuat teror kematian secara beruntun.     

Sekarang Arthur benar-benar fokus bekerja dengan bersunguh-sungguh, dia mulai memikirkan nafkah untuk menghidupi istri dan calon anaknya nanti.     

Bersyukur Mesya masih memberinya kesempatan untuk berada di sekolah ini, sehingga dia masih memiliki sumber pendapatan.     

Kini Arthur menjabat sebagai kepala sekolah di "Pelangi Senja"     

Arthur yang biasanya tak pernah  memiliki rasa tanggung jawab akan suatu hal, kini dia benar-benar memegang teguh rasa tanggung jawabnya. Dia tidak ingin membuat Mesya kecewa, karena sudah memberinya kesempatan untuk berada, dan mengelola di sekolah ini.     

Tok! Tok!     

"Iya, masuk!" sahut Arthur.     

Ceklek!     

Seorang wanita muda masuk ke ruangan Arthur.     

"Selamat pagi, Pak Arthur?" sapa wanita itu.     

"Selama pagi, Bu Risa," sahut Arthur.     

Wanita itu bernama Risa seorang guru baru di sekolah ini.     

Sejak pertama masuk, wanita itu memang sudah menunjukkan, sikap yang berbeda, seperti memiliki ketertarikan terhadap Arthur.     

Arthur bisa memahami hal itu, tapi dia tidak mau memperdulikannya.     

Dia masih memikirkan Celine. Lagi pula Arthur sendiri tidak tertarik dengan Risa.     

Arthur sekarang lebih fokus mengurus pekerjaan dan Celine, mungkin kalau keadannya masih seperti dulu, pasti keberadaan Risa saat ini sudah ia manfaatkan.     

"Ada yang bisa saya bantu, Bu Risa?" tanya Arthur.     

"Emm ... maaf, Pak, saya datang kemari karna saya ingin  memberikan ini untuk, Pak Arthur," Wanita itu menyodorkan sebuah kotak makanan. Bibirnya mesem agak malu-malu.     

"Bu Risa, memberikan makanan itu untuk saya?" tanya Arthur.     

Risa masih tersenyum dan dia menganggukkan kepalanya.     

"Ia, Pak! Itu kue buatan saya, orang bilang kue buatan Saya itu enak lo, Pak. Dan Saya ingin agar, Pak Arthur, mencicipinya juga," pungkas Risa.     

"Baiklah, untuk kali ini saya akan menerima kue buatan, Bu Risa tapi lain kali, Bu Risa, tidak perlu repot-repot membawakan kue untuk saya," ucap Arthur.     

Risa terlihat kecewa mendengar ucapan Arthur.     

"Pak Arthur, kenapa bicara begitu? Apa, Pak Arthur tidak suka kue buatan saya?" tanya wanita itu.     

"Bukannya tidak suka, Bu Risa, tapi saya sudah memiliki seorang istri, dan saya tidak mau tindakan Bu Risa, ini membuat istri saya jadi salah paham," jawab Arthur.     

"Pak Arthur, sudah punya istri?!" Risa tampak syok mendengarnya.     

"Bukanya, Pak Arthur itu, masih sendiri ya?" tanya Risa memastikan.     

"Saya sudah beristiri, hanya saja memang tidak banyak orang yang tahu tentang hal itu," jelas Arthur.     

Risa hanya terdiam dan masih melamun memikirkan ucapan Arthur. Dia juga masih tak percaya jika pria yang ia sukai ini sudah beristri.     

Harapan untuk mendekati Arthur pupus.     

"Baiklah, kalau dirasa tidak ada urusan lagi, Bu Risa, boleh pergi saat ini juga," ucap Arthur dengan sopan, tapi ucapanya itu membuat Risa sedikit kesal.     

Dia belum rela menerima kenyataan jika Arthur sudah beristri. Dia masih kekeh untuk mendekati Arthur, mungkin dia harus memikirkan cara lain. Dan untuk saat ini, Risa memutuskan untuk pergi saja dari ruangan ini.     

"Baiklah, Pak Arthur, saya permisi dulu ya?" ucapnya.     

"Silakan, Bu Risa," jawab Arthur.     

Risa meninggalkan ruangan Arthur dengan raut wajah menahan kesal.     

'Lihat saja, Pak Arthur, saya akan membuat, Anda, jatuh cinta kepada saya,' bicara Risa di dalam hati.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.