Anak Angkat

Penguntit



Penguntit

0"Arthur, menurut dokter anak kita laki-laki, jadi aku ingin menamainya, Langit," ucap Celine.     

"Kenapa namanya, Langit?" tanya Arthur.     

"Karena aku ingin anak kita nanti tumbuh menjadi anak yang hebat, hingga semua orang menatapnya. Seperti orang yang selalu menatap langit dengan takjub," jelas Celine.     

"Ah, begitu ya?" Arthur manggut-manggut. "Baiklah, aku akan menurut saja denganmu, kau yang melahirkannya, maka aku ingin kau juga yang menamainya," pungkas Arthur.     

"Tapi, kalau kamu ingin menambahkan nama untuknya boleh kok," ujar Celine.     

"Aku tidak mau memberinya nama, pokonya aku menyerahkan semua kepadamu," ujar Arthur.     

"Ah, baiklah, Tuan Arthur, serahkan semua kepadaku!" tukas Celine dengan bangga.     

Kehidupan rumah tangga mereka memang terlihat sangat akur dan harmonis. Dan mereka tidak mengetahui jika ada wanita yang  sedang mengintai kebahagiaan mereka.     

Risa, wanita itu kembali menjadi penguntit dalam rumah tangga Arthur. Tentu saja ini semua ia lakukan karna dia masih berharapkan Arthur, menjadi miliknya.     

'Sialan! Mereka malah bermesraan di depanku!' umpat Risa di dalam hati. Tangan gadis itu mengepal, dengan keras. Dia semakin cemburu, dia geram terhadap Celine, dan ingin segera mencelakainya saat ini juga. Tapi Risa berusaha menahan amarah itu. Karna akan terasa aneh jika dia marah dan melabrak Celine saat ini juga, terlebih dia tak memiliki hubungan  apapun  dengan Arthur. Yang ada kalau melihatnya marah tidak jelas, maka Arthur akan semakin membencinya.     

***     

Tak berselang lama Arthur, menutup pintu rumah. Dan hal itu membuat Risa mulai berpikiran yang macam-macam.     

"Ah, sial! Pasti mereka akan bermesraan di dalam kamar!" gerutu Risa dengan gigi gemertak menahan emosi.     

"Awas saja, aku pasti bisa merebut Arthur! Dan wanita itu akan menelan pil pahit karna kehilangan suami! Dan dia akan menangis tersedu-sedu saat melihatku mengecup bibir, Arthur,"     

"Ah, bukan kehilangan suami sana, tapi juga kehilangan nyawa. Aku berdoa supaya dia cepat mati. Yah ... paling lambat sampai dia melahirkan anaknya. Aku aku menjadi ibu sambung anak itu!"     

"Aku berdoa agar dia cepat mati, tapi kalau dia tidak mati dengan sendirinya, maka aku yang akan membunuhnya! Dengan tanganku sendiri!" Risa menyeringai.     

***     

Di sekolah, seperti biasa, Arthur selalu datang lebih pagi. Dan Risa tentu saja melancarkan niatnya untuk mendekati Arthur.     

Risa berangkat pagi seperti waktu itu, dan dia tengah duduk di bangku arah pintu masuk koridor sekolah.     

Melihat Arthur yang berjalan menuju ruangannya, Risa pun langsung berdiri untuk menyambutmya.     

"Selamat pagi, Pak Arthur," sapa Risa sambil tersenyum.     

"Hey, selamat pagi, Bu Risa," sahut Arthur.     

"Wah, Pak Arthur, ini benar-benar seorang Kepala Sekola yang sangat teladan, Anda selalu datang lebih pagi," Puji Celine.     

"Oh, iya, Pak! Saya membawakan sesuatu untuk, Bapak," Risa mengeluarkan sesuatu yang ia maksud dari dalam tas.     

"Apa itu?" tanya Arthur.     

"Kemarin, Ibu, dan Ayah, saya baru pulang dari luar kota, jadi mereka membawakan oleh-oleh banyak sekali, dan saya ingin memberikan ini untuk, Pak Arthur," jelas Risa.     

"Tapi saya sudah bilang kepada, Bu Risa, bahwa Anda tidak perlu—"     

"Pak Arthur, kalau tidak suka dengan oleh-oleh ini, Anda bisa memberikan kepada istri Anda," ucap Risa seraya tersenyum manis.     

Arthur meraih oleh-oleh itu tapi seperti tidak bersemangat.     

"Pak Arthur, biasanya wanita yang sedang hamil itu sangat suka makan lo, apa lagi di usia kehamilan menginjak 5 bulan keatas. Oh iya, Pak Arthur, dalam paper bag itu berisi kue khas kota yang orang tua saya kunjungi lo," jelas Risa.     

Arthur mngernyitkan dahinya.     

"Darimana, Bu Risa, tahu kalau istri saya sedang hamil?" tanya Arthur.     

Dan Risa terlihat gugup.     

"Yah ... saya lihat ...." Risa terlihat kesulitan dalam mencari alasan.     

"Dengar ya, Bu Risa! Kalau sampai Anda memiliki niat buruk kepada, istri, saya ... maka jangan salahkan saya kalau sampai Anda akan mengalamai hal yang jauh lebih buruk lagi!" ancam Arthur.     

Dan dia mengembalikan barang pemberian Risa.     

"Maaf, Bu Risa, saya tidak bisa menerima barang pemberian Anda," ucap Arthur seraya berlalu pergi.     

Tentu saja hal itu membuat Risa tak terima.     

"Tunggu, Pak Arthur! Tunggu! Kenapa, Anda, berpikiran seperti itu?!" teriak Risa.     

"Saya tidak memiliki niat buruk kepada istri Anda! Sungguh!" Risa berusaha meyakinkan Arthur.     

Namun teriakan Risa tak berarti apa-apa.     

"Ah, sial!" Risa mengumpat dengan raut wajah yang geram.     

"Kenapa sih, dia bisa tahu kalau aku memilki niat buruk pada istrinya? Kenapa pikirannya sampai sejauh itu?" Risa terlihat bingung sendiri.     

***     

"Ah, sial!" Arthur mengumpat. Seraya menutup pintu ruangan dengan kasar.     

Kehadiran Risa benar-benar mengusik hidupnya. Dia hanya ingin hidup normal, dan tanpa gangguan apapun. Menjalani bahtera rumah tangga sebagaimana mustinya, tanpa harus memikirkan untuk membunuh seorang Penganggu.     

Arthur sudah berjanji pada Celine, bahwa dia tidak akan melakukan perbuatan keji lagi, termasuk membunuh orang.     

Celine ingin agar Arthur menjadi sosok suami, dan Ayah, yang bisa diteladani.     

Tapi kehadiran Risa benar-benarengusik hidupnya. Dia memancing jiwa Arthur untuk membunuh orang lagi. Risa seakan menantang Arthur untuk menghabisi dirinya saat ini juga.     

Tindakan yang benar-benar dilarang oleh Celine.     

Tapi di sisi lain, kalau Arthur tak membunuh Risa, maka wanita itu akan terus menganggu kehidupannya dan Celine. Bahkan kemungkinan terburuk Risa akan membunuh Celine. Setidaknya itu yang ada di dalam pikiran Arthur.     

Terlebih Arthur sudah tahu jika Risa itu tak main-main mendekatinya, Arthur pernah beberapa kali melihat Risa yang sedang menguntitnya saat pergi bersama Celine. Hanya saja Arthur pura-pura tidak tahu.     

"Aku harus apakan, Wanita Jalang, itu?!"     

"Aku tidak mungkin membunuhnya sekarang! Aku sudah berjanji dengan Celine, jika aku tidak akan membunuh orang lagi!"     

"Pasti, Celine, akan kecewa jika tahu aku membunuh orang! Meski ini demi kebaikan!"     

"Risa, itu orang yang sangat berbahaya, aku tahu dia itu perempuan yang nekat! Dan bisa melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang ia mau!"     

Arthur tampak uring-uringan di dalam ruangannya. Dia sedang mencari jalan keluar untuk mencari Risa. Ini terasa begitu berat, dia harus menahan keingian yang sudah mendarah daging dalam dirinya. Yaitu, untuk membunuh orang!     

Risa adalah godaan, seolah didatangkan dalam kehidupannya untuk menguji kesabarannya.     

Batin Arthur berkecamuk, dia tak bisa tenang, dia memikirkan keingimannya untuk membunuh orang, dia memikirkan bagaimana jika istrinya kecewa atas perbuatannya, dan dia juga memikirkan bagaimana jika Risa benar-benar akan mencelakai Celine.     

Ditambah lagi dengan keinginan dirinya sendiri yang sudah tak tahan akan membunuh Risa.     

Tok! Tok! Tok!     

"Masuk!" sahut Arthur.     

Ceklek!     

"Bu Risa, apa yang Anda lakukan di sini?"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.