Anak Angkat

Obsesi Risa



Obsesi Risa

0Siangnya Charles memboyong keluarganya Arthur ke rumahnya.     

Seperti apa yang telah ia katakan di rumah sakit tadi.     

Charles dan Arumi akan mengadakan pasta menyambut kelahiran cucu pertama mereka.     

Dan acara itu akan dilaksanakan di kediaman keluarga Davies.     

Mereka mengundang banyak sekali orang untuk datang ke rumahnya.     

Termasuk orang-orang kepercayaan yang memegang masing-masing perusahan keluarga Davies.     

Tak terkecuali orang-orang dari sekolah "Pelangi Senja"     

Yang artinya Risa juga hadir dalam undangan itu.     

Wanita itu benar-benar takjub dan tak menyangka jika pria yang dia cintai adalah anggota keluarga kaya raya di kota ini.     

Dan yang lebih mencengangkan lagi, adalah setatus Celine, yang ternyata dulunya mantan guru di sekolah, "Pelangi Senja"     

Dia baru mengetahuinya karna memang dia Guru Baru di sekolah itu.     

Melihat setatus yang disanadang oleh Arthur membuatnya lebih bersemangat untuk semakin mengejarnya dan ingin mendapatkan Arthur secepat mungkin.     

Apalagi dia tahu jika Celine hanyalah mantan Guru yang sama sepertinya.     

Dia merasa dengan begitu dia akan lebih muda untuk menyingkirkannya.     

Dan peluang untuk membuat Arthur jatuh cinta kepadanya semakin banyak.     

Risa begitu yakin jika di akan berhasil.     

Risa tersenyum sambil memandang kearah Celine dan Arthur yang tengah berbahagia.     

Dia membayangkan jika Celine adalah dirinya yang sedang tersenyum menyambut para tamu yang mengucapkan kata 'selama' kepadanya, seraya menggendong bayi mungil di tangannya.     

'Andai saja itu aku? Andai saja bayi yang digendong itu adalah anakku dengan, Arthur,' bicaranya di dalam hati.     

Risa sangat menyesal, karna kemarin dia tidak bisa mencelakai Celine, panggilan telepon itu berasal dari ayahnya yang meminta Risa untuk segera pulang, dia sedang ada urusan keluarga.     

***     

Tiba waktunya Celine menyendiri bersama anaknya, sedangkan Arumi dan Charles masih asyik dengan para tamu mereka.     

Arthur tengah mengobrol bersama dengan Lizzy.     

Celine memutuskan untuk duduk di tempat yang agak jauh dari keramaian.     

Tanpa menunggu lama, Risa segera mendekati Celine. Tentu saja gadis itu sedang merencanakan sesuatu untuk Celine.     

"Halo, Bu Celine," sapa  Risa dengan ramah.     

"Eh, halo," Celine juga tak kalah ramah membalas sapaan itu.     

"Boleh saya duduk di sebelah, Anda?" tanya Risa.     

"Tentu saja, silakan," ucap Celine.     

Risa duduk di sebelah wanita itu, lalu dia mulai mengajaknya mengobrol.     

"Halo, Bu Celine, perkenalkan nama saya, Risa, salah satu staf pengajar di Sekolah 'Pelangi Senja,'" ucapnya.     

"Oh, senang bisa bertemu dengan, Anda, Bu Risa," ucap Celine.     

"Bu Celine, bagaimana rasanya telah menjadi seorang ibu untuk pertama kalianya?" tanya Risa.     

"Yah, seperti yang telah, Bu Risa, lihat ... sangat menyenangkan," jawab Celine.     

"Wah, aku jadi ingin juga segera menyusulnya," kata Risa.     

"Oh, saya doakan semoga, Bu Risa, bisa segera menyusul saya," tanggap Celine.     

Mendengarkannya dalam hati Risa berkata, 'Ya, doakan aku agar segera menyusul kamu, dengan menikah bersama suamimu,'     

"Bu Celine, saya dengar Anda mantan Guru di sekolah 'Pelangi Senja' ya?" tanya Risa.     

"Iya," jawab Celine singkat seraya menganggukkan kepalanya.     

"Wah, Anda, sangat hebat sekali, Bu Celine, Anda yang hanya seorang Guru seperti saya, bisa mendapatakan, Pak Arthur, berati keberuntungan itu bisa juga menghampiri saya ya, Bu," tutur Risa seraya tersenyum penuh arti.     

Celine agak heran dengan ucapan Risa, "Maaf, apa maksud dari ucapan, Bu Risa, itu ya?" Celine bertanya lagi, "kenpa Anda berbicara begitu? Apa, Anda memiliki niat untuk mendekati suami saya?" Celine menuduhnya secara terang-terangan.     

Dan Risa pun segera menyangkal.     

"Eh, tentu saja tidak, Bu! Saya, 'kan hanya bercanda saja!" sahut Risa.     

Celine mendengus kesal.     

Celine tahu jika ucapan Risa tadi memang mengandung arti yang tidak baik, dan Celine menduga jika Risa benar-benar ingin mendekati Arthur.     

"Ah, Bu Celine, ini ternyata orangnya gampang berpikiran buruk ya?" Risa pura-pura merasa bersalah, "kalau begitu, maafkan saya ya, Bu," ucap Risa.     

Celine tak menyahuti perkataan Risa dia memilih diam.     

Dan tak berselang lama, Risa kembali menimpali dengan perkataannya yang benar-benar terasa mengganggu bagi Celine.     

"Bu Celine, aku dengar, Bu Celine, keluar dari sekolah, 'Pelangi Senja' sekitar 6 bulan yang lalu ya? Dan aku juga dengar kalau saat keluar dari sekolah, tidak ada yang atau jika Bu Celine, memiliki hubungan dengan, Pak Arthur!" Wanita itu bercerita seolah tanpa beban, "dan tahu tidak, Bu! Sekarang Bu Celin, menjadi perbincaangan hangat, karna mereka syok mendengar Anda tiba-tiba menikah dengan Pak Arthur, bahkan sudah melahirkan anak!" ucapnya.     

Celine memandang Risa dengan kedua mata yang membulat, dan daru nafas yang sedikit terkenal karna menahan geram.     

Tapi gadis itu tetap melanjutkan perkataannya, seolah tak merasa bersalah sedikitpun. Padahal perkataannya ini benar-benar sangat mengganggu Celine.     

"Mereka, mulai berpikir jika, Bu Celine, itu hamil duluan!" ucap Risa.     

Celine mendesah kesal dengan raut wajah yang sinis.     

"Tapi, Bu Celine, jangan khawatir, karna saya tidak menelan bulat-bulat ucapan mereka. Karna saya berpikir dari sisi positifnya. Bisa saja, 'kan kalau Bu Celine, dan Pak Arthur, itu menikah secara diam-diam, selama Bu Celine masih berada di sekolah, dan, Bu Celine, memutuskan untuk keluar dari sekolah setelah, Bu Celine, sudah hamil," jelasnya, wanita itu melirik Celine sambil tersenyum.     

"Bu Celine, mengerti, 'kan maksud saya?" tanya Risa.     

Celine sudah tidak tahan lagi, suasana hatinya yang sedang bahagia kini berubah menjadi gundah.     

"CUKUP! " teriak Celine pada Risa.     

Dan suara Celine yang cukup kencang membuat seisi ruangan itu menengok kearah Celine.     

"Bu Celine, kenapa berteriak seperti itu? Apa Anda ini tidak malu, ya?" ucap Risa.     

Celine menggelengkan kepalanya dengan cepat.     

"Bisa tidak, Anda, berkata lebih sopan terhadap saya!?" benar konfirmasi Celine.     

Lalu Arumi pun mendekati Celine.     

"Ada apa, Sayang?" tanya Arumi pada Celine.     

Tapi Celine tak menyahutinya, dan meminta pergi begitu saja.     

"Maaf, Bu, aku ingin menemui Arthur dulu," ucap Celine.     

"Ah, baiklah, Sayang," ucap Arumi.     

Dan dia mendekat kearah Risa.     

"Selamat siang, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Arumi dengan ramah.     

"Ah, halo, Bu Arumi, senang bisa bertemu sebagai Anda, ternyata Bu Arumi, itu benar-benar cantik dan santun, saya sering mendengar nama Anda dari orang-orang," tukas Risa.     

"Terima kasih, atas pujiannya, tapi saya ingin bertanya, kenapa menantu saya saya tadi terlihat kesal begitu?" tanya Arumi.     

"Ah, begini, Bu Arumi, sebenarnya Bu Celine, itu hanya salah paham dengan pertanyaan saya," jelas Risa.     

"Maksudnya, salah paham apa ya?" tanya Arumi, dan raut wajahnya tak berubah, masih terlihat sangat ramah.     

"Tadi, Bu Celine, mengira jika saya dan Pak Arthur, itu memiliki hubungan yang sepesial,"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.