Anak Angkat

Risa Yang Tidak Terima



Risa Yang Tidak Terima

0Arthur benar-benar tak habis pikir kenapa harus dipertemukan dengan wanita yang sangat menyebalkan seperti Risa.     

Mungkin kalau dia tidak memikirkan Celine, pasti dia sudah menghabisi Risa saat ini juga. Terlebih keadaan sekolahan yang masih sangat sepi.     

Sehingga dengan mudah Arthur bisa membunuhnya tanpa diketahui oleh orang lain.     

Hanya saja dia sudah terlanjur berjanji kepada Celine agar tidak membunuh orang lagi. Walau orang yang akan Arthur bunuh sangat mengusik kehidupan Celine sekalipun.     

"Pak Arthur! Pak Arthur!" teriak Risa lagi, gadis itu sampai berlari untuk mengimbangi langkah Arthur yang begitu cepat.     

"Pak, boleh saya mengobrol sebentar dengan, Anda?" tanya Risa.     

Arthur tetap tak menghirukannya, karena dia tahu jika ini adalah alasan Risa untuk bisa lebih dekat dengannya.     

Arthur masih mempercepat langkah kakinya.     

"Pak!" panggil Risa lagi.     

"Kenapa, Pak Arthur, selalu menghindar dari saya?!" tanya Risa. Nada Bicara Risa cukup tinggi. Hal itu membuat Arthur merasa kesal. Baginya Risa itu sangat tidak sopan. Berani berbicara dengan nada tinggi di hadapannya.     

Kini Arthur tak tahan lagi, dan dia kembali berhenti, dengan sorot mata yang tajam, Arthur menatap Risa.     

"Bu, Risa, apa Anda masih tidak bisa diam?" tanya Arthur. Suaranya benar-benar sangat lembut, bahkan dia masih sempat tersenyum, tetapi dengan raut wajah yang aneh.     

"Pak Arthur, kenapa tatapan Anda sangat aneh!" tanya Risa.     

"Aneh?" Arthur mengernyitkan dahinya. "Benarkah?" Dia kembali tersenyum.     

Mendadak Risa merasa tidak enak, sikap Arthur sangat aneh, tidak seperti biasanya.     

"Bu Risa, bisa Anda ingat berapa kali saya memperingati Anda?" tanya Arthur. "Jangan mengganggu saya, apalagi sampai mengusik kehidupan istri saya?"     

"Pak Arthur, tapi saya ini tidak melakukan apapun? Apa lagi sampai mengusik kehidupan Bu Celine?" sangkal Risa.     

"Oh, benarkah?" Arthur mendekatkan wajahnya kearah Risa.     

"Tapi semalam saya melihat istri saya yang sedang menangis, dan itu semua karena ulah Anda!" tegas Arthur.     

'Huh, dasar, Perempuan Manja! Beraninya mengadu saja!' umpat Risa di dalam hati.     

"Percaya ucapan saya, Pak! Mungkin istri Anda saja yang terlalu dramatis, makanya mengadu hal yang tidak-tidak tentang saya kepada Anda!" ujar Risa, secara tidak langsung wanita itu memojokkan Celine di depan Arthur.     

"Saya hanya mengobrol sebentar dengan Bu Celine, dan hanya bertanya hal-hal yang wajar saja, tapi beliau malah marah, dan menuduh saya yang tidak-tidak!" ujar Risa.     

Risa bahkan sampai memegang ujung kemeja Arthur.     

"Pak Arthur, percaya dengan ucapan saya!" ujar Risa meyakinkan Arthur.     

Tentu saja hal itu hanyalah hal yang sia-sia bagi Arthur.     

Terlebih dia sudah telanjur membenci Risa.     

Mana mungkin dia akan mempercayai ucapan Risa.     

Arthur sudah mulai geram, lalu dia menjambak rambut Risa.     

"Dengar, Risa! Kalau kamu berani mencari masalah dengan istriku lagi, maka nyawa kamu yang jadi taruhannya!" ancam Arthur.     

"Pak! Tolong lepaskan rambut saya!" pinta Risa, "ah, sakit ...." Keluhnya sambil peringisan.     

Akhirnya Arthur melepaskan rambut Risa.     

"Baiklah, kali ini saya lepepaskan Anda!" ujarnya seraya melepaskan cengkramannya secara kasar. Bahkan saat melepasan rambut Risa, Arthur seakan hendak membanting kepala Risa.     

Kemudian dia pergi begitu saja. Dan tinggalah Risa yang masih berdiri di depan ruangannya sambil peringisan memegangi rambutnya yang nyaris rontok.     

"Aduh, sakit sekali," gumamnya. Kemudian dia masuk ke dalam ruangan, dengan mulut yang tak henti-hentinya merutuk dan mengumpat atas perbuatan Arthur terhadapnya.     

"Dasar, Sialan!"     

"Kalau saja kamu bukan atasanku. sudah pasti akan kubalas!"     

"Dan kalau saja wajahmu tidak setampan ini, aku pasti sudah mencakar-akar wajahnya hingga tak dapat dikenali lagi!"     

"Ah, sialan! Sialan!"     

Bruak!     

Risa menggebrak mejanya. Dia benar-benar tak terima dengan perbuatan Arthur tadi.     

Baru kali ini dia diperlakukan kasar oleh seseorang. Apa lagi seorang pria seperti Arthur. Benar-benar tidak sepadan.     

Dan dia juga tidak menyangka jika Arthur itu pria yang sangat kasar. Bahkan tak segan memukul seorang wanita lemah sepertnya.     

Risa merasa jika apa yang dilakukan Arthur ini sama sekali tidak menunjukkan jiwa kesatria dari Arthur.     

Akan tetapi Risa masih tetap menyukai Arthur, bahkan meski Arthur sudah berbuat kasar terhadapnya sekali pun.     

Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Risa. Dia belum tahu jika sebenarnya Arthur jauh lebih buruk dari bayangannya.     

Menjambak ataupun memukul orang bukanlah hal yang besar bagi Arthur, bahkan membunuh orang saja menjadi hal yang biasa bagi Arthur.     

"Aku tidak terima atas perbuatan Arthur tadi, dan itu juga karena ulah Celine yang manja itu!"     

"Aku akan membalas semua ini!"     

"Aku yakin pasti aku bisa membuat Arthur tergila-gila kepadaku!" ujar Risa dengan penuh percaya diri.     

***     

Setelah kejadian itu, Risa tidak lagi berangkat ke sekolah terlalu pagi. Dan dia juga tidak lagi duduk di depan koridor sekolah untuk menunggu kedatangan Arthur.     

Hal ini ia lalukukan agar Arthur tidak terlalu membencinya. Paling tidak, Risa ingin menunggu emosi Arthur sampai redam, baru dia akan kembali mendekati Arthur lagi.     

Selain itu Risa juga sudah merencanakan hal buruk untuk mencelakai Celine.     

Dia ingin meneruskan niat buruknya yang belum tersampaikan.     

Memang sudah sejak lama Risa ingin mencelakai Celine, bahkan sejak Celine masih mengandung putranya. Tetapi hal itu tidak semudah yang ia pikirkan.     

"Aku sudah membiarkan wanita itu tetap hidup, dan kupikir aku tidak akan meneruskan niat burukku terhadapnya,"     

"Karena, mungkin ... aku bisa mendapatkan Arthur tanpa harus mencelakai istrinya,"     

"Tapi, setelah perlakuan buruk Arthur terhadapku ... sekarang aku baru menyadari jika memang sudah saatnya aku menghabisimu, Celine,"     

"Yah ... dengan begitu aku juga bisa mendapatkan hati Arthur, apa bila kau sudah mati!" bicara Risa dengan penuh ambisi.     

Tangannya menepal-ngepal, lalu dia meraih sebilah pisau.     

"Bagaimana jadinya, jika pisau ini melukai tubuh wanita manja itu?"     

"Aku yakin dia akan menangis seperti anak kecil! Haha! Tapi aku, 'kan tidak akan membiarkan dia sampai menangis?"     

"Yah, mungkin dengan sekali tusukan yang membuatnya meregang nyawa, tidak akan sempat membuatnya sampai menangis!"     

Kemudian Risa mulai berganti pakaian serba hitam dan tertutup.     

Risa juga menggunakan topeng untuk menutup wajahnya.     

"Baiklah, Celine, aku siap menemuimu sekarang," ujar Risa seraya menyeringai.     

Dia mulai memasuki mobilnya, dan hendak pergi menuju ke kediaman keluarga Davies.     

Dan tujuannya saat ini hanya satu, yaitu; menghabisi Celine.     

"Tunggu aku ya, Celine! Setelah ini aku berjanji akan mengurus putranya dengan baik,"     

"Yah, aku akan menjadi ibu sambunya,"     

"Aku juga akan menjaga suamimu dengan baik,"     

"Haha! Mungkin aku sudah tidak waras! Bahkan aku rela melakukan apapun hanya demi pria kasar seperti, Arthur!"     

"Yah ... tapi inilah, cinta," ujar Risa yang bermonolog.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.