Anak Angkat

Buah Dari Perbuatan Risa



Buah Dari Perbuatan Risa

0Risa merintih kesakitan dengan suara yang kian melemah. Tubuhnya seakan tak bertenaga.     

Ini seperti sebuah mimpi buruk, tapi kenyataannya memang nyata.     

Deru nafasnya terengah-engah, cucuran darah yang keluar dari kedua kakinya seperti buliran tenaganya yang semakin berkurang.     

Risa benar-benar merasa sangat lemas.     

"Bagaimana, Ayah, Ibu, apa masih kurang seru?" tanya Arthur.     

"Ah, cukup seru, Sayang! Bagaimana kalau kau memotong tangannya dulu? Baru kau melanjutkan dengan memotong bagian kepalanya?" usul Arumi.     

"Wah, itu ide yang bagus , Bu!" Arthur menyeringai.     

"Istriku, memang sangat menakjubkan," puji Charles seraya menyentuh manja bagian dagu Arumi. Wanita itu tersenyum menatap Charles.     

"Ayo, Nak! Cepat lakukan perintah ibumu!" sergah Charles kepada Arthur.     

"Baiklah, Ayah,"     

Arthur mengangkat kapaknya lagi.     

Risa semakin ketakukan. Dengan sisa tenaganya dia berteriak untuk menghentikan Arthur.     

"Aku mohon hentikan!" teriaknya.     

Arthur pun menurunkan kapaknya lagi.     

"Kau ingin apa lagi, Risa?" tanya Arthur.     

"Arthur, aku mohon, lepaskan aku. Aku minta maaf kepadamu, atas semua kesalahanku. Tapi aku mohon lepaskan aku," tukasnya.     

"Ah, begitu ya?" Arthur manggut-manggut, "huft ... tapi sayangnya sudah tidak bisa dimaafkan lagi, dan semua kesalahanmu itu wajib kau tebus," pungkas Arthur.     

"Arthur, tolonglah ... beri aku kesempatan sekali lagi," pinta Risa.     

"Tidak bisa! Aku sudah bilang jika aku sudah memberimu kesempatan sejak kemarin-kemarin, tapi kau tidak mau memanfaatkan kesempatan itu, 'kan?" tanya Arthur.     

"Iya, Arthur! Aku tahu, aku sudah terlambat menyadarinya, tapi apa tidak ada sedikitpun rasa belas kasihanmu kepadaku?" tanya Risa. Dia masih berusaha mengiba, untuk membuat hati Arthur luluh, lalu membiarkan dia tetap hidup.     

Risa berpikir jika masih ada sisi manusiawi dari seorang Arthur Davies. Tapi ternyata tidak.     

Apa yang dilakukan oleh Risa itu sama sekali tak berpengaruh apapun bagi Arthur.     

Karena baginya kesalahan Risa sudah tidak bisa ia maafkan. Bahkan Arthur berpikir jika dia tetap membiarkan Risa tetap hidup, maka hal itu malah akan kembali membahayakan nyawa Celine dan juga Langit.     

Bisa saja, Risa akan melakukan hal gilanya untuk melakukan tindakan yang sama. Yaitu mencelakai Celine dan Langit kemudian, kembali mendekatinya lagi.     

"Sudah cukup, mengibanya!" bentak Arthur pada Risa.     

"Aku tidak akan memberimu kesempatan lagi! Meski kau akan mengiba seperti apapun! Aku akan tetap membunubmu!" tegas Arthur.     

Risa pun kembali putus asa, dan tidak tahu harus berbuat apalagi untuk membuat Arthur mau memaafkannya.     

Risa hanya bisa pasrah jika harus mati saat ini juga, hanya saja dia tidak sanggup jika harus merasakan sakit yang bertambah lagi, kerena tangannya yang akan dipotong oleh Arthur.     

"Apa kau sudah siap untuk kehilangan kedua tanganmu, Risa?" tanya Arthur.     

Seketika Risa tersentak mendengarnya.     

"Arthur, aku mohon jangan memotong tanganku!" pinta Risa.     

"Tidak bisa! Aku tetap ingin motong tanganmu. Kau tahu, 'kan jika Ayah dan Ibuku ingin melihat adegan ini?" ujar Arthur seraya menyeringai.     

"Ini bukanlah adegan yang bagus! Apa yang mereka tunggu?" protes Risa.     

"Yah, ini memang bukan adegan yang bagus bagimu, Risa! Tapi bagi kami ini adalah adegan yang bagus!" sahut Arthur.     

"Kalian, semuanya adalah orang-orang, Gila!" bentak Risa.     

Arthur dan yang lainnya malah kembali aku menertawakan Risa.     

"Wanita, ini cukup menghibur ya, Sayang? " ujar Charles pada Arumi.     

"Iya, Sayang, aku benar-benar sangat terhibur, dia itu adalah calon pembunuh yang memiliki selera humor yang tinggi," kata Arumi pada Charles.     

"Iya, dia pikir membunuh orang itu gampang! Haha! Padahal tidak segampang itu juga, 'kan?" ledek Charles. Dan Arumi pun juga kembali menertawakannya.     

Risa benar-benar tak tahan mendengar tertawan mereka. Padahal ini bukanlah lelucon. Risa sedang kesakitan menahal kedua kakinya, hingga pandangannya seakan kabur.     

Tapi mereka seenaknya malah menertawakannya.     

"Aku ini sedang tidak bercanda, Bu Arumi! Pak Charles!" tegas Risa. "Tolong jangan tertawa di atas kesulitan orang lain!" bentak Risa.     

"Sayang, dia memarahi kita," tukas Arumi kepada Charles.     

"Iya, Sayang, mungkin dia berpikir bentakan itu akan membuat kita menjadi takut, padahal sama sekali tidak, 'kan?" cerca Charles.     

"DIAM! DASAR, ORANG-ORANG SAKIT JIWA!" pekik Risa.     

Seketika Charles dan Arumi terdiam.     

Dan Arthur kembali mendekat.     

"Hai, kau ini berani membentak kami, ya?" ujar Arthur. Dia kembali menganggat kapaknya.     

"Stop!" Risa kembali berteriak lagi. "Baiklah, kalau memang kau tidak bisa memaafkan kesalahku, dan tetap ingin membunuhku. Tolong bunuh aku sekarang juga! Tanpa harus memotong tanganku. Kau bisa langsung potong saja leherku ini!" pinta Risa.     

Arthur sedikit takjub mendengarnya.     

"Lakukan itu, Arthur! Aku mohon ...." Risa terus mendesak. "Langsung bunuh aku saja! Tolong jangan menyiksaku lagi, Arthur," ujarnya dengan segala kerendahan hati.     

"Begitu ya? Arthur tertawa, dia suka dengan seseorang yang mengiba kepadanya, dan meminta cara khusus untuk membunuhnya.     

Tapi Arthur tidak ingin menuruti permintaan Risa, baginya Risa sudah kelewat batas. Jarang sekali Arthur itu memberikan kesempatan bagi seseorang. Dia bisa bersikap lebih sabar seperti ini saja, baginya adalah sebuah rekor. Tetapi Risa malah mengecewakannya.     

Dan tanpa berbasa-basi lagi, Arthur kembali mengangkat kapaknya.     

Dia memutuskan kedua tangan Risa dalam sekali tebas.     

Risa kembali meronta dengan berteriak histeris.     

Setelah itu Arthur melanjutkan dengan menebas kepala Risa.     

Crok!     

Tak ada lagi teriakan, ataupun raungan, serta rintihan kesakitan dari Risa. Karena kali ini Risa sudah tewas.     

Inilah akhir hidup Risa yang teramat tragis.     

Dia yang lebih dulu mencari masalah dengan keluarga Davies. Dan akhirnya dia juga mendapatkan buah dari perbuatannya itu sendiri.     

***     

"Wah, makan malam yang lezat," ujar Charles.     

"Benar, Sayang, kau ingin aku memasak seperti apa, daging-daging ini?" tanya Arumi pada Charles.     

"Apa pun masakan istriku, aku akan menyukainya," jawab Charles.     

"Baiklah, kalau begitu bisa kau menguliti dan memilah-milah dagingnya?" tanya Arumi seraya menunjuk kearah tubuh Risa yang sudah tidak berbentuk lagi.     

Kemudian Charles menuruti perintah Arumi.     

Sedangkan Arthur malah pergi begitu saja.     

"Hei, Arthur! Kau mau kemana?!" teriak Charles.     

Tapi Arthur tak menyahuti panggilan sang Ayah.     

Malah ia pergi begitu saja.     

"Sudahlah, Charles, biarkan saja!" ujar Arumi.     

"Tapi, dia malah tidak peduli dengan kita! Padahal kita sedang sibuk!" ujar Charles.     

"Tidak apa-apa, Sayang, biarkan saja. Dia sudah membunuhnya. Jadi tugas kita yang mengambil dagingnya," tukas Arumi menenangkan Charles.     

"Tapi, aku merasa Arthur itu sudah berbeda, Sayang! Dia tidak seperti Arthur yang dulu!"     

"Aku tahu soal itu, Charles, dan aku tahu Arthur berubah seperti itu karena, Celine," jawab Arumi.     

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Charles.     

"Biarkan saja, kita masih membutuhkan mereka, sampai bulan purnama tiba, lalu kita akan mengorbankan anak mereka," kata Arumi.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.