Anak Angkat

Bertemu Salsa



Bertemu Salsa

0DI Surabaya.     

Mesya dan David tengah mempersiapkan segala sesuatu untuk usaha baru mereka.     

Mesya membuka toko pakaian di kota itu. Tokonya tidak terlalu besar, bisa foto bilang kecil. Tapi pakaian yang ia jual cukup bermutu. Mesya sendiri yang mendisain pakaian-pakaian itu.     

Mereka tengah mempersiapakan usaha untuk masa depan mereka.     

Karena sekarang mereka sudah tidak lagi mengandalkan segala fasilitas dari keluarga David.     

"Kak, kenapa aku ragu ya?" ucap Mesya.     

"Kamu ragu kenapa?" tanya David.     

"Aku takut usaha kita tidak banyak peminatnya, Kak," jawab Mesya.     

"Kita ini baru merintis, Mesya. Harus bersemangat, tidak boleh menyerah sebelum perang," tukas David menyemangati Mesya.     

"Iya, Kak," Mesya menganggukkan kepalanya.     

"Yasudah, kalau kamu cepek istirahat dulu, biar aku yang merapikan semuanya," ujar David.     

"Masih terlalu banyak, Kak, hari ini kita harus selesai, Kak, biar tokonya bisa langsung buka.     

Jadi aku akan menyelesaikannya sekarang!" ujar Mesya.     

"Aku bisa menyelesaikannya sendiri, jadi kamu istirahat saja, aku tahu kamu capek," kata David.     

"Aku tidak capek, selama di sampingku ada, Kak David," kata Mesya.     

"Ah, begitu ya?" David tersenyum. "Dari mana kamu belajar menggombal seperti ini?"     

"Menggombal? Aku tidak menggombal, tuh?"     

"Masa?" David menatap Mesya dengan ekspresi meledek, lalu dia mencubit bagian dagu Mesya.     

"Istriku ini, semakin hari semakin cantik, ya?" puji David.     

"Suamiku juga semakin hari semakin tampan," puji Mesya pada David.     

Mereka saling tersenyum, kemudian Mesya memeluk perut David.     

"Kenapa setiap memelukku harus mencium perut?" tanya David.     

"Kenapa, Kak David, bertanya seperti itu? Aku, 'kan dari dulu memang pendek, jadi setiap memeluk, Kakak, hanya sampai di perut saja," jawab Mesya berlibi.     

"Dasar, Pendek!" cerca David pada Mesya.     

"Ah, aku tidak pendek tuh! Kak David, saja yang terlalu tinggi!" sahut Mesya yang tidak terima.     

"Aku pikir tubuhku ini tidak terlalu tinggi?" David menggaruk keninganya. "Eh, aku lupa kalau kau memang satu-satunya anak terpendek di keluarga Davies," ujar David. Pria itu pun tertawa puas melihat Mesya yang merasa kalah.     

"Wah! Kak David sekarang sangat pandai bercanda ya!" Mesya mencubit perut David.     

"Wajar aku pendek, aku ini, 'kan gadis keturunan Indonesia, asli! Sedangkya, Kak David, adalah pria keturunan Inggris! ayah Charles kan dulunya warga negara Inggris!" pungkas Mesya membela dirinya sendiri. Tentunya dengan nada yang bercanda.     

"Masa?" David menatap Mesya dengan ekspresi meledaknya.     

"Ah, Kak David, sekarang sudah tidak dingin lagi ya? Sekarang sudah pendai bercanda! Tidak sok keren lagi?" Ledek Mesya lalu kembali mencubit bagian perut David sampai berkali-kali.     

"Akh! Sakit, Mesya!" teriak David.     

"Haha! Masih, berani berdebat denganku? Masih berani mengataiku, Pendek?" sindir Masya.     

"Akh! Tidak, Mesya! Ampun ... aku menyerah!" kata David     

***     

Kini impian mereka sudah terwujud, hidup tenang seperti manusia pada umumnya. Kebebasan yang diberikan oleh keluarga Davies, sangatlah berarti bagi mereka.     

Mereka juga sudah menikah, dan jauh dari bayang-bayang keluarga Davies.     

"Kak, aku tiba-tiba teringat dengan, Kak Arthur, dan juga, Kak Celine," ujar Mesya.     

"Ah, iya!" David menepuk keninganya sendiri.     

"Kenapa?" tanya Mesya.     

"Beberapa hari yang lalu, Arthur mengabariku, bahwa istrinya baru saja melahirkan!" ujar David.     

"Kak Celine, sudah melahirkan?"     

"Iya, anak mereka laki-laki, Mesya,"     

"Wah, senangnya! Seandainya saja aku ada di sana, aku pasti sudah menggendong keponakan baruku itu," ujar Mesya.     

"Iya, aku pun juga akan seperti itu, Mesya! Apa lagi ini keponakan pertamaku," ujar David.     

"Tapi ...." Mesya menundukkan kepalanya.     

"Tapi, kenapa?" tanya David.     

"Apa bayi, Kak Arthur, baik-baik saja?" ujar Mesya.     

"Kenapa kamu bertanya begitu?"     

"Ya aku sedikit khawatir saja, Kak! Sejak awal Ayah dan Ibu, menginginkan seorang cucu, untuk mereka jadikan tumbal, 'kan?"     

"Iya, itu betul. Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak. Dan sekarang mereka sedang bahagia dengan cucu baru mereka,"     

"Aku rasa mereka sudah tidak akan melakukan hal itu lagi. Musuh mereka sudah mati, Mesya!" pungkas David.     

"Kau benar, Kak. Tapi entah mengapa aku kerasa tidak enak saja,"     

"Sudahlah, Mesya. Jangan berpikir yang tidak-tidak, mereka tidak akan melukai keponakan kita. Bahkan mereka sempat mengadakan pesta yang meriah untuk menyambut kelahiran, si Bayi," jelas David.     

"Ah, begitu ya?" Mesya pun kembali bernafas tenang, walau hatinya tak setenang kelihatanya.     

Dia hanya berusaha untuk tetap berpikir positif.     

Kemudian mereka kembali fokus pada pekerjaan mereka.     

Mesya mulai menata gantungan pakaian, sedangkan David mulai merapikan tata letak patung-patung manikinnya.     

***     

Setelah pekerjaan selesai, David mengajak Mesya untuk berkeling kota di malam hari.     

"Kak, kita akan pergi kemana?" tanya Mesya.     

"Kita, akan mencari makan malam, kau lapar, 'kan?" tanya David pada Medya.     

"Iya, aku memang lapar," jawab Mesya sambil tersenyum.     

"Nah, oleh karena itu aku akan mencarikan makanan yang istimewa."     

"Benarkah?"     

"Iya," jawab David.     

***     

Mereka hanya berjalan kaki, menikmati indahnya kota dengan kerlap-ketrlip lampu yang berkilauan.     

"Masih jauh tempatnya?"     

"Tanya Mesya, sebentar lagi juga sampai," jawab David.     

Kemudian sebuah kedai soto sederhana menjadi tempat singgah mereka berdua.     

"Ini tempatnya," ucap David.     

"Bukankah yang seperti ini ada banyak di mana-mana?" tanya Mesya.     

"Iya, tapi di sini sotonya berbeda lo. Rasanya juga nikmat. Dan masih ada yang lebih istimewa lagi," ujar David.     

"Apa yang membuat istimewa?" tanya Mesya yang semakin penasaran.     

"Makanya ayo langsung masuk ke dalam saja," ajak David.     

Mesya mengedarkan pandangan saat memasuki ke dalam. itu.     

Menurutnya tidak ada yang istimewa, tempatnya pun juga sederhana.     

Mesya tak mengeluh akan hal ini, hanya saja dia merasa bingung apa yang membuat David menganggap tempat ini. Sangat istimewa.     

"Kamu pasti bingung ya, apa yang akan kutunjukkan kepadamu?" ledek David.     

"Iya!" sahut Mesya.     

"Tunggu sebentar, ya," ucap David.     

Kemudian datang seorang wanita pemilik kedai itu.     

"Permisi, kalian mau pesan apa?" tanya wanita itu.     

"Halo, Bu Salsa!" sapa David dengan ramah.     

Seketika wanita itu terkejut saat melihat orang yang menyapanya adalah David.     

"David?!" ujar Salsa setengah berteriak.     

"Kamu datang dengan siapa—" Kalimat Salsa terputus saya iya mengetahui ternyata wanita yang tengah bersama David adalah Mesya.     

"Mesya!" teriak Salsa.     

Mesya pun juga turut kaget. "Kak Salsa?!" Mesya berdiri dan langsung memeluk Salsa.     

"Kak, aku tidak menyangka jika kita akan bertemu di sini," ujar Mesya.     

"Aku juga tidak menyangka, Mesya, aku merasa seperti tengah bermimpi," sahut Salsa.     

Mereka berdua masih berpelukan sambil menangis haru. Tetapi hati mereka begitu bahagia.     

David hanya terdiam melihat mereka berdua, dia juga turut bahagia. Tak sadar bibirnya pun menggulum sebuah senyuman.     

Ini adalah kejutan yang ia maksud untuk Mesya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.