Anak Angkat

Senyuman Dalam Dekapan



Senyuman Dalam Dekapan

0"Satria siapa? Kenapa Lizzy terus-menerus memanggilnya?" tanya Celine.     

"Satria itu teman masa kecil, Lizzy, Kak. Tapi aku tidak tahu di mana dia saat ini," jawab Mesya.     

Celine mengangguk paham. "Oww ...."     

"Kasihan sekali, pasti Lizzy sangat merindukan teman masa kecilnya itu, karena selama ini dia tak punya teman lain kecuali kita," tukas Celine yang merasa kasihan kepada Lizzy.     

"Benar, Kaka Celine. Selama dia di culik, hanya Kak Satria, satu-satunya orang yang peduli dengannya," kata Mesya.     

"Diculik?"     

"Iya, dia itu—" Kalimat Mesya pun terputus saat David juga turut masuk ke dalam kamar.     

Dan melihat sendiri Lizzy yang terus memanggil-manggil nama Satria.     

David sedikit kesal, karena Satria pernah dekat dengan Mesya, bahkan mereka juga tinggal dalam satu atap.     

Hal itu membuat David merasa cemburu, meski yang memanggilnya bukan Mesya, melainkan Lizzy.     

"Apa bagusnya sih dari Satria!" bicara David dengan nada kesalnya.     

Mesya dan Celine terdiam sesaat.     

Sementara David masih menunjukkan kekesalannya.     

"Ada apa dengan suamimu?" bisik Celine di telinga Mesya.     

"Ah, entalah, Kak," jawab Mesya. Lalu dia mendekati suaminya.     

"Jangan menyimpan benci kepada orang, Kak, tidak baik," kata Mesya.     

"Kamu masih suka ya, dengan pria itu?" sengut David.     

"Astaga! Kenapa, Kak David, bicara begitu? Aku dan Kak Satria, sudah tidak ada hubungan apa-apa! Begitu pula dengan perasaan kami!" sangkal Mesya     

yang membela diri.     

Kemudian David pun meninggalkan kamar Lizzy begitu saja, tanpa sepatah kata pun. Pikiran pria itu masih di kepung dengan rasa cemburu.     

"Kak David, tunggu!" panggil Mesya. Dan gadis itu pun juga mengejar David.     

Sementara Celine hanya terdiam dan menatap keduanya dengan banar, dia tidak tahu apa yang membuat David marah saat mendengar nama 'Satria' hingga saat ini belum ada yang menceritakan kepadanya jika Mesya dan Satria itu pernah menikah dan pernah tinggal bersama dalam satu atap.     

Sehingga membuat David merasa cemburu apabila Mesya menyebut nama Satria.     

Celine pun memilih diam, dan kembali mebenangkan Lizzy. Dia tak mau turut ikut campur dengan urusan Mesya dan David. Mereka sudah dewasa, dan mereka juga sudah memiliki kehidupannya rumah tangga masing-masing, yang artinya Celine tidak boleh ikut campur.     

Dan tak lama Arthur juga datang lalu membantu istrinya memenangkan Lizzy.     

"Celine, bisa tolong ambilkan air hangat?" tukas Arthur.     

"Baik Arthur!" Dengan sigap Celine menuruti perintah sang suami.     

Dan Arthur pun mengompres atas kepala Lizzy dengan air hangat.     

Mereka mencoba meredakan demam yang di alami oleh Lizzy.     

Walau tidak bisa menyembuhkan setidaknya ini bisa menguranginya.     

***     

Sementara itu Mesya pun turut masuk ke dalam kamar mengejar sang suami.     

"Kak David, harus berapa kali aku bilang? Bahwa aku sudah tidak mencintai, Kak Satria?!" tanya Mesya dengan nada tinggi.     

Namun David tak peduli dia merebahkan tubuhnya di atas kasur.     

"Kau itu terlalu kejam, Kak! Kenapa tingkahmu yang sekarang mirip anak kecil?!" oceh Mesya.     

"Sudahlah! Jangan banyak bicara, aku sudah diam, dan tolong biarkan aku sendirian!" pinta David.     

"Aku tidak bisa diam kalau, Kak David, masih marah tidak jelas kepadaku!" ucap Mesya.     

Wanita itu masih berdiri di depan ranjang dengan bibir yang mengerucutkan.     

"Ah, terserah kau saja," kata David dengan pasrah.     

Kemudian pria itu malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.     

Mesya tak habis pikir dengan tingkah David ini.     

Sangat menyebalkan, dia tak bisa bersabar seperti biasanya. Karena David sudah berulang kali bertingkah seperti ini.     

Marah tidak jelas apabila Mesya membicarakan tentang Satria.     

Padahal sudah berulang kali pula Mesya menjelaskan semuanya kepada David.     

David sendiri juga sudah tahu jika Mesya melakukan itu semua karena terpaksa dan atas perintah keluarga Davies.     

Namun entah mengapa David masih saja bersikap kekanak-kanakan, dan seolah memojokkan Mesya.     

"Baiklah ... kalau, Kak David, tidak mau berbicara denganku, aku juga tidak akan mengajak Kak David, bicara," ucap Mesya.     

Kemudian Mesya pun memilih pergi.     

Mendengar ucapan Mesya, membuat David bertambah kesal.     

Dia merasa telah diabaikan, tak seperti biasanya Mesya yang selalu merayunya agar kembali tersenyum dan tidak cemburu lagi. Namun kali ini tidak, Mesya malah menunjukkan kekesalannya terhadap David.     

David segera bangkit dari atas kasurnya lalu berdiri dan mengejar Mesya.     

Dan menarik tangan istrinya lalu membawa wanita itu duduk di atas ranjang.     

"Kenapa kamu malah pergi!" tanya David. Tetapi Mesya malah terdiam.     

"Aku sedang kesal, harusnya kamu membuatku supaya tidak kesal lagi, bukanya malah pergi begitu saja!" ujar David.     

Mesya mendengus kesal dan menatap David dengan sorot mata yang tajam.     

"Kak, selama ini slaku sudah cukup mengerti, Kakak! Dan sudah berulang kali memimta maaf dengan masalah yang sama! Tapi ... Kak David, terus marah dan cemburu, padahal Kak David, tahu jika apa yang sudah kulakuan dengan Kak Satria dulu karena terpaksa!" pungkas Mesya dengan raut wajah yang marah.     

"Mesya, tapi aku—"     

"Kak David, terus memikirkan perasaan Kak David, sendiri ... lalu apa Kakak, memikirkan perasaanku!" Mesya melepaskan tangan David kemudian berlaku pergi.     

"Mesya! Tunggu!" panggil David. Namun Mesya tidak memperdulikannya.     

Mesya duduk di halaman rumah mereka. Dengan raut wajah yang kesal, Mesya memainkan ponsel dari sakunya.     

David duduk di samping sang istri.     

"Mesya, tolong jangan marah," pinta David.     

"Maafkan aku yang sudah egois," imbuhnya. Namun tak sepatah kata pun yang keluar dari bibir Mesya. Wanita itu masih kesal dengan suaminya.     

Kalau tadi David yang marah kepada Mesya, kini giliran Mesya yang marah kapada David.     

David merasa tidak nyaman, hingga akhirnya dia yang memilih meminta maaf kepada Mesya.     

Kini David menyadari sikap egoisnya terhadap Mesya.     

Dia sering marah dan cemburuan apabila Mesya membahas soal Satria.     

Padahal Mesya juga sudah tak ada hubungan apa-apa dengan pria itu.     

Namun entah mengapa David masih merasa kesal terhadap pria itu. Satria dan Mesya menikah dan hingga tinggal dalam satu atap, atas rencana keluarga kedua belah pihak.     

Dan itu demi kebaikan keluarga Davies, mungkin kalua bukan karena hubungan Satria dan Mesya, sampai saat ini pun mereka juga tidak akan keluar dari keluarga terkutuk itu.     

David mulai sadar jika tindakannya itu salah.     

Dan tak seharusnya dia masih mengungkit masalah ini, dari sisi egoisnya.     

Karena hal ini hanya akan membuat Mesya sakit hati.     

Sudah cukup Mesya mendera selama ini. Lagi pula David juga dulu berjanji untuk membuat Mesya selalu bahagia, harusnya dia tak melakukan hal ini.     

Dan sebaliknya, dia mengubur dalam-dalama rasa cemburunya dan lebih fokus untuk membuat Mesya terus tersenyum dalam dekapannya.     

"Tolong, Mesya, maafkan aku ...."     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.