Anak Angkat

Bertemu Satria



Bertemu Satria

0Lizzy tersentak saat ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.     

Perlahan gadis itu menoleh.     

"Lizzy? Apa kamu benar-benar, Lizzy?" tanya orang itu.     

Seketika kedua mata Lizzy melebar, saat melihat pria yang menepuk pundaknya itu orang yang sangat ia kenal.     

"Kak Satria?" ucapnya dengan mulut terperangah. Lizzy hampir tak percaya dengan apa yang ia lihat ini.     

"Kau benar-benar, Lizzy?" Sekali lagi Satria bertanya untuk memastikan.     

Lizzy menjawabnya dengan anggukkan kepala.     

Tanpa berpikir panjang Lizzy memeluk tubuh Satria dengan erat.     

"Kak Satria, akhirnya aku menemukanmu!" ujar Lizzy sambil menangis haru.     

Dia seakan tak mau melepaskan pria yang ada di hadapannya ini.     

Satria sangat berharga bagi Lizzy.     

Sementara Satria masih terdiam dengan pandangan datar, dia tidak tahu harus bersedih atau bahagia, atas pertemuan ini.     

Dia masih memikirkan segala kejadian di masa lalu.     

Karena keluarga Davies, Wijaya meninggal. Kini Satria tak lagi memiliki sosok ayah lagi.     

Namun karena ulah ayahnya pula Lizzy hampir tak kembali di dunia ini.     

Hidupnya dulu hancur karena permusuhan keluarga Wijaya Diningrat dengan keluarga Charles Davies.     

Dan sekarang dia sedang meniti kehidupan baru bersama dengan sang ibu. Namun baru saja mendapatkan secercah kebahagiaan dari kehidupan barunya di sini, tetapi Lizzy malah datang.     

Pertemuan ini membuat Satria merasa sedih, tetapi juga merasa bahagia. Tak di sangka seorang gadis kecil yang dulu menjadi teman bermainnya kini telah kembali, dan tentunya telah menjadi gadis dewasa yang cantik, serta bertingkah selayaknya manusia.     

Lizzy yang dulu hanyalah sebuah patung hidup, yang tak bisa berbuat apa-apa, bahkan meski sekedar mengeluh saja.     

Namun kini juga muncul segala kekhawatiran di dalam hatinya.     

Terkait pertemuannya dengan Lizzy saat ini.     

"Kak, kenapa diam saja? Apa Kak Satria, tidak suka bertemu denganku?" tanya Lizzy.     

"Aku ... bahagia bertemu denganmu, Lizzy. Tetapi apa pertemuan kita ini akan baik-baik saja?" tukas Satria dengan raut wajah ragu bercampur kekhawatiran.     

"Kenapa, Kak Satria, bertanya begitu?"     

"Ya, karena aku takut jika pertemuan kita ini akan berdampak buruk, Lizzy," tukas Satria.     

"Tidak, Kak. Aku yakin pertemuan kita ini takdir dari, Tuhan!" tukas Lizzy meyakinkan Satria.     

Satria melepaskan pelukan Lizzy.     

Dia takut jika pertemuannya ini akan membawa petaka.     

Dia mengira jika Lizzy datang atas perintah Charles dan Arumi.     

Dan tentunya ingin kembali menyeret Satria serta Ibunya ke sebuah hal yang berbahaya.     

"Lizzy, apa kau kemari bersama kedua orang tuamu?" tanya Satria.     

"Tidak!" jawab Lizzy dengan tegas.     

"Kau berbohong, ya?"     

"Tidak, Kak Satria! Aku sama sekali tidak berbohong!" jawab Lizzy.     

Satria masih heran dengan keberadaan Lizzy di tempat ini. Terasa mustahil, karena putri kesayangan keluarga Davies bisa bepergian seenaknya. Harusnya mereka akan menjaga Lizzy dengan baik dan membiarkannya tetap berada di rumah. Karena setahunya setiap anak perempuan di keluarga itu akan dijaga dengan baik. Bahkan akan diperlakuan selayaknya seorang putri raja.     

Setidaknya itulah yang pernah dikatakan oleh Mesya kepada Satria dulu.     

"Lalu bagaimana bisa kamu berada di tempat ini?"     

"Aku datang kemari bersama, Kak Arthur, dan Kak Celine," jawab Lizzy.     

"Kau datang bersama, Arthur? Dan Siapa, Celine?" Satria telihat syok mendengar pernyataan Lizzy tadi.     

"Iya!" jawab Lizzy, seketika Satria berdiri dan hendak pergi meninggalkan Lizzy.     

Namun Lizzy menghentikannya, dia menarik tangan Satria.     

"Kak, mau kemana?" tanya Lizzy.     

"Aku harus pergi dari kota ini saat ini juga!" jawab Satria dengan ketus.     

"Tetapi kenapa, Kak?" Lizzy begitu tak rela dengan keputusan Satria.     

"Aku hanya ingin hidup tenang, Lizzy! Dan aku tidak mau nyawaku dan ibuku terancam, atas kedatangan kalian!" ujar Satria.     

"Kak, tapi aku tidak ada niatan mengusik hidup kalian, apa lagi sampai mengancam nyawa kalian!" tukas Lizzy.     

"Kamu datang kemari bersama dengan, Arthur! Aku yakin kalian punya tujuan tertentu! Terlebih Arthur! Pria itu sangat kejam mirip dengan Charles!" tegas Satria.     

"Tidak!" pekik Lizzy yang tak terima, "Kak Arthur, bukan lagi orang jahat!" tagas Lizzy pada Satria.     

"Bagaimana kamu bisa bicara begitu, Lizzy? Tahu apa kamu tentang Arthur?!" bentak Satria.     

"Aku tahu Kak Arthur yang dulu memang jahat, tetapi tidak dengan Kak Arthur yang sekarang!" tukas Lizzy membela Arthur, "dan Kak Arthur, sekarang sudah berubah! Bahkan dia sekarang juga sudah beristiri, serta menjadi Kakak yang baik untukku!" ujar Lizzy meyakinkan Satria.     

"Dia sudah beristiri?" Satria tersenyum sinis menanggapinya. "Bahkam aku tidak peduli sama sekali dia, sudah beristri atau belum! Justru aku kasihan kepada istrinya! Pasti sebentar lagi akan dibunuh oleh Arthur!" cerca Satria.     

"Kak Arthur tidak akan membunuhmu istrinya! Mereka saling mencintai! Dan kami semua bukan lagi bagian dari keluarga Davies! Kami sudah meninggalkan orang tua kami!" tegas Lizzy.     

Dia berpikir jika apa yang dikatakan oleh Lizzy itu hanya omong kosong. Dan dia yakin Arthur tetaplah pria jahat yang akan terus meneror kehidupan siapa pun yang ia temui.     

Akhirnya Satria tak memperdulikan Lizzy lagi, dan dia memilih untuk pergi begitu saja.     

Sementara Lizzy tetap berusaha untuk menahanya.     

"Kak Satria! Tolong jangan pergi! Beri waktu aku untuk berbicara!" pinta Lizzy.     

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi!" sengut Satria sambil berjalan cepat, kepalanya tak menengok kearah Lizzy sama sekali.     

Lizzy benar-benar sangat bersedih sekaligus kecewa karena telah ditinggal pergi oleh Satria. Padahal dia sangat menanti pertemuan ini. Namun Satria malah berpikir buruk kepadanya.     

Lizzy tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menangis.     

"Di mana, Kak Satria, yang baik dulu? Yang selalu menjagaku, dan selalu ada untukku?"gumamnya.     

"Sekarang keadaan sudah berubah, dia satu-satunya orang yang mau berteman, dan mengobrol denganku, di luar anggota keluarga Davies. Tetapi sekarang dia sudah tidak mau mengobrol denganku sama sekali! Bahkan mengenalku juga enggan?"     

"Ya, Tuhan! Apa salahku? Kenapa dia meninggalkanku?"     

Lizzy benar-benar tak rela jika Satria benar-benar akan segera meninggalkan kota ini, itu artinya dia tidak bisa bertemu dengan Satria lagi.     

Dengan raut penuh kecewa, Lizzy memutar balik langkahnya, dia tak jadi pergi ke rumah Salsa.     

Dia lebih memilih untuk pulang ke rumahnya saja.     

Mungkin dengan berada di rumah dia bisa menceritakan ini semua kepada Mesya. Dan hal ini bisa mengurangi sedikit beban di pikiranya.     

Walau pun ini terlalu berat, tetapi Lizzy mencoba ikhlas untuk kehilangan Satria.     

Dia suda memikirkan hal ini sejak awal. Dia sudah mempersiapkan hati untuk ikhlas apabila Satria tak mau menerimanya lagi. Dan ternyata kemungkinan buruk itu benar-benar terjadi.     

*****     

Kini Lizzy sudah berada tepat di depan pintu rumah.     

"Loh, kok tidak jadi pergi?" tanya Mesya.     

"Meski," Lizzy memeluk Mesya dengan erat.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.