Anak Angkat

Bukti Kesetiaan



Bukti Kesetiaan

0"Kalian tidak perlu menuruti perintah mereka hanya demi menyelamatkan aku!" pekik Mesya.     

"Hei, Mesya! Jangan bicara begitu!" bentak David.     

"Biarkan saja, Kak! Aku lebih baik mati dari pada harus melihat kalian menjadi orang jahat!" sahut Mesya.     

"Dasar, Anak Sialan!" Arumi yang geram melayangkan tamparan keras di wajah Mesya.     

Plak!     

"Rasakan ini!" ucapnya.     

Gerakan Mesya yang reflek akibat tamparan Arumi, membuatnya terluka karena terkena sisi pisau.     

Beruntung pisau itu tidak sampai parah melukai leher Mesya, namun berhasil meninggalkan bekas sayatan dan juga darah.     

"Kamu sudah tidak sabar ingin mati, ya?" tanya Arumi, "baik aku akan mengabulkan permintaanmu, Sayang," Arumi mengusap darah yang ada di kejar Mesya, kemudahan dia menjilat jemarinya yang berlumuran darah.     

"Ump, manis ... sudah cukup mencicipinya," Arumi tersenyum sinis.     

David semakin mengkhawatirkan Mesya.     

"Mesya! Kamu tidak apa-apa?!" teriak David seraya menghampirinya.     

Charles segera menghalaunya.     

"Jangan mendekat! Atau pisau ini akan menggorok lehernya?" ancam Charles pada David. Mesya hanya terdiam seraya memandang mata pisau, dan merasakan perihnya luka bekas sayatan.     

David kembali mundur untuk beberapa langkah. Sejujurnya dia ingin memeluk Mesya dan segera mengobati lukanya. Namun Charles menghalanginya, kalau dia sampai melawan maka Mesya akan mati di tangan Charles.     

Arthur dan David benar-benar dikepung perasaan dilema. Mereka ingin menentang orang tuanya, tetapi mereka juga tidak nau Mesya dan Celine sampai mati.     

"Apa yang harus kita lakukan, David?" tanya Arthur dengan nada berbisik.     

"Tidak ada pilihan lain, Arthur. Mau tidak mau, kita harus menuruti perintah mereka," jawab David.     

"Bagaimana? Apa kalian sudah menentukan keputusan?" tanya Arumi sambil tersenyum tipis.     

"Bu, aku mohon lepaskan Mesya," Sekali lagi David merengek pada ibunya.     

Dia berharap ada keajaiban yang bisa membuka pintu hati sang ibu untuk bertobat. Walau itu terasa mustahil.     

"David, kamu momohon agar kami tidak membunuhnya, akan tetapi gadis ini menginginkan untuk mati," ujar Arumi.     

"Benar, jika dia ingin mati, itu artinya kita harus membunuhnya, bukan?" imbuh Charles.     

"Aku mohon, Ayah, Ibu, biarkan Mesya hidup, jangan bunuh dia ...." David bahkan sampai bersujud di bawah kaki Charles.     

"Aku siap menjadi anak kalian yang penurut, aku mohon lepaskan dia,"     

Charles dan Arumi saling memandang serta tersenyum.     

"Baiklah, aku akan membiarkan dia hidup. Tapi aku butuh bukti kesetiaan kalian!" ujar Charles.     

"Apa yang harus kami lakukan? Katakan!?" tanya David. Dan Arthur pun juga hanya bisa pasrah saja mengikuti keputusan sang kakak.     

Kemudian Arumi dan Charles pun menggiring mereka semua untuk meninggalkan tempat ini. Sementara Mesya, di taruh di gudang lain.     

Mereka sengaja tidak menaruh di gudang sempit itu, agar Mesya tidak mengetahui jika jasad Celine masih berada di tempat itu.     

***     

"Baiklah, kalian sudah siap dengan tugas kalian?" tanya Arumi sambil tersenyum.     

Arthur dan David saling memandang.     

"Ayo lakukan!" sergah Charles.     

Akhirnya mereka pun mau menurutinya. Di hadapan mereka sudah terdapat seorang pria yang sedang diikat kaki dan tangannya.     

Charles dan Arumi menyuruh mereka untuk membunuh orang itu.     

Arthur dan David masih ragu untuk melakukannya, mereka itu sudah lama tidak membunuh orang, dan kini mereka diharuskan untuk membunuh orang.     

David dan Arthur masih memandang kearah orang yang sedang meronta-ronta itu.     

Lalu Arumi mendekati mereka, dan mulai melontarkan kalimata pertanyaan lagi.     

"Apa kalian tidak mau menuruti permintaan kami?" sindir Arumi.     

Mereka masih terdiam, kemudian Arumi melanjutkan kalimatnya.     

"Ah baiklah ... kalau kalian masih ragu-ragu, sebaiknya jangan melakukannya. Karena aku tidak suka melihat orang yang melakukan sesuatu tidak sepenuh hati ... jadi saranku sebaiknya kalian jangan melakukan hal itu ... dan biarkan kami akan menghabisi dua wanita yang sangat kalian cintai itu." Pungkas Arumi dengan nada mengancam.     

Seketika David menyahuti ucapan Arumi, tentu saja dia tidak mau jika hal buruk terjadi kepada Mesya.     

"Bu, jangan lakukan itu! Aku akan membunuh orang ini dengan sepenuh hati!" ucap David dengan tegas.     

Tanpa ragu pria itu langsung mengayunkan pisau kearah pria yang ada di hadapannya itu.     

klub!     

Pisau mendarat di bagian perut, dan pria itu tampak meringis kesakitan.     

"Akh! Sakit ...." Rintih si pria yang menjadi korban.     

"Aku mohon lepaskan aku ... tolong jangan bunuh aku ...." Pria itu merengek memohon belas kasihan dari Arthur dan David.     

Namun mereka menutup telinga rapat-rapat, dan seolah tak mendengar rintihan itu.     

Arthur juga mulai melayangkan serangannya. Sebuah kapak besar ia gunakan untuk membelah dada sang korban.     

Jluk!     

Pria itu tak bergerak lagi, serangan Arthur tadi langsung membunuhnya dalam sekejap.     

Arthur sengaja melakukan hal itu agar tidak terlalu menyiksa pria itu.     

Kalau dia melakukan dengan pelan, maka hal itu akan semakin membuta si Korban menderita.     

Arthur bukan pria yang kejam seperti yang dulu, mungkin kalau Arthur yang dulu akan membunuhnya secara pelan-pelan, dan akan menikmati setiap gerakanya. Dia akan merasakan kebahagiaan yang tak terkira melihat darah dan tubuh yang terpotong-potong.     

Bagi Arthur yang dulu membunuh orang adalah hiburan yang sangat menyenangkan, namun bagi Arthur yang sekarang semua ini adalah penderitaan.     

Dia dapat merasakan apa yang mereka rasakan.     

Bukan hanya sakit akibat luja yang mereka derita, tetapi juga sakit para keluarga yang mereka tinggalkan.     

Semenjak anaknya tewas akibat ulah orang tuanya, membuat Arthur dapat menyadari betapa sedihnya ditinggalkan orang yang sangat ia sayangi. Dan seperti ini pula yang dirasakan oleh keluarga para korban yang telah ia bunuh.     

"Arthur! Kau telah membunuhnya terlalu cepat, Nak!" ujar Charles. "Kau tahu, 'kan tentang seni membunuh orang?" Charles menepuk pundak Arthur. "Kau harus membuatnya menderita dulu baru langsung membunuhnya," pungkas Charles.     

Arthur pun menganggukkan kepalanya.     

"Maaf, Ayah ...." Ucapnya.     

"Baik, aku akan memakluminya, tetapi ingat, lain kali kamu tidak boleh melakukan kesalahan itu, ya!" ujar Charles.     

"Baik, Ayah," Arthur menganggukkan kepalanya.     

"Sudahlah, ayo lakukan tugas selanjutnya, potong-potonh tubuh mereka lalu ambil dagingnya!" perintah Arumi.     

"Baiklah, Ibu," jawab Arthur.     

Arthur dan David melanjutkan tugasnya dan mulai motong serta menguliti tubuh sang korban, dan mengambil dagingnya.     

Sementara Charles dan Arumi hanya memantau sambil melipat kedua tangan.     

"Akhirnya kita bisa santai, Sayang," tukas Charles pada Arumi.     

"Iya, Sayang," jawab Arumi.     

Setelah selesai mereka membawa seluruh daging itu masuk ke dalam mobil.     

Dan meninggalkan sebuah gudang yang kumuh.     

Dalam perjalanan pulang itu David dan Arthur tampak tak tenang, mereka masih memikirkan keadaan Mesya serta Celine.     

Dalam kekalutan itu David mendapat sebuah itu, dia melihat ada tali di sampingnya.     

'Mungkin aku bisa menggunakan ini, untuk menyerang mereka,' bicaranya di dalam hati.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.