Anak Angkat

Usai Sudah



Usai Sudah

0Lizzy dan David menyantap sup daging yang ada di hadapannya.     

Mesya tak berani mendekat, aroma sup itu berhasil membuat perutnya mual, dan ingin muntah saat itu juga.     

Selain karena efek kehamilan, memang sejak awal Mesya alergi daging, ditambah lagi daging yang mereka makan itu daging manusia.     

***     

Dengan pandangan kosong, dan netra memerah serta mengeluarkan cairan bening ... Lizzy menyantap daging itu.     

Sebenarnya dia sedang menahan kesedihan beserta kemarahan.     

Pertama keponakan tercinta telah mereka bunuh, lalu sekarang Arthur dan Celine.     

Lizzy benar-benar tak bisa memaafkan perbuatan orang tuanya, tetapi dia juga masih memiliki rasa cinta terhadap Arumi dan Charles.     

Bagaimana pun mereka adalah orang tua kandungnya.     

Sejahat apa pun mereka, tetap tak dapat dipungkiri bahwa darah Charles dan Arumi masih mengalir di tubuh Lizzy.     

"Lizzy, ayo habiskan! Kita harus segera membakar sisa tubuh mereka!" tukas David.     

"Baik, Kak!" jawab Lizzy.     

Lizzy mempercepat gerak gapu dan sendoknya.     

Dia sama sekali tak menikmati makanan itu.     

Bahkan rasa jijik dan tak tega pun juga sengaja ia buang dari pikirannya.     

Yang ia inginkan hanyalah menghabiskan semua makanan ini dan segera melakukan ritual selanjutnya.     

*****     

Sesusai menyantap makanan itu mereka melajukan tugas selanjutnya.     

Lizzy dan David mengeluarkan jasad Arthur dan Celine dari dalam rumah itu.     

Kemudian mereka mulai menebarkan sisa daging dan tulang belulang Arumi serta Charles ke seluruh sudut rumah.     

Mereka menaruhnya dengan cara yang terpisah, agar organ tubuh kedua orang tuanya tak bisa bersatu lagi.     

Selanjutnya mereka mengguyur semua ruangan dengan bahan bakar.     

Mesya, Lizzy dan David, sudah keluar dari dalam rumah itu.     

Mereka berdiri dan menatap rumah yang dulu sempat mereka tinggali. Rumah ini menjadi saksi segala perbuatan keji keluarganya. Dan segala penderitaan yang selama ini mereka dapatkan.     

Namun bagi Lizzy masih ada sisa cinta di rumah ini, meski cinta itu tak terlalu besar.     

Dulu saat masih kecil, Arumi dan Charles memberinya kasih sayang yang teramat besar.     

Lizzy tidak peduli dengan kasih sayang itu entah memiki maksud buruk atau tidak, yang terpenting, Lizzy bersyukur pernah dianggap berarti bagi orang tuanya.     

Namun semua itu tak bisa mengubah rasa benci yang sekarang ada di hatinya.     

Lizzy sudah menganggap mati kejahatan orang tuanya seiring dengan jasad yang sudah menjadi abu.     

Tetapi Lizzy masih menyimpan kebaikan orang tuanya samapai kapanpun, bahkan samapai dunia tak ada lagi. Dan kebaikan mereka akan selalu ia kenang dan selalu hidup di dalam hati.     

Bagi Lizzy meski mereka orang yang sama, tetapi kabaikan mereka berasal dari orang yang berada.     

"Apa kalian sudah siap?" tanya David.     

Lizzy dan Mesya menganggukkan kepalanya.     

Kemudian mereka menyalakan obor lalu melempar obor itu ke halaman rumah.     

Lantai yang basah akibat cairan bahan bakar, seketika menjadi lautan api.     

Asap membumbung tinggi, dan menyelimuti permukaan rumah hingga berwarna merah oranye.     

Saat itu mulai terdengar suara jerit tangisan yang memekakan telinga.     

"Tolong...!"     

"Tolong, kami!"     

"Selamatkan kami, Anak-anakku!"     

Suara itu jelas-jelas adalah suara Charles dan Arumi.     

Lizzy dan Mesya tak kuasa menahan tangis, David menyuruh mereka untuk segera menutup telinganya.     

"Ayo tutup telinga, kalian!" teriaknya.     

Lizzy serta Mesya menuruti permintaan David.     

Sambil menangis mereka berusaha untuk mengabaikan teriakan serta rintihan dari kedua orang tua mereka.     

Kalau mereka tidak menutup kedua telinga, bisa jadi mereka akan terpengaruh. Dan bisa saja mereka akan turut masuk dalam lautan api.     

Teriakan itu semakin kencang, seiring dengan kobaran api yang semakin besar.     

Hawa panas menghampiri tubuh mereka bertiga.     

Namun tak sepanas yang dirasakan oleh Arumi dan Charles. Cukup lama teriakan itu berlangsung, dan mereka tidak berani membuka telinga sampai teriakan benar-benar hilang.     

*****     

Beberapa jam kemudian, api mulai reda, tinggal bara yang mengeluarkan asap membumbung.     

Kemudian suara teriakan itu berhenti.     

Perlahan David membuka kedua telapak tangannya.     

"Sudah, tidak perlu menutup telinga lagi," ujar David.     

Mesya dan Lizzy juga membuka telapak tangannya.     

Kemudian mereka baru teringat dengan kitab yang ada di tangan Mesya.     

"Bagaimana dengan kitab ini, Kak?"     

"Iya, kita hampir melupakan benda terkutuk itu!" ujar Lizzy.     

"Tidak apa-apa, kita bisa membakarnya sekarang," kata David.     

Lalu mereka menaruh kitab itu di atas tanah, kemudian David menyiramnya dengan sisa bahan bakar. David melemparkan korek api kearah benda itu.     

Dan api langsung menyala besar.     

Ketika kitab kuno itu sudah terbalut dalam kobaran api, saat itu pula David mulai kalut sendirian, semua wajah para manusia yang telah ia bunuh bersama keluarganya kembali hadir.     

David kembali menutup kedua telinganya sambil memejamkan mata.     

Entah mengapa bayang itu hadir, dan sangat menyiksa batinnya.     

Dosa-dosanya benar-benar sudah terlampau besar, hingga tak dapat termaafkan. Mereka seakan mengajak David meninggalkan dunia ini. Para arwah itu tak rela David masih hidup. Sehingga mereka menggiring David untuk ikut ke alam mereka.     

Tetapi tangisan Mesya dan Lizzy membuat David yakin untuk tetap bertahan di sini.     

Dia harus tetap hidup demi Lizzy, Mesya, dan juga anak yang ada di dalam kandungan Mesya.     

Mereka semua masih membutuhkan David.     

"Kak David! Kak David, kenapa?" tanya Mesya seraya memegang pundak David. Ekspresi wanita itu begitu panik.     

"Tidak! Aku tidak apa-apa!" Kemudian suara tangisan dan teriakkan dari para korban itu juga lenyap. Seiring dengan kitab yang sudah hangus terbakar.     

Kini kitab itu tinggal menyisakan abu.     

Rumah pun juga sudah tidak berbentuk lagi.     

Mereka tampak lega, kini misi mereka telah selesai. Yang artinya mereka akan hidup tenang selamanya.     

Tidak akan ada lagi bayang-bayang keluarga Davies, dan tidak ada lagi teror-teror pembunuhan berantai yang membuat hidup mereka terusik.     

Namun sayangnya untuk mendapatkan semua ini, mereka harus mengorbankan banyak nyawa, salah satunya Arthur.     

Pria itu juga turut menjadi korban, seperti yang telah diucapkan oleh Denias bahwa karma itu nyata.     

Arthur sudah iklas menerima semua ini.     

Dia merasa pantas mendapatkanya. Setidaknya kematiannya tidak sia-sia, dia dapat menyelamatkan banyak orang. Karena berkat dirinya pula, para peneror telah mati.     

Arthur pergi tidak sendirian, setidaknya dia bersama dengan anak dan istrinya.     

"Sekarang, ayo kita bawa Arthur dan Celine ke Surabaya, kita akan menguburnya dengan layak di sana!" ujar David.     

"Iya, Kak!" jawab Mesya dan Lizzy secara kompak.     

Mereka berangkat ke Surabaya dengan mengendarai mobil pribadi, dan perjalanan diiringi dengan rintik hujan yang kian deras.     

Hujan bukan hanya menghilangkan jejak masa lalu mereka, tetapi juga meninggalkan jejak keburukkan.     

Mereka hanya ingin hidup yang lebih baik setelah ini.     

Hidup selayaknya manusia normal, tanpa memikirkan keabadian, serta melepaskan segala ketamakan.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.