Anak Angkat

Tidak Enak Hati



Tidak Enak Hati

0Dan Lizzy merasa tersinggung dengan ucapan Salsa. Karena selama ini sang Ibu selalu mengatainya seperti 'Anak Kecil' kalimat itu terasa menyakitkan bagi Lizzy. Terlebih Arumi tak pernah sedikit pun merasa bangga memiliki anak sepertinya. Bahkan Arumi juga tak jarang berbuat kasar terhadap Lizzy.     

Lizzy merasa tersiksa dengan dirinya yang seperti ini, dia tidak tahu harus berbuat apa?     

Hingga datanglah Arthur yang telah berhasil membuat Lizzy mau belajar menjadi gadis dewasa secara pelan-pelan.     

Dan akhirnya berhasil walau belum sempurna.     

Dari situlah Lizzy mulai berpikir untuk bisa menggantikan Mesya di depan orang tuanya. Namun sayangnya niatnya itu berbuah keburukan.     

Orang tuanya malah memanfaatkan kepolosan serta semangat Lizzy. Mereka menjadikan hal itu agar Lizzy tumbuh menjadi gadis jahat namun penurut bagi orang tuanya.     

Lizzy mulai diajari hal-hal buruk.     

Untuk bertama kalinya Lizzy melakukan pembunuhan kepada seorang pria di sebuah taman.     

Dan itu semua berdasarakan perintah dari Arumi.  Wanita paruh bayah itu terus meyakinkan Lizzy bahwa dengan membunuh pria itu adalah hal yang benar.     

Lizzy mau menuruti perintah ibunya. Dia pikir jika dia menuruti perintah sang Ibu, maka dia akan terlihat habat. Dan jauh lebih hebat dari Mesya.     

Karena sejak awal itulah yang dinginkan oleh Lizzy.     

Namun setelah melakukannya Lizzy malah merasa tak tenang.     

Dia dihantui dengan rasa bersalah.     

Dan perasaan tak tenang semakin terasa nyata saat orang tuanya mengajak Lizzy membunuh orang, dan mereka memotong-motong tubuh korbannya di depan Lizzy.  Mereka  berbicara jika membunuh orang adalah seni. Mengonsumsi daging manusia adalah keharusan dan seperti itulah sosok dewasa di mata ibunya.     

Saat itu Lizzy sudah tidak tahan lagi dan ingin berhenti mengikuti orang tuanya.     

Dia kembali menangis dan merengek seperti anak kecil, sehingga membuat Arumi kembali murka.     

Lizzy dikatai mirip anak kecil, dan juga dikatai sebagai anak yang bodoh.     

Beruntung Charles membelanya, dan Arumi berhenti memaki Lizzy. Bahkan Arumi kembali bersikap baik dan sangat memanjakan Lizzy.     

Apa pun yang diinginkan Lizzy selalu dituruti.     

Namun di balik sikap baik orang tuanya itu Lizzy tahu jika mereka menyimpan tujuan tertentu.     

Dari situ Lizzy mulai merasa risih apabila ada yang mengatainya mirip 'Anak Kecil' dan itu sangat menyakiti hatinya.     

Karena tumbuh dengan kpribadian yang berbeda bukanlah kemauannya.     

Kalau saja dia tidak diculik dan jiwanya di serahkan kepada Iblis, maka dia akan hidup normal di dunia manusia.     

Dia akan tumbuh dewasa sebagaimana mestinya. Tidak seperti saat ini. Lizzy benar-benar merasa tersiksa.     

Bagiannya dia belum dewasa tetapi dia dipaksa untuk dewasa.     

Lizzy terobsesi dengan tuntutan itu, namun Lizzy malah terjebak, dalam sebuah ketidak tahuan, dan dimanfaatkan.     

Sejujurnya Lizzy masih ingin seperti dulu, seorang gadis kecil yang hobi bermain boneka dan selalu di manja oleh keluarganya.     

Namun semua itu dulu ... dan kenyataannya semua sudah berubah.     

Mau tidak mau, Lizzy harus mengikuti hidupnya yang sekarang.     

Lizzy harus berjuang keras untuk bisa mengimbangi gadis-gadis seusinya.     

Di sebuah dunia yang terasa asing baginya. Meski Lizzy merasa tak nyaman, namun dia tetap berusaha untuk bertahan. Karena tidak ada tempat lain yang jauh lebih baik dari pada di dunia ini.     

Karena di dunia ini, setidaknya dia masih dikeliling oleh orang-orang yang ia cintai, David, Arthur, Mesya, dan Celine. Merekalah orang-orang yang mampu membuat Lizzy bertahan.     

***     

"Jadi begitulah, Kak Salsa! Itu alasannya kenapa Lizzy selalu marah jika mendengar kalimat yang barusan Kakak, ucapkan," pungkas Mesya.     

Salsa menganggukkan kepalanya.     

"Iya, aku paham sekarang."     

"Lalu, apa dia mau memafakanku, ya?" tanya Salsa kepada Mesya.     

"Aku yakin mau, Kak. Lizzy itu anak yang baik. Hanya saja, kini perasaannya sedang tidak tenang," ujar Mesya.     

"Mesya, bisa kau panggilkan Lizzy untukku?" tanya Salsa, "Aku ingin meminta maaf kepadanya,"     

Mesya tersenyum sampai menganggukkan kepalanya.     

"Tentu saja, Kak!" jawab Mesya. Dan dia pun segera bergegas ke kamar Lizzy.     

***     

Tepat di depan kamar itu, tampak pintunya yang sedang tertutup rapat.     

Mesya mencoba mengetuknya.     

Tok! Tok! Tok!     

"Lizzy!" pangggilnya.     

Tok! Tok! Tok!     

"Lizzy!"     

"Bisa keluar sebentar?"     

Ceklek!     

Lizzy membuka pintunya dengan raut wajah yang masih kesal.     

"Ada apa?" tanya Lizzy dengan kaku.     

"Ayo keluar, kita bicara baik-baik," ajak Mesya.     

"Aku tidak mau keluar,"  jawab Lizzy.     

"Kak Salsa, ingin meminta maaf kepadamu, Lizzy," ujarnya.     

"Untuk apa meminta maaf? Dia, 'kan tidak salah!" sengut Lizzy, "aku memang 'Anak Kecil' sama dengan yang dibilang oleh, Ibu!"  ujar Lizzy.     

"Tapi, Kak Salsa itu tidak seperti Ibu, Lizzy," ujar Mesya meyakinkan Lizzy.     

"Tatap saja! Dia sudah menghinaku, 'kan?"     

Dengan sabar, Mesya masih berusaha untuk menenangkan Lizzy.     

"Lizzy, Kak Salsa tidak bermaksud untuk menghinamu, tadi ... dia itu hanya mengajakmu bercanda saja!"     

"Tapi—"     

"Lizzy, percaya kepadaku. Ayo, berbicara dengan, Kak Salsa. Kalian itu harus berbaikan," bujuk Mesya. Akhinya hati Lizzy pun luluh dan dia mau menemui Salsa.     

"Baiklaha, aku mau menemuinya," ujar Lizzy.     

"Nah, begitu, dong!" Salsa tersenyum seraya menepuk pundak Lizzy dengan bangga.     

*****     

Kemudian  mereka duduk di atas sofa dan berbicara secara baik-baik.     

"Lizzy, aku minta maaf ya, sungguh aku tidak ada niat sedikitpun untuk menyinggung perasaanmu," tukas Salsa.     

"Iya, Kak. Tidak apa-apa, justeru aku yang salah, dan akunya saja mudah tersinggung," jawab Lizzy.     

"Syukurlah ... aku senang kita sudah berbaikan," ucap Salsa seraya tersenyum memeluk Lizzy.     

Mereka berdua saling  berpelukan.     

Mesya juga turut senang melihat mereka berbaikan.     

"Yasudah kalau begitu kau pulang dulu, ya? Sudah mulai sore," ujar  Salsa.     

"Ah, nanti saja, Kak! Lagi pula, Kak Salsa, 'kan hanya di rumah sendirian?" ujar Lizzy.     

"Iya, juga sih ... tapi aku mau—"     

"Eh, Salsa!" sapa Celine yang baru saja keluar dari dalam kamar.     

"Hai, Celine!" sapa balik Salsa pada Celine.     

Kamudian Celine duduk bersama dengn mereka bertiga.     

"Celine, aku minta maaf, ya, soal yang waktu itu ...," ujar Salsa yang agak canggung.     

"Iya, Salsa. Tidak apa-apa. Arthur sudag  bercerita alasannya. Aku dapat memahami posisimu,"     

"Terima kasih, Celine,"     

"Iya, sama-sama, Salsa,"     

Tak lama Devid juga keluar dari dalam kamar Arthur.     

"Kak David, apa. Arthur sudah tidur?" tanya Celine.     

"Iya, benar dia sudah tidur. Makanya aku keluarga kamar," jawab David.     

"Terima kasih ya, Kak. Sudah mau menjaga Arthur," ucap Celine.     

"Iya, Celine, lagi pula itu hal yang wajar, sebagai Kakak yang baik aku harus memperhatikan adikku yang sakit," ujar Lizzy.     

"Ah, senangnya melihat kalian akur begini. Aku jadi ingat waktu masih kecil dulu," ujar Mesya, "kalian itu tidak pernah akur," imbuhnya lagi.     

"Aku juga masih ingat saat kecil dulu, Kak Arthur, dan, Kak David, sering bertengkar," imbuh Lizzy. "Dan kadang aku yang melerainya, tapi malah terkena pukulan, Kak Arthur,"  Lizzy tertawa menderitakannya.     

David hanya tersenyum tipis menanggapinya.     

Sementara Celine dan Salsa hanya terdiam dan mendengar obrolan tiga bersaudara ini.     

David kadang merasa aneh dengan hubungannya bersama Arthur saat ini.     

Benar-benar sangat dekat satu sama lain. Dan saling membutuhkan.     

Dia dapat merasakan arti persaudaraan yang sesungguhnya.     

Tidak seperti dulu yang hidupnya hanya di penuhi dengan kebencian.     

Kini Arthur lebih sering memanggil David untuk menemaninya, atau sekedar mendengar keluh kesahanya. Arthur sangat percaya kepada David  bahwa dia adalah orang yang paling bisa ia andalnya.     

Sosok Arthur yang sekarang sangat jauh berbeda dengan sosok Arthur yang dulu.     

Arthur yang selalu terobsesi untuk menjadi yang nomor  satu. Bahkan Arthur tak segan melakukan hal yang curang untuk  mendapatkan sesuatu yang dia inginkan.     

Namun Arthur yang sekarang lebih sering menggantungkan hidupnya kepada David dan Celine.     

Arthur sudah tak peduli lagi akan gengsi, yang ada di otaknya adalah ketenangan dan kebahagiaan.     

David, juga sempat berpikir  mungkin saja, jika dulu keluarganya mendidik mereka dengan normal,  maka Arthur juga tidak akan tumbuh menjadi anak yang jahat.     

Justru sebalikya, bisa jadi Arthur akan menjadi adik yang manis bagi David.     

Namun lagi-lagi semua karena takdir.     

Mereka digariskan terlahir dalam keluarga yang memiliki kebiasaan yang aneh, dan penganut aliran sesaat.     

*****     

Melihat Mesya dan yang lainnya tampak akrab dan sedang asyik mengobrol tentang keluarga mereka, membuat Salsa merasa tidak enak. Karena di sini dia bukan dari keluarga Davies.     

Begitu pula dengan Celine dia juga merasa tidak nyaman.     

Mereka hanya diam, dan mendengar saja seluruh obrolan dan bercandaan tentang masa kecil Arthur, David, Lizzy, serta Mesya. Yang tentunya sama sekali tidak mereka ketahui.     

Salsa pun merasa jika kehadirannya di sini tidak dibutuhkan. Dan dia juga merasa jika kehadirannya disini hanya mengganggu kebahagiaan mereka saja.     

"Mesya, Celine, dan yang lainnya. Sebelumnya, aku mau pamit pulang dulu, ya?" ujar Salsa.     

"Pulang nanti saja, Kak!" pinta Lizzy.     

"Iya, Kak Salsa! Dan maafkan kami ya, Kak Salsa! Kamu telah asyik mengobrol sendiri dan malah melupakan Kak Salsa, serta, Kak Celine," imbuh Mesya yang merasa tidak enak hati kepada Salsa dan Celine. Kerena mereka berdua tampak diam saja saat ia dan yang lainnya sedang mengobrol. Mesya tahu jika mereka merasa tak nyaman, dan oleh karena itulah dia meminta maaf kepada keduanya.     

"Eh, tidak apa-apa kok, aku justeru malah ikut senang melihat kalian akrab begini," imbuh Celine.     

"Iya, sebenarnya aku juga senang, hanya saja... aku tidak bisa turut menimbrung obrolan kalian," ucap Salsa sambil tersenyum malu.     

"Yasudah, kalau begitu, ayo kita mengobrol yang lainnya saja!" ajak Salsa.     

"Iya, aku tidak akan membahas tentang masa kecil kami lagi!" imbuh Lizzy.     

Salsa dan Celine pun tersenyum menanggapinya.     

"Haha! Sampai segitunya, kalau mau mengobrolan hal iti tidak apa-apa kok, biar aku dan Salsa yang menjadi pendengar setianya," tukas Celine sambil tersenyum.     

"Wah, Kak Celine menyindir kita, Mesya!" ledek Lizzy     

"Iya, benar, padahal aku, 'kan sudah minta maaf?" sahut Mesya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.